Semua Bab Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta: Bab 81 - Bab 90

100 Bab

Bab 81

Malam itu, di ruang rawat Emily, hanya William yang tetap berjaga. Sebenarnya, hingga detik ini Wiliam masih enggan peduli dengan ponselnya. Orang tua Emily pasti khawatir, coba untuk menghubungi. Namun, William tidak ingin hal ini menjadi masalah dan alat untuk kedua orang tua Emily menjadikan kejadian ini sebagai senjata agar bisa menyerangnya. William menggenggam tangan Emily. Ia berbisik lirih, “Emily, apa kau tidak bosan terus tidur seperti ini, Hem? Sungguh aku tidak sabar mendengar kau mengoceh, marah, bahkan menyalahkan ku karena kita kehilangan calon anak kita.” Sementara itu, di tempat lain, Robert tengah berada di kediaman William, berusaha mengakses rekaman CCTV dari hari insiden Emily jatuh. Namun, laporan dari teknisi keamanan rumah membuatnya frustasi. “Tuan Robert, semua rekaman dari hari itu hilang. Sepertinya ada yang sengaja menghapusnya. Kamera pengawas di area itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 82

Suara mesin pendeteksi detak jantung terdengar stabil di ruangan rawat Emily. Wanita itu mulai membuka matanya perlahan-lahan. Cahaya lampu yang redup menyambut penglihatannya, memberikan rasa nyaman yang sedikit aneh. Tubuhnya terasa lemah, namun ada kehangatan yang dirasakan pada tangan kanannya. Emily menoleh dan melihat William, yang tertidur sambil duduk di kursi di samping ranjangnya. Kepala pria itu bersandar pada pinggiran brankar, napasnya terdengar pelan namun juga berat. Ada bekas kelelahan di wajahnya yang nampak jelas. Air mata Emily mulai mengalir tanpa bisa ditahan. “William....,” bisiknya. Dalam kesunyian malam itu, kenangan masa kecil mereka melintas di benaknya seperti film yang diputar ulang. William yang selalu melindunginya, bahkan dalam kondisi fisik yang terbatas. Dia merasa bersalah.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 83

Hening menyelimuti ruangan setelah Emily mengajukan pertanyaan tersebut. Emily masih menatap William lekat-lekat, mencari kebenaran di dalam sorot mata lelaki itu. Namun, yang ia temukan hanyalah keraguan. Emily menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya meski dadanya terasa sesak. Lagi-lagi William masih ingin menyembunyikan sesuatu darinya. “Aku tidak akan memaafkan mu Jika kau berani berbohong, William,” ucapnya Emily lirik, tapi juga penuh ketegasan. William menarik napas dalam-dalam, seolah sedang mengumpulkan keberanian. Ia tahu ini bukan saat yang tepat, tapi Emily berhak tahu. Hanya saja, tidak sekarang. Tidak saat tubuhnya masih lemah, tidak saat ia masih berbaring di tempat tidur rumah sakit dengan wajah pucat dan tubuh yang terlihat rapuh. “Aku akan mengatakannya nanti, Emily,” kata William pada akhirnya. “Tapi kau harus bersabar sedikit lagi. past
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Bab 84

Siang itu, William duduk di tepi ranjang Rumah sakit, menatap wajah Emily yang masih sedikit pucat. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela membuat wajah istrinya semakin jelas terlihat, tetapi entah kenapa jadi semakin terlihat cantik. “Kau malah terlihat sangat cantik seperti ini, aku jadi tidak ingin pergi kemanapun,” gumam William. Emily menatap William dengan tatapan bingung. “Memangnya kau mau pergi ke mana?” tanyanya. William tersenyum tipis sebelum mengecup kening Emily dengan lembut lalu bibirnya sekilas. “Aku harus pergi sebentar,” jawabnya singkat. Emily menjadi semakin curiga. “Pergi ke mana?” Alih-alih menjawab langsung, William justru menghela napas kecil. “Aku bukan pergi untuk main mata, istriku. Aku tetap harus berperan sebagai pria buta, bukan? Aku juga akan memastikan bagian tubuhku yang paling inti pun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Bab 85

Malam itu, William kembali ke rumah sakit dengan tongkat penuntun di tangannya, memainkan perannya sebagai pria buta dengan sempurna. Ia berjalan tenang melewati lorong menuju kamar rawat Emily, tetapi langkahnya terhenti saat melihat seseorang duduk di ruang tunggu. Nyonya besar. Wanita itu duduk dengan postur tegap, ekspresi wajahnya dingin seperti es. Saat melihat William datang, ia segera bangkit berdiri, menatap cucunya itu dengan tajam. “Kenapa penjaga yang ada di sini tidak memperbolehkan Nenekmu ini masuk untuk menemui Emily, William?” tanyanya dengan nada dingin dan penuh tuntutan. William menghela napas pelan. Wajahnya Tetap tenang, dan ia tetap memainkan perannya dengan baik. “Itu demi keamanan Emily sendiri, Nek,” jawabnya dengan suara datar. Nyonya besar mendengus, ekspresinya semakin tidak senang. “Jadi, kau menganggap Nenekmu sendiri sebagai ancaman?”Tentu saja. Dalam hati, William ingin m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 86

Pertanyaan Emily barusan membuat William terdiam. Ia menatap istrinya, tetapi tidak tahu harus berkata apa. Di dalam kepalanya, ia mencoba mencari jawaban yang tepat, tetapi tidak ada satupun yang terasa benar. Setelah bertahun-tahun, sejak mereka kecil, sejak mereka begitu dekat... bahkan setelah mereka menikah... Emily tidak pernah benar-benar mengungkapkan cinta. Apakah cinta itu ada? Atau sebenarnya tidak pernah ada? keraguan menyelinap di hati William. Ia ingat benar, ada saat-saat ketika Emily dengan sarkastik mengutarakan perasaannya. Emily seolah menegaskan bahwa ia tidak pernah dan tidak akan pernah merasakan cinta lagi setelah perasaannya untuk Hendrik. Dada William terasa sesak mengingat itu. Seharusnya ia sudah terbiasa. Seharusnya ia sudah menerima kenyataan bahwa Emily itu tetap berada di sisinya bukan karena cinta, teta
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 87

“Hahaha.....” gelak tawa terdengar nyaring di ruangan itu. Ucapan William tadi benar-benar mengocok perut. “Ya ampun, kau juga tahu soal itu, ya?” tanya Emily masih sambil menahan tawa. “Jujur saja, aku mau merahasiakan hal itu karena aku merasa malu sendiri sudah pernah menjadi pacar pria yang sukanya dengan spesies–nya.” William membuang napasnya. Mengecup pipi Emily dan memeluknya dengan hati-hati. “Istriku... kau tidak boleh membicarakan pria aneh itu, paham?” Sedikit memiringkan tubuhnya, Emily pun menenggelamkan kepalanya di dada pria itu. “Aku cuma ingin memastikan apakah dia masih bisa bernapas lega atau tidak. Bagaimanapun, aku tidak akan melepaskan dia begitu saja.” “Dia bersembunyi di luar negeri. Keluarga besarnya sedang berusaha mati-matian memulihkan nama baik keluarga dan ekonomi perusahaan. Jadi, sementara waktu ini pasti juga sulit untuk Hendrick bisa bergerak bebas,” ujar William. “Baiklah, aku bi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 88

Malam itu, William pun mulai menceritakan kisah Ibunya yang sebatas ia tahu. Emily mendengarkan dalam diam, matanya penuh dengan rasa penasaran. “Ibuku berasal dari keluarga Belzour,” William memulai. “Dulu, keluarga mereka adalah salah satu pembisnis besar di bidang properti. Ibuku bertemu dengan Ayahku serta orang tuamu, dan juga ibunya Hendrick di kampus yang sama.” Emily mengerutkan kening. “Jadi Ibunya Hendrick juga?” William mengangguk. “Ayahku sengaja mendekati Ibuku karena tahu bahwa keluarganya kaya. Setelah lulus kuliah, mereka menikah, dan semuanya terlihat berjalan lancar pada awalnya.” Emily bisa mendengar nada pahit dalam suara William. “Ibuku kemudian mendirikan bisnis elektronik dengan dukungan keluarganya secara penuh. Tapi ia juga membantu Ayahku membangun perusahaannya sendiri, memasok dana dan mendukung segala kebutuhannya.” Emily semakin menyadari bahwa William bukan hanya pria biasa.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 89

Emily terbangun dari tidurnya kala mentari menyelinap masuk melalui celah tirai. Ia menggeliat, menikmati suasana itu sejenak. “Selamat pagi,” bisik William, menyadari Emily sudah bangun. Seketika itu Emily membuka matanya. Ia pun tersenyum melihat Wiliam yang lagi-lagi sudah bangun lebih cepat darinya. Ada pemandangan yang indah, luar biasa. William selesai mandi, menggunakan handuk di pinggangnya. Otot pria itu terlihat jelas, Emily pun makin mengangumi Wiliam di dalam hatinya. “Kau masih di sini?” tanya Emily. Mendengar itu, William mengerutkan keningnya. “Memangnya aku harus di mana?”“Beberapa waktu lalu, setiap bangun tidur kau sudah tidak ada,” balasnya. Mendengar itu, William pun hanya bisa tersenyum kelu. Ada sesuatu yang tidak bisa dia ungkapkan kepada Emily. Emily perlahan bangkit
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 90

selama satu pekan penuh, Emily hampir tidak berbicara. William harus memanggilnya beberapa kali untuk sekedar mendapatkan respon, dan itupun hanya berupa anggukan atau gumaman singkat. Emily juga menolak bertemu dengan orang tuanya dengan berbagai alasan. Ia tidak ingin melihat siapapun, tidak ingin mendengar suara siapapun untuk saat itu. Ponselnya dibiarkan tergeletak begitu saja, tanpa ia sentuh sedikitpun. Hari-harinya hanya dihabiskan di dalam kamar, duduk diam, merenung, dan melamun. Namun, hari ini terasa berbeda. Hari ini, Emily mulai bangkit. Kesedihan masih ada, luka di hatinya masih terbuka, tapi ada sesuatu yang lebih besar yang membuatnya perlahan berdiri. Dendam. Janji yang ia buat untuk membalas perbuatan orang yang telah mencelakainya dan merenggut anaknya. Dengan langkah pelan, meskipun kakinya masih sedikit sakit, Emily keluar dari kamar.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status