Share

Bab 83

Penulis: Nadira Dewy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-05 21:00:22

Hening menyelimuti ruangan setelah Emily mengajukan pertanyaan tersebut.

Emily masih menatap William lekat-lekat, mencari kebenaran di dalam sorot mata lelaki itu.

Namun, yang ia temukan hanyalah keraguan.

Emily menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya meski dadanya terasa sesak.

Lagi-lagi William masih ingin menyembunyikan sesuatu darinya.

“Aku tidak akan memaafkan mu Jika kau berani berbohong, William,” ucapnya Emily lirik, tapi juga penuh ketegasan.

William menarik napas dalam-dalam, seolah sedang mengumpulkan keberanian.

Ia tahu ini bukan saat yang tepat, tapi Emily berhak tahu. Hanya saja, tidak sekarang. Tidak saat tubuhnya masih lemah, tidak saat ia masih berbaring di tempat tidur rumah sakit dengan wajah pucat dan tubuh yang terlihat rapuh.

“Aku akan mengatakannya nanti, Emily,” kata William pada akhirnya. “Tapi kau harus bersabar sedikit lagi. past
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 84

    Siang itu, William duduk di tepi ranjang Rumah sakit, menatap wajah Emily yang masih sedikit pucat. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela membuat wajah istrinya semakin jelas terlihat, tetapi entah kenapa jadi semakin terlihat cantik. “Kau malah terlihat sangat cantik seperti ini, aku jadi tidak ingin pergi kemanapun,” gumam William. Emily menatap William dengan tatapan bingung. “Memangnya kau mau pergi ke mana?” tanyanya. William tersenyum tipis sebelum mengecup kening Emily dengan lembut lalu bibirnya sekilas. “Aku harus pergi sebentar,” jawabnya singkat. Emily menjadi semakin curiga. “Pergi ke mana?” Alih-alih menjawab langsung, William justru menghela napas kecil. “Aku bukan pergi untuk main mata, istriku. Aku tetap harus berperan sebagai pria buta, bukan? Aku juga akan memastikan bagian tubuhku yang paling inti pun

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 85

    Malam itu, William kembali ke rumah sakit dengan tongkat penuntun di tangannya, memainkan perannya sebagai pria buta dengan sempurna. Ia berjalan tenang melewati lorong menuju kamar rawat Emily, tetapi langkahnya terhenti saat melihat seseorang duduk di ruang tunggu. Nyonya besar. Wanita itu duduk dengan postur tegap, ekspresi wajahnya dingin seperti es. Saat melihat William datang, ia segera bangkit berdiri, menatap cucunya itu dengan tajam. “Kenapa penjaga yang ada di sini tidak memperbolehkan Nenekmu ini masuk untuk menemui Emily, William?” tanyanya dengan nada dingin dan penuh tuntutan. William menghela napas pelan. Wajahnya Tetap tenang, dan ia tetap memainkan perannya dengan baik. “Itu demi keamanan Emily sendiri, Nek,” jawabnya dengan suara datar. Nyonya besar mendengus, ekspresinya semakin tidak senang. “Jadi, kau menganggap Nenekmu sendiri sebagai ancaman?”Tentu saja. Dalam hati, William ingin m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 86

    Pertanyaan Emily barusan membuat William terdiam. Ia menatap istrinya, tetapi tidak tahu harus berkata apa. Di dalam kepalanya, ia mencoba mencari jawaban yang tepat, tetapi tidak ada satupun yang terasa benar. Setelah bertahun-tahun, sejak mereka kecil, sejak mereka begitu dekat... bahkan setelah mereka menikah... Emily tidak pernah benar-benar mengungkapkan cinta. Apakah cinta itu ada? Atau sebenarnya tidak pernah ada? keraguan menyelinap di hati William. Ia ingat benar, ada saat-saat ketika Emily dengan sarkastik mengutarakan perasaannya. Emily seolah menegaskan bahwa ia tidak pernah dan tidak akan pernah merasakan cinta lagi setelah perasaannya untuk Hendrik. Dada William terasa sesak mengingat itu. Seharusnya ia sudah terbiasa. Seharusnya ia sudah menerima kenyataan bahwa Emily itu tetap berada di sisinya bukan karena cinta, teta

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 87

    “Hahaha.....” gelak tawa terdengar nyaring di ruangan itu. Ucapan William tadi benar-benar mengocok perut. “Ya ampun, kau juga tahu soal itu, ya?” tanya Emily masih sambil menahan tawa. “Jujur saja, aku mau merahasiakan hal itu karena aku merasa malu sendiri sudah pernah menjadi pacar pria yang sukanya dengan spesies–nya.” William membuang napasnya. Mengecup pipi Emily dan memeluknya dengan hati-hati. “Istriku... kau tidak boleh membicarakan pria aneh itu, paham?” Sedikit memiringkan tubuhnya, Emily pun menenggelamkan kepalanya di dada pria itu. “Aku cuma ingin memastikan apakah dia masih bisa bernapas lega atau tidak. Bagaimanapun, aku tidak akan melepaskan dia begitu saja.” “Dia bersembunyi di luar negeri. Keluarga besarnya sedang berusaha mati-matian memulihkan nama baik keluarga dan ekonomi perusahaan. Jadi, sementara waktu ini pasti juga sulit untuk Hendrick bisa bergerak bebas,” ujar William. “Baiklah, aku bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 88

    Malam itu, William pun mulai menceritakan kisah Ibunya yang sebatas ia tahu. Emily mendengarkan dalam diam, matanya penuh dengan rasa penasaran. “Ibuku berasal dari keluarga Belzour,” William memulai. “Dulu, keluarga mereka adalah salah satu pembisnis besar di bidang properti. Ibuku bertemu dengan Ayahku serta orang tuamu, dan juga ibunya Hendrick di kampus yang sama.” Emily mengerutkan kening. “Jadi Ibunya Hendrick juga?” William mengangguk. “Ayahku sengaja mendekati Ibuku karena tahu bahwa keluarganya kaya. Setelah lulus kuliah, mereka menikah, dan semuanya terlihat berjalan lancar pada awalnya.” Emily bisa mendengar nada pahit dalam suara William. “Ibuku kemudian mendirikan bisnis elektronik dengan dukungan keluarganya secara penuh. Tapi ia juga membantu Ayahku membangun perusahaannya sendiri, memasok dana dan mendukung segala kebutuhannya.” Emily semakin menyadari bahwa William bukan hanya pria biasa.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 89

    Emily terbangun dari tidurnya kala mentari menyelinap masuk melalui celah tirai. Ia menggeliat, menikmati suasana itu sejenak. “Selamat pagi,” bisik William, menyadari Emily sudah bangun. Seketika itu Emily membuka matanya. Ia pun tersenyum melihat Wiliam yang lagi-lagi sudah bangun lebih cepat darinya. Ada pemandangan yang indah, luar biasa. William selesai mandi, menggunakan handuk di pinggangnya. Otot pria itu terlihat jelas, Emily pun makin mengangumi Wiliam di dalam hatinya. “Kau masih di sini?” tanya Emily. Mendengar itu, William mengerutkan keningnya. “Memangnya aku harus di mana?”“Beberapa waktu lalu, setiap bangun tidur kau sudah tidak ada,” balasnya. Mendengar itu, William pun hanya bisa tersenyum kelu. Ada sesuatu yang tidak bisa dia ungkapkan kepada Emily. Emily perlahan bangkit

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 90

    selama satu pekan penuh, Emily hampir tidak berbicara. William harus memanggilnya beberapa kali untuk sekedar mendapatkan respon, dan itupun hanya berupa anggukan atau gumaman singkat. Emily juga menolak bertemu dengan orang tuanya dengan berbagai alasan. Ia tidak ingin melihat siapapun, tidak ingin mendengar suara siapapun untuk saat itu. Ponselnya dibiarkan tergeletak begitu saja, tanpa ia sentuh sedikitpun. Hari-harinya hanya dihabiskan di dalam kamar, duduk diam, merenung, dan melamun. Namun, hari ini terasa berbeda. Hari ini, Emily mulai bangkit. Kesedihan masih ada, luka di hatinya masih terbuka, tapi ada sesuatu yang lebih besar yang membuatnya perlahan berdiri. Dendam. Janji yang ia buat untuk membalas perbuatan orang yang telah mencelakainya dan merenggut anaknya. Dengan langkah pelan, meskipun kakinya masih sedikit sakit, Emily keluar dari kamar.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 91

    Suasana ruangan yang tegang seketika terhenti ketika suara langkah kaki terdengar dari arah pintu. William telah pulang. Tatapan matanya yang tajam namun khas orang buta langsung menyapu ke arah dua wanita yang duduk berhadapan. Ada sesuatu yang tidak beres di sini, dan dia bisa merasakannya. Nyonya besar lebih dulu membuka suara. “Kau sudah pulang,” katanya dengan nada datar. William mengangguk. Tanpa banyak bicara ia berjalan mendekat dan Emily langsung bangkit untuk membantu William duduk di sebelahnya. Bagaimanapun, Emily juga harus bekerja dengan baik untuk menunjukkan bahwa William masih buta. “Apa yang sedang kalian obrolkan di sini?” tanya William. Nyonya besar menghela napas panjang, wajahnya masih tetap dingin seperti biasanya. Sebelum wanita tua itu sempat menjawab, Emily lebih dulu membuka suara. “Kami sedang membahas sesuatu yang cukup serius.” Tatapan William nam

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09

Bab terbaru

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 100

    William kembali ke rumah malam itu. Dia mendapatkan informasi dari penjaga gerbang tentang kedatangan Nyonya besar beberapa saat lalu, tapi dia tidak terlalu ingin mempedulikannya. Begitu sampai di kamar, William tidak mendapati Emily di sana. Ia pun menjadi panik. Jangan-jangan Emily kabur. Biasanya Emily akan berada di sana setiap William pulang. “Emily! Emily!” panggil William. Pria itu benar-benar harus tetap berakting buta, padahal dia benar-benar sangat panik. Saat William keluar dari kamar, seorang pelayan rumah datang menghampiri dan berbicara dengan sopan, “Nyonya Emily berada di kamar ujung, Tuan. Siang tadi ada teman Nyonya Emily. Sejak saat itu, Nyonya Emily belum keluar dari kamar itu.” William menganggukkan kepalanya. Dengan gerakan tangan, William meminta pelayan itu pergi. Cukup lega mendengarnya. Setelah yakin tidak ada orang lagi, William berjalan menu

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 99

    Sore itu, sebelum pulang ke rumah, William melangkah masuk ke sebuah restoran mewah. Di ruang VVIP, Tuan Xavier sudah menunggunya dengan ekspresi tenang, meskipun ada sedikit kelelahan yang terpancar di wajah pria itu. William duduk dan mereka saling bertukar sapa, membahas hal-hal ringan sebelum akhirnya William memutuskan untuk langsung bicara pada intinya. “Beberapa hari ini Emily sering menghubungi anda, Paman,” kata William dengan suara tenang namun penuh kehati-hatian. “Apakah ada sesuatu yang terjadi? Jika boleh tahu, apa yang diobrolkan Emily hingga sesering itu dia menghubungi anda?” Tuan Xavier menghela napas perlahan, meletakkan cangkir tehnya ke atas meja dengan gerakan lembut. “Beberapa waktu terakhir, Emily mengalami terlalu banyak kejutan dalam hidupnya, William. Aku yakin kau pun menyadarinya. Tekanan yang dia rasakan tidak kecil. Dia pasti merasa stres dan frustrasi belakangan ini.” William mengangguk pelan.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 98

    Elizabeth menatap keluar jendela mobil dengan gelisah. Sudah lebih dari satu jam perjalanan, tetapi mereka masih belum sampai. Jalanan semakin sepi, hanya ada pepohonan di sisi kiri dan juga kanan. Tangannya mengepal erat. Dia sudah beberapa kali bertanya kepada sopir yang mengantarnya, tapi pria paruh baya itu hanya diam, seolah tidak mendengarkan. “Hei! Aku bertanya, kita mau ke mana?” bentaknya, mulai kehilangan kesabaran. Sopir itu tetap tidak menjawab. Frustrasi, Elizabeth menatap gagang pintu. Jika dia tidak segera mendapatkan jawaban, dia akan mengambil resiko, loncat dari mobil ini! “Aku bersungguh-sungguh! Jika kau tidak menjawab, aku akan keluar dari mobil sekarang juga!” ancamnya.sopir itu akhirnya menghela napas dan berbicara dengan nada tenang, “Aku hanya diperintahkan Untuk mengantarmu menemui ibumu. Jadi, tetaplah untuk tenang.”Elizabeth terdiam. Ibu? Pikirann

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 97

    Emily mengepalkan tangannya erat. Dia hanya bisa menatap punggung Elizabeth yang berjalan menjauh, semakin lama semakin menjauh, hingga akhirnya menghilang di balik pintu gerbang rumah itu. Mata Emily memanas, tapi dia menahan diri agar tidak menangis. Dia tidak bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi, tetapi melihat Elizabeth yang biasanya selalu menunjukkan wajah palsu pergi dengan kesan yang nampak marah dan kecewa, Emily pun menjadi gusar. Sementara itu, Elizabeth menundukkan kepalanya, menahan isak tangis yang semakin berat. Dia benar-benar tidak rela meninggalkan rumah itu. Tempat ini adalah satu-satunya tempat di mana dia bisa merasa dekat dengan William. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Robert telah mengancamnya, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan bukti yang cukup untuk menghancurkan hidupnya. Dia masih belum tahu di

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 96

    Pagi itu, suasana di kamar mandi rumah William terasa begitu hangat. Emily dan William tengah berendam bersama di bathtub yang penuh busa. Tawa kecil Emily menggema ketika William dengan lembut menggosok punggungnya. “Kau benar-benar menikmati ini, ya?” tanya Emily sambil memutar kepala untuk melihat William. William tersenyum tipis, membalas, “Tentu saja. Jarang-jarang aku bisa mandi bersama istriku. Rasanya... aku jadi ingin setiap hari.” Emily tertawa pelan, menggelengkan kepala. “Kau benar-benar tidak mungkin serius, kan?”“Serius. Dulu, saat kecil kita juga sering mandi di kolam renang bersama, sayangnya saat itu aku masih sangat polos dan hanya tersenyum bahagia melihat balita menggunakan pakaian renang.”Emily pun terkekeh. Setelah selesai mandi, mereka saling membantu. Emily memakaikan dasi untuk William, sementara William membantu Emily memilih dress santai untuk dikenakan di rumah.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 95

    William melangkah masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu, seperti biasanya saat dia sedang pulang ke rumah. Namun, kali ini, dia melihat sesuatu yang membuat alisnya sedikit mengernyit. Emily yang tengah memegang ponselnya tiba-tiba menyembunyikan di balik punggung saat melihat dirinya masuk. Emily tersenyum, berusaha terlihat senang Mungkin. Dia segera bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah William. “Sayang, sudah pulang?” tanyanya dengan lembut, seolah tidak terjadi apa-apa. William menutup pintu dan mengangguk pelan. Dia ingin bertanya tentang ponsel yang disembunyikan Emily, tapi melihat wajah istrinya yang lebih cerah dibanding beberapa hari terakhir, ia memutuskan untuk menahan diri. Tanpa berkata apa-apa, Emily langsung memeluk William erat. William terkejut sejenak, namun segera membalas pelukan itu. Sudah berapa waktu ini Emily lebih banyak diam, dan dia yang mengambil inisiatif untuk memeluknya lebih dulu

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 94

    Pagi itu, di sebuah kafe, tempat Azura bekerja. Azura menatap Robert dengan tatapan tajam, tangannya menyilang di depan dada, sementara proposal di hadapannya tetap tak tersentuh. “Dengar, Tuan Rodet atau Robert, dan... siapa lah itu,” katanya dengan nada datar. “Emily bukan anak kecil lagi. Dia sudah cukup tua, bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik. Dan aku? Aku bukan pengasuh atau bodyguard. Aku ini pelayan cafe biasa, dan aku nyaman dengan pekerjaanku sekarang ini.” Robert tetap tenang, meski dia bisa merasakan penolakan keras dari Azura. “Aku tentu saja mengerti posisi anda, Nona Azura. Tapi ini bukan hanya soal pekerjaan saja. Ini soal Nyonya muda Emily. Lagi pula, bekerja di kafe seperti ini tidak mungkin bisa menjamin masa depan anda.”Mendengar itu, Azura pun makin menatap Robert dengan tatapan kesal. Ia memiliki cerita tidak mengenakan dengan para orang kaya, itu cukup membuatnya muak. Walaupun Emily adalah

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 93

    Johan dan Julia mencoba untuk menemui Emily, namun kesulitan karena baik penjaga gerbang maupun pelayan rumah tidak ada yang memberikan akses. Nyonya besar juga dilarang untuk datang oleh William. Seolah tahu apa yang akan terjadi, William ingin mengantisipasi semua masalah dari luar. Emily sedang kacau belakangan ini, akan mudah baginya dipengaruhi, dan berpikir buruk. Sementara itu, di dalam kamar, Emily menghela napasnya. Sungguh, rasanya bosan sekali terus berada di dalam kamar seperti ini. Akhirnya, Emily memutuskan untuk berjalan-jalan keliling rumah dan taman saja guna mengusir rasa bosan itu. “Aku ingin pergi ke pusat belanja. Makan es krim, beli baju, ahhh... pokoknya apapun yang bisa aku lakukan di sana, deh!” gumamnya. Namun, langkah kaki Emily terhenti saat mendengar suara Elizabeth tengah bicara di telepon. Emily mengerutkan keningnya. “Elizabeth... kenapa dia ada d

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 92

    Malam itu, di sebuah apartemen. Suara barang pecah belah menggema di dalam kamar Hendrick. Napasnya memburu, dadanya naik turun penuh emosi. Ia baru saja menerima kabar bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya, kehancuran bisnisnya, rusaknya reputasinya, dan kekalahannya adalah ulah William dan Emily. Mereka bekerja sama untuk menyingkirkannya. Hendrick menatap pantulan dirinya di cermin yang kini retak akibat lemparannya. Matanya merah penuh kemarahan. “William... Emily,” gumamnya, “kalian pikir, kalian benar-benar sudah menang?” Ia menyeringai dingin. Tidak. Ini belum berakhir. Dia akan menghancurkan mereka, satu persatu. Jika Emily meninggalkan William, pria itu pasti akan hancur. Atau lebih baik lagi, jika ia bisa membuat mereka saling membenci, itu akan menjadi hukuman terbaik. “Tidak sulit,” Hendrik tertawa. Ia tahu Emily bukan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status