Home / Pendekar / LEGENDA KAMESWARA / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of LEGENDA KAMESWARA: Chapter 201 - Chapter 210

342 Chapters

Bab 201

Lima orang bertampang sangar ini langsung menghadang. Mata mereka tampak jelalatan begitu melihat wanita berkerudung alias Ayu Citra."Setiap tamu yang datang wajib bayar upeti!""Tapi untuk kalian, cukup gadis itu saja sebagai upetinya, hahaha!"Gelak tawa menyambut ucapan salah seorang dari mereka.Koswara dan Sena berusaha tetap tenang. Mereka mengukur tingkatan kekuatan lima orang tersebut. Wajah keduanya tampak lega setelah bisa memperhitungkan seandainya terjadi pertarungan.Ayu Citra menatap sejenak kepada suaminya. Lalu si cantik berkerudung ini melangkah mendekati lima orang sangar."Baiklah, aku siap jadi upeti," katanya, membuat lima anak buah juragan Bana ini melongo. Mereka kegirangan bagaikan tertimpa durian runtuh."Kalian duluan saja!" kata Ayu Citra kemudian kepada Kameswara dan dua prajurit.Ketika mereka bertiga hendak melangkah memasuki desa, dua orang langsung menghadang."Enak saja
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 202

Si cantik berkerudung bertubuh indah ini maju beberapa langkah mendekati juragan Bana.Juragan Bana terkekeh. "Aku tidak ingin melukai tubuhmu yang molek itu, kau pantasnya menemaniku di atas dipan, hahaha...!""Kau boleh meminta sepuasnya kalau bisa mengalahkanku!" balas Ayu Citra seraya langsung memainkan pedang Bunga Emas yang menebarkan keharuman di udara.Inilah jurus Tarian Pedang Kematian yang didapat dari Nyai Sukarti, gurunya sebelum mondok di pesantren. Kemudian jurus ini diperdalam lagi selama di pesantren.Sesuai namanya, gerakan jurus ini seperti sedang menari. Lembut, tapi kuat dan mematikan.Justru gerakan tarian ini bisa mengecoh lawan apalagi dilakukan wanita dengan segala keindahan tubuhnya.Juragan Bana melangkah mundur sambil memainkan parangnya menghalau serangan pedang Bunga Emas.Selain tak bisa konsentrasi karena gerakan Ayu Citra, aroma harum yang pekat terasa menusuk hidung dan membuat kepala pu
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 203

Kereta kuda mewah yang membawa Kameswara dan Ayu Citra sudah jauh meninggalkan desa terpencil itu. Warga desa disuruh mengangkat Ki Kuwu baru beserta perangkatnya.Ketika melewati hutan kecil mereka melihat ada sebuah kereta kuda yang sama besar dan mewahnya tengah berhenti di pinggir jalan.Dari belakang kelihatannya memang seperti sedang berhenti atau beristirahat, tapi begitu setelah berada di sebelahnya, Kameswara dan yang lainnya terkejut melihat pemandangan mengerikan.Di tempat kusir terkulai dua orang berseragam prajurit yang sama dengan Sena dan Koswara. Tubuh mereka bersimbah darah. Ada beberapa anak panah menancap di badannya."Kau kenal mereka?" tanya Koswara.Sena hanya menggeleng sebelum meloncat turun memeriksa keadaan kedua prajurit yang merupakan rekannya walau tidak kenal namanya.Koswara juga turun langsung memeriksa ke bagian dalam saung."Biadab!" maki Koswara setelah melihat ke dalam. Sena langsung
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 204

Setelan berhasil berdiri, Sena melihat ke arah datangnya serangan. Rupanya senapati sendiri yang turun tangan. Rupanya keramahan beberapa saat lalu hanya pura-pura saja.Sementara di atas kereta, Koswara juga sudah berjibaku melawan prajurit berkuda.Tidak mau tinggal diam, Kameswara dan Ayu Citra juga sudah terlibat. Karena penyerangnya menggunakan kuda, maka mereka juga tidak turun dari keretanya.Di tempat kusir, Koswara menggunakan dua senjata sekaligus. Selain pedang di tangan kiri, juga tombak di tangan kanan.Tombak ini sudah tersedia di tempat khusus yang bisa langsung ditarik apabila diperlukan.Koswara menghadapi lawan di kanan dan kiri. Karena prajurit berkuda ini memiliki kepandaian lebih. Mereka kadang bisa sambil berdiri di atas punggung kuda.Bukan hanya dua orang yang dia lawan, tapi lebih. Seperti Sena, dia juga bukan prajurit sembarangan sehingga mampu meladeni lawan yang banyak.Sementara Kameswara dan
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 205

Kereta kuda terus berjalan sedang. Hari sebentar lagi senja, artinya mereka harus mencari tempat istirahat malam ini. Sena dan Koswara tidak ingin lagi 'ngendong' di rumah pejabat.Mereka berjaga-jaga khawatir seperti seorang wado kemarin. Siapa tahu berencana ingin melenyapkan Kameswara juga.Akhirnya mereka mencari sebuah penginapan saja. Kebetulan sudah memasuki kota raja bawahan lagi."Paman, aku baru ingat sekarang," kata Kameswara. "Bisakah Paman menggambarkan keadaan istana Pakuan?""Baik, Tuan!"Sambil mengendalikan kuda, dua prajurit tangguh ini menerangkan tentang istana Pakuan yang sekarang menjadi pusat pemerintahan kerajaan Sunda-Galuh setelah Raden Pamanah Rasa dinobatkan jadi maharaja."Ada lima keraton yang berjajar dari utara ke selatan, menghadap ke alun-alun yang berada di sebelah utara. Namanya Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati," Koswara memulai cerita."Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipa
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 206

Kameswara lupa kalau dirinya belum mengusap bahu kanan, tapi kakek gemuk ini bisa melihatnya. Seketika langsung sadar ada pepatah di atas langit masih ada langit."Kau heran, kan, aku bisa melihat dirimu padahal orang lain tidak!" ejek si kakek."Tidak juga!""Bagaimana, kau sudah melihat kemampuanku, apa masih bersikeras?""Kenapa memaksa, apa kau tidak memikirkan Maharaja akan curiga kalau aku tidak datang. Karena beliau tahu aku tidak akan mangkir. Maka beliau akan mengusut semuanya!"Si kakek tertawa lantang. "Huh, anak ingusan rencana kami sangat rapi. Anak bau kencur sepertimu tidak akan mampu memikirkannya!""Kalau begitu aku juga memaksa maju terus pantang mundur!""Maju berarti mati!"Si kakek hanya menggerakkan bahu sedikit. Tahu-tahu udara yang semakin gelap dipenuhi energi sangat besar bagaikan gunung yang menindih Kameswara.Kameswara yang sudah mengerahkan kekuatannya ternyata masih kurang
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 207

Si kakek gemuk jatuh berlutut, tapi wajahnya masih menengadah memandang Kameswara."Sejak menyanggupi membunuhmu dan menerima bayaran harga diriku sudah hilang, tapi sejak melihat kau bangkit dan membalikkan keadaan, jiwa kependekaranku kembali lagi,"Si kakek menarik napas agak kesulitan layaknya seorang lanjut usia biasa yang sudah kehilangan tenaga."Jiwa pendekar akan bahagia jika mendapatkan kekalahan dari suatu pertarungan. Mati dengan terhormat karena mendapatkan lawan yang tangguh,"Si kakek kini duduk melipat lutut karena sudah tak kuat lagi menopang tubuhnya.Sementara Kameswara melihat si kakek ini berubah menjadi bijak. Sepertinya kakek gemuk ini ingin mengatakan kata-kata terakhirnya."Terkadang pendekar yang sesungguhnya tidak mencari kemenangan dalam setiap pertarungan, tapi kekalahan,""Aku tidak mengerti apa itu jiwa pendekar, mati terhormat atau mencari kekalahan," ujar Kameswara. "Sebab aku jadi pendek
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 208

"Sepertinya begitu!" jawab Sena.Memang aneh, ketika melihat ke belakang yang terlihat adalah hutan belantara sementara di depan laut luas bagai samudera."Coba putar balik!" ujar Koswara sambil menarik tali kekang.Ketika kereta sudah berbalik mereka dikejutkan lagi dengan perubahan yang terjadi. Hutan belantara berubah jadi lautan api."Aku yakin ini tidak nyata, tapi tetap saja mengganggu, terutama pikiran," kata Sena.Beberapa saat mereka terdiam seolah menunggu sihir itu hilang dengan sendirinya, tapi sampai kapan? Sampai dunia berakhir?Ini sama saja upaya menghalangi Kameswara agar tidak sampai ke istana jadi berhasil. Menunggu pertolongan, siapa yang akan menolong?Jalan keluar satu-satunya harus dipecahkan mereka sendiri."Tuan punya cara?" tanya Koswara."Aku tidak mengerti dan menguasai hal semacam ini," jawab Kameswara.Sena tampak menghela napas panjang. Tidak ada manusia yang meng
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 209

Tujuh hari kemudian kereta kuda yang membawa Kameswara beserta istri sampai juga di kota Pakuan.Selama perjalanan memang tidak ada lagi gangguan yang merintangi, tapi kalau sekedar mengikuti secara diam-diam masih ada.Mereka tidak berani lagi menghalangi Kameswara. Karena berbagai cara sudah digunakan, tapi tidak membawa hasil sama sekali.Kameswara memasuki gerbang kota sebelum tengah hari. Cuaca tampak cerah. Meski hampir tengah hari, udara tetap sejuk karena sebagian tempat berada di kaki gunung.Di sebelah selatan tampak menjulang gunung Salak. Gunung ini terlihat bagaikan tepat berada di belakang lingkungan istana Pakuan."Tuan Sena dan Tuan Koswara sudah pulang?" tanya salah satu penjaga gerbang kota."Ya, akhirnya aku bisa kembali ke Pajajaran," jawab Sena dengan napas lega. Lega karena tidak ada lagi rintangan begitu sampai di kota."Pajajaran?" penjaga gerbang heran mendengarnya."Benar, kota raja di
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 210

Kameswara memutar badan lalu bangun. Tatapan Ayu Citra begitu memburu ingin lekas tahu jawaban dari sang suami. Dia menduga ada satu hal yang menyakiti Kameswara.Nyatanya Kameswara tidak segera menjawab, dia tidak melihat ke arah istrinya melainkan ke kotak kecil berisi perhiasan yang masih tergeletak di lantai."Kang..." Ayu Citra pegang tangan Kameswara. Hatinya tegang. Dia berharap sentuhan tangannya bisa melunakkan hati sang suami.Wajah Kameswara tidak seceria sebelumnya. Ayu Citra semakin menduga-duga. Kedua matanya pun berkaca-kaca. Dia ingin bertanya apa kesalahannya, tapi takut salah bicara.Bahkan suara helaan napas Kameswara terdengar begitu keras saking karena suasana yang begitu sunyi. Kamar mewah ini jadi terasa hambar."Nyai, apa kau ingin aku jadi pejabat?" tanya Kameswara tanpa melihat ke istrinya. Ini cukup mengejutkan Ayu Citra. Apa yang ada di benak Kameswara sehingga bertanya demikian?"Maksud Akang?" Dugaan
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
35
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status