Home / Historical / KEMBALINYA SANG RATU / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of KEMBALINYA SANG RATU: Chapter 31 - Chapter 40

86 Chapters

Bab 31: Kembali dari Talaga, Membangun Harapan Baru

Perjalanan dari Pulau Talaga menjadi momen yang tak terlupakan bagi Sinta dan Jun. Jun-ho memperhatikan keindahan pulau Talaga dan melihat dari jauh pulau Kabaena. Kali ini mereka naik kapal penumpang. Kapal agak besar dibandingkan dengan perahu nelayan. Jun-ho membayangkan tentang tujuh bidadari yang turun di puncak gunung Sambampolulu. “Suatu saat saya akan ke sana, negeri di atas awan,” pikirnya sementara matanya di arahkan ke wajah cantic di depannya, wajah Sinta yang luar biasa. Kulitnya tetap putih dan halus, tanpa terpengaruh oleh terik matahari di sekitar hutan tropis.Wawasan yang mereka peroleh tentang kangkilo—nilai tradisional yang menekankan kejujuran, keseimbangan, dan hubungan yang harmonis dengan alam—telah mengubah cara pandang mereka terhadap perjuangan mereka selama ini. Mereka merasa terinspirasi untuk kembali ke desa mereka dan menerapkan nilai-nilai kangkilo dalam upaya membangun harapan baru bagi masyarakat setempat. 
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 32: Di Bawah Langit Kapuntori

Sinta berdiri memandangi hamparan persawahan di bawah Bukit Kapuntori. Terasa begitu tenang, seolah waktu melambat untuk memberikan ruang bagi pikirannya yang berkelana. Bentangan hijau sawah yang berkilau diterpa matahari sore mengingatkannya pada permadani alam yang penuh keindahan dan rahasia. Kilauan sawah yang menguning memberikan suasana yang nyaman dan tentunya membawa seseorang untuk menikmati senjanya, terlebih dengan seorang kekasih. Matahari perlahan tenggelam di balik bukit, mewarnai langit dengan gradasi warna yang memukau. Sinta merasa beruntung bisa menikmati momen indah ini bersama kekasihnya di bawah langit Kapuntori.Jun-ho berdiri di sampingnya, matanya mengikuti arah pandang Sinta. Ia hanya tersenyum, meskipun di hatinya ada kegelisahan yang sulit ia ungkapkan. Sinta terlihat begitu tenggelam dalam pikirannya, hingga Jun tak bisa menahan diri untuk berkata, "Sinta, ini seperti bentangan permadani. Di sinilah banyak kisah cinta tumbuh dan pergi. Mungkinkah
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 33: Menjaga Hutan Lambusango dengan Kangkilo

Pagi itu, mentari bersinar lembut menyentuh dedaunan Hutan Lambusango. Sinta dan Jun-ho melangkah mantap memasuki desa-desa di sekitar hutan, menyapa warga dan mendengarkan suara mereka. Hari ini, mereka memiliki agenda penting: bertemu dengan tokoh-tokoh adat untuk mendiskusikan ancaman peta izin tambang yang mengintai kelestarian hutan.Sinta dan Jun-ho merasa tegang namun juga penuh semangat untuk melindungi hutan Lambusango. Mereka sadar betapa pentingnya menjaga ekosistem hutan tersebut agar tidak terancam oleh aktivitas tambang yang merusak lingkungan. Dengan hati yang penuh tekad, mereka berharap pertemuan dengan tokoh-tokoh adat dapat membawa solusi yang terbaik untuk menjaga kelestarian hutan yang mereka cintai.Sinta berbicara dengan penuh semangat, "Jun, hari ini kita harus fokus pada pemberdayaan masyarakat. Kita harus memperkenalkan kembali nilai-nilai kangkilo sebagai materi utama dalam pelatihan yang akan datang."Jun menatap Sinta, wajah
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 34: Lambusango Koin dan Perpustakaan di Teluk Lawele

Pagi itu, Jun memulai harinya dengan membuka platform cryptocurrency tempat Lambusango Koin—proyek ambisiusnya—baru saja diluncurkan. Dengan fondasi ekonomi yang kuat, koin ini didukung oleh valuasi ekosistem Hutan Lambusango yang kaya akan keanekaragaman hayati dan nilai budaya. Awalnya, pasar menerima koin tersebut dengan antusias, namun pagi ini segalanya berubah.Investor mulai menjual Lambusango Koin secara massal, menyebabkan harga turun drastis dalam waktu singkat. Jun merasa cemas dan bingung, tidak mengerti apa yang menyebabkan perubahan mendadak ini. Dia segera menuju ke perpustakaan di Teluk Lawele, tempat dia biasa mencari inspirasi dan solusi dalam menghadapi masalah. Saat dia tiba di sana, dia melihat sekelompok orang sedang berdiskusi dengan serius di sudut ruangan. Jun mendekati mereka dan akhirnya menemukan jawaban atas kejadian yang sedang terjadi.Jun kembali melihat layar handphonenya, "Semua merah," gumam Jun, menatap grafik yang menunjukkan penurunan drastis. Lam
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 35: Jejaring Sosial dan Valuasi Hutan Lambusango

Wa Ode Sandibula dan kelompoknya semakin ahli dalam pembuatan minyak kelapa berkualitas tinggi, sebuah produk lokal yang kini mulai mendapatkan perhatian di pasar regional. Mereka bekerja keras, menjaga kualitas dan tradisi dalam setiap proses produksi. Hasilnya, minyak kelapa Lambusango semakin dikenal luas dan diminati oleh konsumen di berbagai daerah. Melalui jejaring sosial yang mereka bangun, Wa Ode Sandibula dan kelompoknya berhasil memperluas pasar dan meningkatkan valuasi produk hutan Lambusango. Dengan terus mempertahankan kualitas dan nilai-nilai tradisional, mereka berhasil menciptakan produk unggulan yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat."Ode, minyak ini bagus, hanya saja kalau kita tidak bicara sama bapak-bapak kita, kita akan kehabisan bahan baku," ujar Wa Ambe saat mereka menyaksikan minyak kelapa yang selesai mereka masak. Wa Ode Sandibula dan kelompoknya terus berupaya untuk menjaga hubungan baik dengan para petani lokal agar pasokan bahan baku ter
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 36: Hutan Lambusango, Apotik Hidup

Pagi yang cerah membawa Sinta dan Jun ke Kakenauwe, sebuah desa yang dikenal dengan kearifan lokalnya dan keberadaan kampus pengembangan komunitas. Di sana, Sinta berencana melibatkan mahasiswa sebagai penggerak penelitian dan inovasi berbasis sumber daya lokal, terutama yang berkaitan dengan potensi hutan Lambusango.Di ruang pertemuan sederhana, Dr. Mukhsin, seorang peneliti lingkungan dan ahli etnobotani, tengah menggali informasi dari beberapa tokoh adat dan ahli obat tradisional. Fokusnya adalah mengeksplorasi potensi hutan Lambusango sebagai apotik hidup. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah Ue Ndoke, sebuah ramuan anti-racun yang dipercaya mampu mengobati gigitan rabies.Sinta sangat bersemangat melihat potensi kolaborasi dan berbagi pengetahuan antara para mahasiswa dan komunitas lokal di kampus pengembangan. Dia membayangkan masa depan di mana para mahasiswa dapat terlibat aktif dalam penelitian dan inovasi menggunakan sumber daya lokal, terutama dengan fokus pada pote
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 37: Apotek Hidup Lambusango

Pagi itu, Sinta dan Jun berdiskusi panjang lebar di bawah rindangnya pepohonan Hutan Lambusango. Mereka baru saja selesai menemani Dr. Mukhlis, yang begitu tekun menggali informasi dari para dukun dan tokoh adat setempat. Penelitian Dr. Mukhlis tentang potensi obat-obatan tradisional di Hutan Lambusango membuka mata mereka pada kemungkinan besar yang selama ini terabaikan."Jun," Sinta memulai, "apa yang dilakukan oleh Dr. Mukhlis itu bisa menjadi kunci untuk menjadikan Buton sebagai pusat pengembangan obat tradisional di Indonesia. Bayangkan saja, dunia bisa mengenal potensi besar dari hutan ini, bukan hanya sebagai paru-paru dunia, tapi juga sumber pengobatan alami."Jun mengangguk, matanya menyipit menatap rimbunnya dedaunan di kejauhan. "Betul. Tapi potensi sebesar ini harus dikelola dengan bijak. Tidak hanya untuk kemajuan ekonomi, tetapi juga untuk melindungi hutan ini dari eksploitasi. Jika kita tidak melibatkan masyarakat, nilai-nilai lokal seperti yang diajarkan para dukun it
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 38: Lambusango Research Center dan Masa Depan

Pagi itu, Sinta, Jun, dan Dr. Mukhlis duduk bersama di sebuah aula sederhana di dekat kawasan Hutan Lambusango. Mereka sedang memetakan rencana besar untuk membangun Lambusango Research Center (LRC). Dalam diskusi tersebut, mereka bertekad menjadikan LRC sebagai pusat riset terpadu yang melibatkan peneliti dari berbagai universitas, baik nasional maupun internasional.Mereka juga berencana untuk melibatkan masyarakat lokal dalam setiap kegiatan riset yang dilakukan di LRC, sehingga dapat memberikan manfaat langsung bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. Selain itu, mereka juga ingin menjadikan LRC sebagai pusat pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda yang tertarik dalam bidang konservasi lingkungan dan penelitian alam. Dengan semangat dan visi yang kuat, mereka yakin bahwa LRC akan menjadi salah satu pusat riset terkemuka di Indonesia dan memberikan kontribusi besar dalam pelestarian alam dan keberlanjutan lingkungan."Sinta, Jun," Dr. Mukhlis memulai, "jika LRC ini berhasil diban
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 39: Harapan Baru dari Kepulangan Wa Ode Andri

Wa Ode Andri kembali ke kampung halamannya setelah menyelesaikan pendidikan di salah satu universitas terkemuka di Eropa. Kepulangannya membawa harapan besar bagi Sinta, Jun, dan seluruh tim yang tengah berupaya mengembangkan masyarakat di sekitar Hutan Lambusango. Dengan pengalaman mendalam dalam riset obat tradisional dan pengembangan perpustakaan berbasis masyarakat, kehadirannya menjadi aset tak ternilai.Mereka semua sangat antusias untuk mendengar cerita-cerita baru yang akan dibagikan oleh Wa Ode Andri tentang pengalamannya di luar negeri. Sinta, Jun, dan tim lainnya berharap bahwa pengetahuan dan keterampilan baru yang dimiliki oleh Wa Ode Andri dapat membantu mempercepat pembangunan dan kemajuan di desa mereka. Semangat baru pun mulai menyala di hati mereka, siap untuk menghadapi tantangan-tantangan baru yang akan datang.Di ruang diskusi Lambusango Research Center (LRC), Wa Ode Andri memaparkan rencananya. "Saya ingin fokus pada dua hal: penelitian tentang obat-obatan tradis
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 40: Hadiah Cinta di Tengah Literasi

Jun duduk di ruang diskusi Lambusango Research Center, mendengarkan dengan penuh perhatian penjelasan dari Wa Ode Andri tentang pentingnya perpustakaan sebagai pusat literasi dan pemberdayaan masyarakat. Semangat dan visi Andri memicu ide yang terus menggelegak di pikiran Jun—gagasan membangun Lambusango Library bukan hanya untuk komunitas di sekitar hutan, tetapi juga sebagai bentuk nyata dari rasa cintanya kepada Sinta.Saat Andri menjelaskan konsep perpustakaan yang juga mencakup digitalisasi pengetahuan lokal dan pelayanan berbasis desa, Jun membisikkan sesuatu ke telinga Sinta. "Perpustakaan ini akan kuhadiahkan sebagai hadiah cintaku untukmu. Ketika aku menikahimu, aku akan memberikan perpustakaan ini sebagai maharku."Sinta terkejut dan tersenyum, merasa terharu dengan tawaran Jun. Dia tidak pernah membayangkan bahwa cinta mereka akan diwujudkan dalam bentuk sebuah perpustakaan. Namun, dia juga merasa bangga dan terinspirasi dengan ide yang diusulkan oleh
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more
PREV
1234569
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status