Beranda / Historical / KEMBALINYA SANG RATU / Bab 38: Lambusango Research Center dan Masa Depan

Share

Bab 38: Lambusango Research Center dan Masa Depan

Penulis: Oceania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-24 08:01:21

Pagi itu, Sinta, Jun, dan Dr. Mukhlis duduk bersama di sebuah aula sederhana di dekat kawasan Hutan Lambusango. Mereka sedang memetakan rencana besar untuk membangun Lambusango Research Center (LRC). Dalam diskusi tersebut, mereka bertekad menjadikan LRC sebagai pusat riset terpadu yang melibatkan peneliti dari berbagai universitas, baik nasional maupun internasional.

Mereka juga berencana untuk melibatkan masyarakat lokal dalam setiap kegiatan riset yang dilakukan di LRC, sehingga dapat memberikan manfaat langsung bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. Selain itu, mereka juga ingin menjadikan LRC sebagai pusat pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda yang tertarik dalam bidang konservasi lingkungan dan penelitian alam. Dengan semangat dan visi yang kuat, mereka yakin bahwa LRC akan menjadi salah satu pusat riset terkemuka di Indonesia dan memberikan kontribusi besar dalam pelestarian alam dan keberlanjutan lingkungan.

"Sinta, Jun," Dr. Mukhlis memulai, "jika LRC ini berhasil diban
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 39: Harapan Baru dari Kepulangan Wa Ode Andri

    Wa Ode Andri kembali ke kampung halamannya setelah menyelesaikan pendidikan di salah satu universitas terkemuka di Eropa. Kepulangannya membawa harapan besar bagi Sinta, Jun, dan seluruh tim yang tengah berupaya mengembangkan masyarakat di sekitar Hutan Lambusango. Dengan pengalaman mendalam dalam riset obat tradisional dan pengembangan perpustakaan berbasis masyarakat, kehadirannya menjadi aset tak ternilai.Mereka semua sangat antusias untuk mendengar cerita-cerita baru yang akan dibagikan oleh Wa Ode Andri tentang pengalamannya di luar negeri. Sinta, Jun, dan tim lainnya berharap bahwa pengetahuan dan keterampilan baru yang dimiliki oleh Wa Ode Andri dapat membantu mempercepat pembangunan dan kemajuan di desa mereka. Semangat baru pun mulai menyala di hati mereka, siap untuk menghadapi tantangan-tantangan baru yang akan datang.Di ruang diskusi Lambusango Research Center (LRC), Wa Ode Andri memaparkan rencananya. "Saya ingin fokus pada dua hal: penelitian tentang obat-obatan tradis

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 40: Hadiah Cinta di Tengah Literasi

    Jun duduk di ruang diskusi Lambusango Research Center, mendengarkan dengan penuh perhatian penjelasan dari Wa Ode Andri tentang pentingnya perpustakaan sebagai pusat literasi dan pemberdayaan masyarakat. Semangat dan visi Andri memicu ide yang terus menggelegak di pikiran Jun—gagasan membangun Lambusango Library bukan hanya untuk komunitas di sekitar hutan, tetapi juga sebagai bentuk nyata dari rasa cintanya kepada Sinta.Saat Andri menjelaskan konsep perpustakaan yang juga mencakup digitalisasi pengetahuan lokal dan pelayanan berbasis desa, Jun membisikkan sesuatu ke telinga Sinta. "Perpustakaan ini akan kuhadiahkan sebagai hadiah cintaku untukmu. Ketika aku menikahimu, aku akan memberikan perpustakaan ini sebagai maharku."Sinta terkejut dan tersenyum, merasa terharu dengan tawaran Jun. Dia tidak pernah membayangkan bahwa cinta mereka akan diwujudkan dalam bentuk sebuah perpustakaan. Namun, dia juga merasa bangga dan terinspirasi dengan ide yang diusulkan oleh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 41: Perlawanan Parabela

    Di tengah ancaman eksploitasi tambang yang semakin merajalela, komunitas Parabela tetap teguh mempertahankan tanah adat mereka. Desa yang dikelilingi Hutan Lambusango itu semakin sering menjadi target perusahaan tambang yang mengincar sumber daya alamnya. Namun, para Parabela, penjaga tradisi dan pelindung tanah leluhur, tidak pernah goyah oleh ancaman, uang, maupun sogokan.Sinta dan Jun memutuskan untuk menemui Ketua Parabela, seorang tokoh kharismatik bernama La Ode Moke, yang terkenal akan keberaniannya dan komitmennya menjaga tanah adat. Mereka ingin memastikan bahwa perjuangan Parabela terus berjalan, sekaligus mencari cara untuk memperkuat perlawanan ini secara legal dan strategis."Saudara-saudaraku, belakangan ini, pengusaha tambang sudah hampir menyerah; berbagai upaya mereka telah lakukan, tetapi kita tidak boleh menyerah," ucapnya antusias."Hutan ini bukan milik kita, bukan pula warisan dari nenek moyang kita, tetapi kalian harus tahu, kita semua harus tahu, bahwa hutan in

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 42: Kesadaran La Ode Harimao

    La Ode Harimao termenung di beranda rumah adatnya, memandang hamparan hutan Lambusango yang membentang luas. Semilir angin membawa suara dedaunan yang bergesekan, seolah mengingatkannya pada tanggung jawab besar yang kini dipikulnya. Ia semakin sadar bahwa menjaga tanah adat bukan sekadar melindungi lingkungan, tetapi juga mempertahankan identitas dan martabat masyarakat Buton. Ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat, La Ode Harimao bangkit dari lamunannya dan bersiap untuk melanjutkan perjuangan menjaga kelestarian hutan Lambusango. Dengan tekad yang semakin kuat, ia yakin bahwa langkahnya akan memberikan dampak positif bagi generasi mendatang.La Ode Harimao merenungkan apa yang selama ini dilaluinya; ia telah melewati beberapa masa. Dia seolah prasasti hidup yang terus mencatat perjalanan bangsa Buton: "Bangsaku, generasiku, tanah adatku, mungkinkan ini semua akan tetap menjadi titiapan generasi mendatang, sehingga setiap generasi Buton harus berpikir untuk menjaganya." Samar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 43: Cinta, Tantangan, dan Pemberdayaan

    Kisah cinta Jun-ho dan Sinta bukan hanya sekadar perjalanan yang indah, tetapi juga penuh tantangan. Budaya yang berbeda, tanggung jawab terhadap masyarakat, serta impian besar mereka untuk melestarikan Hutan Lambusango, semuanya membentuk dinamika hubungan mereka. Namun, justru dalam tantangan itulah mereka menemukan makna cinta yang sesungguhnya.Dalam perjalanan mereka, Jun-ho dan Sinta belajar untuk saling mendukung dan memahami satu sama lain. Mereka menyadari bahwa cinta sejati bukanlah tentang keindahan semata, tetapi juga tentang kesetiaan dan komitmen untuk bersama-sama menghadapi segala rintangan. Meskipun terkadang mereka harus berjuang melawan prasangka dan hambatan yang ada, namun kekuatan cinta mereka yang tulus mampu mengatasi semua itu. Dengan tekad dan semangat yang tak kenal lelah, Jun-ho dan Sinta bersama-sama menjalani perjalanan mereka, tidak hanya untuk mencapai impian mereka, tetapi juga untuk menginspirasi orang lain tentang arti sejati dari cinta dan pemberday

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 44: "Titian Dua Dunia"

    Pukul 11.00 WITA, panas terik menyapa Bandara Betoambari. Sinta berdiri di bawah pohon asam, tangan menggenggam keris pusaka peninggalan Ratu Wakaaka yang terselip di balik kain tenun Buton. Jun Ho di sampingnya, memandang langit dengan cemas. Pesawat dari Seoul yang membawa orang tuanya baru saja mendarat. Mereka telah menunggu kedatangan orang tua Jun Ho selama berjam-jam, dan kecemasan mulai menghantui pikiran mereka. Sinta memejamkan mata sejenak, berdoa agar kedua orang tua Jun Ho selamat sampai di Bandara Betoambari. Dia merasa tegang dan tidak sabar untuk segera bertemu dengan mereka setelah begitu lama terpisah. Jun Ho mencoba menenangkan Sinta dengan senyuman hangatnya, memegang erat tangan gadis itu sambil menatap pesawat yang baru mendarat. Semoga pertemuan kali ini membawa kebahagiaan bagi mereka semua."Saya sangat tegang, sayang," ucap Sinta. Jun Ho tersenyum lembut, "Semuanya akan baik-baik saja, jangan khawatir. Mereka pasti akan sampai dengan selamat." Sinta tersenyum

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 1: Kembali ke Akar

    Angin sepoi-sepoi membawa aroma harum damar dan tanah basah. Hutan Lambusango, yang konon menjadi saksi bisu kelahiran para raja di Pulau Buton, kini terasa lebih hidup dari biasanya. Sinar matahari pagi menembus dedaunan, menciptakan corak-corak indah di lantai hutan yang dipenuhi lumut hijau. Di tengah hutan yang masih asri itu, berdiri seorang perempuan dengan kecantikan yang memukau. Rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin, matanya berkilau memancarkan cahaya biru lembut. Dialah Ratu Wakaaka, penguasa legendaris Pulau Buton yang kembali ke dunia fana.Sejak kedatangannya, Wakaaka merasakan ada ikatan yang kuat menariknya ke Hutan Lambusango. Ia merasakan kehadiran sesuatu yang familiar, sebuah energi yang membuatnya tenang namun juga rasa penasaran. Dengan langkah ringan, ia berjalan menyusuri jalan setapak yang sudah lama tidak terjamak. Di tengah perjalanan, Wakaaka tiba-tiba terhenti. Di depannya, berdiri sebuah pohon bambu tua yang sangat besar. Pohonnya tampak berbeda

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 2: Di Antara Dua Dunia

    Wakaaka duduk termenung di bawah pohon beringin tua di halaman istana. Cahaya rembulan memantulkan bayangannya yang memanjang di atas tanah. Pikirannya melayang jauh, mengingat kembali semua kejadian yang telah dialaminya. Ia merasa terjebak di antara dua dunia: dunia manusia yang penuh dengan tanggung jawab dan dunia magis yang penuh misteri. Dari atas bukit itu, ia memandang ke arah barat menjelang matahari terbenam.Sebagai ratu, ia harus menjaga keseimbangan dan keharmonisan di pulau Buton. Namun, sebagai seorang wanita biasa, ia juga memiliki keinginan untuk memahami dirinya sendiri dan kekuatan magis yang dimilikinya. Konflik batin ini membuatnya terasa terombang-ambing."Apa yang harus kulakukan?" gumamnya lirih.Tiba-tiba, ia mendengar suara lembut memanggil namanya. "Wakaaka, jangan terlalu bersantai."Wakaaka menoleh ke arah suara itu. Seorang wanita tua dengan rambut putih panjang sedang berdiri di belakangnya. Wanita itu memiliki mata yang bersinar terang, seolah-olah meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 44: "Titian Dua Dunia"

    Pukul 11.00 WITA, panas terik menyapa Bandara Betoambari. Sinta berdiri di bawah pohon asam, tangan menggenggam keris pusaka peninggalan Ratu Wakaaka yang terselip di balik kain tenun Buton. Jun Ho di sampingnya, memandang langit dengan cemas. Pesawat dari Seoul yang membawa orang tuanya baru saja mendarat. Mereka telah menunggu kedatangan orang tua Jun Ho selama berjam-jam, dan kecemasan mulai menghantui pikiran mereka. Sinta memejamkan mata sejenak, berdoa agar kedua orang tua Jun Ho selamat sampai di Bandara Betoambari. Dia merasa tegang dan tidak sabar untuk segera bertemu dengan mereka setelah begitu lama terpisah. Jun Ho mencoba menenangkan Sinta dengan senyuman hangatnya, memegang erat tangan gadis itu sambil menatap pesawat yang baru mendarat. Semoga pertemuan kali ini membawa kebahagiaan bagi mereka semua."Saya sangat tegang, sayang," ucap Sinta. Jun Ho tersenyum lembut, "Semuanya akan baik-baik saja, jangan khawatir. Mereka pasti akan sampai dengan selamat." Sinta tersenyum

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 43: Cinta, Tantangan, dan Pemberdayaan

    Kisah cinta Jun-ho dan Sinta bukan hanya sekadar perjalanan yang indah, tetapi juga penuh tantangan. Budaya yang berbeda, tanggung jawab terhadap masyarakat, serta impian besar mereka untuk melestarikan Hutan Lambusango, semuanya membentuk dinamika hubungan mereka. Namun, justru dalam tantangan itulah mereka menemukan makna cinta yang sesungguhnya.Dalam perjalanan mereka, Jun-ho dan Sinta belajar untuk saling mendukung dan memahami satu sama lain. Mereka menyadari bahwa cinta sejati bukanlah tentang keindahan semata, tetapi juga tentang kesetiaan dan komitmen untuk bersama-sama menghadapi segala rintangan. Meskipun terkadang mereka harus berjuang melawan prasangka dan hambatan yang ada, namun kekuatan cinta mereka yang tulus mampu mengatasi semua itu. Dengan tekad dan semangat yang tak kenal lelah, Jun-ho dan Sinta bersama-sama menjalani perjalanan mereka, tidak hanya untuk mencapai impian mereka, tetapi juga untuk menginspirasi orang lain tentang arti sejati dari cinta dan pemberday

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 42: Kesadaran La Ode Harimao

    La Ode Harimao termenung di beranda rumah adatnya, memandang hamparan hutan Lambusango yang membentang luas. Semilir angin membawa suara dedaunan yang bergesekan, seolah mengingatkannya pada tanggung jawab besar yang kini dipikulnya. Ia semakin sadar bahwa menjaga tanah adat bukan sekadar melindungi lingkungan, tetapi juga mempertahankan identitas dan martabat masyarakat Buton. Ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat, La Ode Harimao bangkit dari lamunannya dan bersiap untuk melanjutkan perjuangan menjaga kelestarian hutan Lambusango. Dengan tekad yang semakin kuat, ia yakin bahwa langkahnya akan memberikan dampak positif bagi generasi mendatang.La Ode Harimao merenungkan apa yang selama ini dilaluinya; ia telah melewati beberapa masa. Dia seolah prasasti hidup yang terus mencatat perjalanan bangsa Buton: "Bangsaku, generasiku, tanah adatku, mungkinkan ini semua akan tetap menjadi titiapan generasi mendatang, sehingga setiap generasi Buton harus berpikir untuk menjaganya." Samar

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 41: Perlawanan Parabela

    Di tengah ancaman eksploitasi tambang yang semakin merajalela, komunitas Parabela tetap teguh mempertahankan tanah adat mereka. Desa yang dikelilingi Hutan Lambusango itu semakin sering menjadi target perusahaan tambang yang mengincar sumber daya alamnya. Namun, para Parabela, penjaga tradisi dan pelindung tanah leluhur, tidak pernah goyah oleh ancaman, uang, maupun sogokan.Sinta dan Jun memutuskan untuk menemui Ketua Parabela, seorang tokoh kharismatik bernama La Ode Moke, yang terkenal akan keberaniannya dan komitmennya menjaga tanah adat. Mereka ingin memastikan bahwa perjuangan Parabela terus berjalan, sekaligus mencari cara untuk memperkuat perlawanan ini secara legal dan strategis."Saudara-saudaraku, belakangan ini, pengusaha tambang sudah hampir menyerah; berbagai upaya mereka telah lakukan, tetapi kita tidak boleh menyerah," ucapnya antusias."Hutan ini bukan milik kita, bukan pula warisan dari nenek moyang kita, tetapi kalian harus tahu, kita semua harus tahu, bahwa hutan in

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 40: Hadiah Cinta di Tengah Literasi

    Jun duduk di ruang diskusi Lambusango Research Center, mendengarkan dengan penuh perhatian penjelasan dari Wa Ode Andri tentang pentingnya perpustakaan sebagai pusat literasi dan pemberdayaan masyarakat. Semangat dan visi Andri memicu ide yang terus menggelegak di pikiran Jun—gagasan membangun Lambusango Library bukan hanya untuk komunitas di sekitar hutan, tetapi juga sebagai bentuk nyata dari rasa cintanya kepada Sinta.Saat Andri menjelaskan konsep perpustakaan yang juga mencakup digitalisasi pengetahuan lokal dan pelayanan berbasis desa, Jun membisikkan sesuatu ke telinga Sinta. "Perpustakaan ini akan kuhadiahkan sebagai hadiah cintaku untukmu. Ketika aku menikahimu, aku akan memberikan perpustakaan ini sebagai maharku."Sinta terkejut dan tersenyum, merasa terharu dengan tawaran Jun. Dia tidak pernah membayangkan bahwa cinta mereka akan diwujudkan dalam bentuk sebuah perpustakaan. Namun, dia juga merasa bangga dan terinspirasi dengan ide yang diusulkan oleh

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 39: Harapan Baru dari Kepulangan Wa Ode Andri

    Wa Ode Andri kembali ke kampung halamannya setelah menyelesaikan pendidikan di salah satu universitas terkemuka di Eropa. Kepulangannya membawa harapan besar bagi Sinta, Jun, dan seluruh tim yang tengah berupaya mengembangkan masyarakat di sekitar Hutan Lambusango. Dengan pengalaman mendalam dalam riset obat tradisional dan pengembangan perpustakaan berbasis masyarakat, kehadirannya menjadi aset tak ternilai.Mereka semua sangat antusias untuk mendengar cerita-cerita baru yang akan dibagikan oleh Wa Ode Andri tentang pengalamannya di luar negeri. Sinta, Jun, dan tim lainnya berharap bahwa pengetahuan dan keterampilan baru yang dimiliki oleh Wa Ode Andri dapat membantu mempercepat pembangunan dan kemajuan di desa mereka. Semangat baru pun mulai menyala di hati mereka, siap untuk menghadapi tantangan-tantangan baru yang akan datang.Di ruang diskusi Lambusango Research Center (LRC), Wa Ode Andri memaparkan rencananya. "Saya ingin fokus pada dua hal: penelitian tentang obat-obatan tradis

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 38: Lambusango Research Center dan Masa Depan

    Pagi itu, Sinta, Jun, dan Dr. Mukhlis duduk bersama di sebuah aula sederhana di dekat kawasan Hutan Lambusango. Mereka sedang memetakan rencana besar untuk membangun Lambusango Research Center (LRC). Dalam diskusi tersebut, mereka bertekad menjadikan LRC sebagai pusat riset terpadu yang melibatkan peneliti dari berbagai universitas, baik nasional maupun internasional.Mereka juga berencana untuk melibatkan masyarakat lokal dalam setiap kegiatan riset yang dilakukan di LRC, sehingga dapat memberikan manfaat langsung bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. Selain itu, mereka juga ingin menjadikan LRC sebagai pusat pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda yang tertarik dalam bidang konservasi lingkungan dan penelitian alam. Dengan semangat dan visi yang kuat, mereka yakin bahwa LRC akan menjadi salah satu pusat riset terkemuka di Indonesia dan memberikan kontribusi besar dalam pelestarian alam dan keberlanjutan lingkungan."Sinta, Jun," Dr. Mukhlis memulai, "jika LRC ini berhasil diban

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 37: Apotek Hidup Lambusango

    Pagi itu, Sinta dan Jun berdiskusi panjang lebar di bawah rindangnya pepohonan Hutan Lambusango. Mereka baru saja selesai menemani Dr. Mukhlis, yang begitu tekun menggali informasi dari para dukun dan tokoh adat setempat. Penelitian Dr. Mukhlis tentang potensi obat-obatan tradisional di Hutan Lambusango membuka mata mereka pada kemungkinan besar yang selama ini terabaikan."Jun," Sinta memulai, "apa yang dilakukan oleh Dr. Mukhlis itu bisa menjadi kunci untuk menjadikan Buton sebagai pusat pengembangan obat tradisional di Indonesia. Bayangkan saja, dunia bisa mengenal potensi besar dari hutan ini, bukan hanya sebagai paru-paru dunia, tapi juga sumber pengobatan alami."Jun mengangguk, matanya menyipit menatap rimbunnya dedaunan di kejauhan. "Betul. Tapi potensi sebesar ini harus dikelola dengan bijak. Tidak hanya untuk kemajuan ekonomi, tetapi juga untuk melindungi hutan ini dari eksploitasi. Jika kita tidak melibatkan masyarakat, nilai-nilai lokal seperti yang diajarkan para dukun it

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 36: Hutan Lambusango, Apotik Hidup

    Pagi yang cerah membawa Sinta dan Jun ke Kakenauwe, sebuah desa yang dikenal dengan kearifan lokalnya dan keberadaan kampus pengembangan komunitas. Di sana, Sinta berencana melibatkan mahasiswa sebagai penggerak penelitian dan inovasi berbasis sumber daya lokal, terutama yang berkaitan dengan potensi hutan Lambusango.Di ruang pertemuan sederhana, Dr. Mukhsin, seorang peneliti lingkungan dan ahli etnobotani, tengah menggali informasi dari beberapa tokoh adat dan ahli obat tradisional. Fokusnya adalah mengeksplorasi potensi hutan Lambusango sebagai apotik hidup. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah Ue Ndoke, sebuah ramuan anti-racun yang dipercaya mampu mengobati gigitan rabies.Sinta sangat bersemangat melihat potensi kolaborasi dan berbagi pengetahuan antara para mahasiswa dan komunitas lokal di kampus pengembangan. Dia membayangkan masa depan di mana para mahasiswa dapat terlibat aktif dalam penelitian dan inovasi menggunakan sumber daya lokal, terutama dengan fokus pada pote

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status