Home / Historical / KEMBALINYA SANG RATU / Bab 42: Kesadaran La Ode Harimao

Share

Bab 42: Kesadaran La Ode Harimao

Author: Oceania
last update Last Updated: 2025-01-30 03:33:23

La Ode Harimao termenung di beranda rumah adatnya, memandang hamparan hutan Lambusango yang membentang luas. Semilir angin membawa suara dedaunan yang bergesekan, seolah mengingatkannya pada tanggung jawab besar yang kini dipikulnya. Ia semakin sadar bahwa menjaga tanah adat bukan sekadar melindungi lingkungan, tetapi juga mempertahankan identitas dan martabat masyarakat Buton. Ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat, La Ode Harimao bangkit dari lamunannya dan bersiap untuk melanjutkan perjuangan menjaga kelestarian hutan Lambusango. Dengan tekad yang semakin kuat, ia yakin bahwa langkahnya akan memberikan dampak positif bagi generasi mendatang.

La Ode Harimao merenungkan apa yang selama ini dilaluinya; ia telah melewati beberapa masa. Dia seolah prasasti hidup yang terus mencatat perjalanan bangsa Buton: "Bangsaku, generasiku, tanah adatku, mungkinkan ini semua akan tetap menjadi titiapan generasi mendatang, sehingga setiap generasi Buton harus berpikir untuk menjaganya." Samar
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 43: Cinta, Tantangan, dan Pemberdayaan

    Kisah cinta Jun-ho dan Sinta bukan hanya sekadar perjalanan yang indah, tetapi juga penuh tantangan. Budaya yang berbeda, tanggung jawab terhadap masyarakat, serta impian besar mereka untuk melestarikan Hutan Lambusango, semuanya membentuk dinamika hubungan mereka. Namun, justru dalam tantangan itulah mereka menemukan makna cinta yang sesungguhnya.Dalam perjalanan mereka, Jun-ho dan Sinta belajar untuk saling mendukung dan memahami satu sama lain. Mereka menyadari bahwa cinta sejati bukanlah tentang keindahan semata, tetapi juga tentang kesetiaan dan komitmen untuk bersama-sama menghadapi segala rintangan. Meskipun terkadang mereka harus berjuang melawan prasangka dan hambatan yang ada, namun kekuatan cinta mereka yang tulus mampu mengatasi semua itu. Dengan tekad dan semangat yang tak kenal lelah, Jun-ho dan Sinta bersama-sama menjalani perjalanan mereka, tidak hanya untuk mencapai impian mereka, tetapi juga untuk menginspirasi orang lain tentang arti sejati dari cinta dan pemberday

    Last Updated : 2025-01-31
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 44: "Titian Dua Dunia"

    Pukul 11.00 WITA, panas terik menyapa Bandara Betoambari. Sinta berdiri di bawah pohon asam, tangan menggenggam keris pusaka peninggalan Ratu Wakaaka yang terselip di balik kain tenun Buton. Jun Ho di sampingnya, memandang langit dengan cemas. Pesawat dari Seoul yang membawa orang tuanya baru saja mendarat. Mereka telah menunggu kedatangan orang tua Jun Ho selama berjam-jam, dan kecemasan mulai menghantui pikiran mereka. Sinta memejamkan mata sejenak, berdoa agar kedua orang tua Jun Ho selamat sampai di Bandara Betoambari. Dia merasa tegang dan tidak sabar untuk segera bertemu dengan mereka setelah begitu lama terpisah. Jun Ho mencoba menenangkan Sinta dengan senyuman hangatnya, memegang erat tangan gadis itu sambil menatap pesawat yang baru mendarat. Semoga pertemuan kali ini membawa kebahagiaan bagi mereka semua."Saya sangat tegang, sayang," ucap Sinta. Jun Ho tersenyum lembut, "Semuanya akan baik-baik saja, jangan khawatir. Mereka pasti akan sampai dengan selamat." Sinta tersenyum

    Last Updated : 2025-02-01
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 45: Akad dan Asap Dupa

    Bab 45: "Akad dan Asap Dupa"Pukul 08.00 WITA, kabar tentang surat yang dikirim lewat email dari Seoul mengguncang desa. Nyonya Choi Eun-suh membeli 10 hektar lahan di tepi hutan Lambusango tepat menghadap ke timur laut yang berhiaskan teluk Lawele untuk membangun villa mewah bertema Jeju-buton fusion. Jun Ho membaca surat itu, sementara Sinta menatap ke arah hutan tempat Ratu Wakaaka dahulu berunding dengan para tetua. Dia merasa terkejut dan gembira sekaligus. Ingin segera memberitahu Sinta tentang rencana yang sudah lama dia susun. Namun, dia juga merasa cemas dengan reaksi Sinta yang mungkin tidak sejalan dengan ide tersebut. Sementara itu, Sinta terdiam dalam pemikirannya, terpana dengan keindahan hutan yang masih menyimpan sejarah dan misteri di baliknya. Pikiran Sinta terbang ke beberapa abad silam, menyaksikan pertempuran dasyat yang menenggelamkan kapal Belanda di teluk Lawele. Menyaksikan taktik gerilya Oputa yi Koo yang memusingkan Belanda

    Last Updated : 2025-02-02
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 46: Tarian yang Menyatukan Langit dan Seoul

    Pukul 06.17 WITA, matahari belum sepenuhnya terbit ketika teriakan pekerja villa mengguncang Lambusango. Prasasti batu hitam bertuliskan aksara Wolio kuno ditemukan di bawah fondasi villa. Tulisan itu berbunyi: “Yang merusak tanah ini, akan dikunyah arwah yang lapar.” Sinta segera mengenali simbol kura-kura bermahkota di sudut prasasti—lambang Ratu Wakaaka.Dia teringat cerita neneknya tentang legenda Ratu Wakaaka yang konon mempunyai kekuatan untuk mengendalikan arwah-arwah lapar yang berkeliaran di tanah tersebut. Sinta merasa gugup namun juga penasaran dengan temuan tersebut. Dia segera memutuskan untuk memanggil seorang arkeolog untuk menyelidiki lebih lanjut mengenai makna dari prasasti tersebut. Dalam hatinya, Sinta merasa bahwa temuan ini adalah awal dari petualangan besar yang akan mengubah hidupnya selamanya.Sinta tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang signifikan tentang penemuan simbol Ratu Wakaaka pada prasasti k

    Last Updated : 2025-02-03
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 47: "Telur, Enzim, dan Langkah Pertama di Jeju"

    Pukul 05.30 WITA, kabar tentang telur kura-kura langka di kolam renang villa viral sebelum fajar. Kura-kura Lepidochelys olivacea yang seharusnya bertelur di pantai terpencil, justru memilih kolam marmer villa Nyonya Choi. Para pekerja berbisik: “Ini pertanda Ratu Wakaaka mengawasi kita.” Sementara di Seoul, dr. Lee Min-ji mengirim email berjudul “Wakaaka’s Enzyme: Kunci Anti-Aging?” ke Jun Ho, dengan lampiran data kimia yang membingungkan. Jun Ho membaca email dari dr. Lee Min-ji dengan penuh antusiasme. Dia segera menyadari bahwa penemuan enzim baru ini bisa menjadi terobosan besar dalam industri kecantikan. Tanpa ragu, Jun Ho langsung membalas email tersebut untuk mengatur pertemuan dengan dr. Lee Min-ji dan membahas lebih lanjut tentang potensi enzim tersebut. Sementara itu, di Jeju, Nyonya Choi terkejut saat menemukan telur-telur kura-kura di kolam renangnya, dan dia yakin bahwa ini adalah pertanda baik yang harus diambil tindakan.Dia seger

    Last Updated : 2025-02-04
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 48: "Kura-Kura Putih dan Jejak Misterinya"

    Pukul 03.00 WITA, telur kura-kura albino menetas di kolam villa. Bayi kura-kura itu bersisik seperti mutiara, matanya merah delima. Tanpa ragu, ia berenang ke arah Sinta yang sedang video call dengan Jun Ho dari bandara. “Ini pertanda, Jun. Dia memilih kita,” bisik Sinta, air mata menetes. Tapi sebelum ia bisa menyentuhnya, kura-kura kecil itu menyelam ke dasar kolam dan menghilang, meninggalkan jejak cahaya keperakan.Sinta dan Jun Ho terpesona oleh kehadiran kura-kura putih yang misterius itu. Mereka merasa bahwa ada sesuatu yang istimewa dari makhluk itu, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Mereka pun merasa bahwa kura-kura tersebut membawa sebuah pesan atau pertanda yang penting bagi mereka berdua. Dengan hati penuh haru, Sinta dan Jun Ho memutuskan untuk mengikuti jejak cahaya keperakan yang ditinggalkan oleh kura-kura kecil tersebut, tanpa tahu apa yang akan menunggu mereka di ujung perjalanan tersebut."Dia kemana?" tanya Sinta penasaran, sebab matanya tinggal

    Last Updated : 2025-02-05
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 49: "Hieroglif, Pengkhianatan, dan Sintesis Dosa"

    Pukul 15.00 CET, Danau Zurich berkilau di bawah matahari musim semi. Sinta terduduk di tepi danau, matanya menatap kura-kura albino yang muncul tiba-tiba. Di cangkangnya, hieroglif Wolio kuno berpendar: “Darahmu adalah jembatan, jiwamu adalah medan perang.” Jun Ho, yang sedang berbicara dengan investor, terpaku saat melihat Sinta mengusap cangkang itu. “Ini peringatan dari Ratu Wakaaka,” bisiknya, “tapi tentang apa?”Sinta mengangkat kepalanya dan menatap Jun Ho dengan tatapan penuh pertanyaan. Mereka berdua sama-sama merasa kebingungan dengan makna dari hieroglif tersebut. Namun, mereka yakin bahwa pesan dari Ratu Wakaaka pasti memiliki hubungan dengan pengkhianatan yang terjadi belakangan ini di antara mereka. Dengan hati-hati, mereka mulai merencanakan strategi untuk mengungkap misteri di balik hieroglif tersebut, sambil tetap waspada terhadap kemungkinan adanya sindikat penjahat yang akan menghalangi usaha mereka.Mereka memutuskan untuk melakukan riset lebih lanjut tentang sejara

    Last Updated : 2025-02-06
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 50: "Harta, Sisik Emas, dan Abu yang Menyelamatkan"

    Teluk Lawele, 04.30 Kura-kura albino itu muncul di kamar hotel Sinta, cangkang retaknya mengeluarkan cahaya biru pucat. Di kakinya, telur berlumur darah berisi peta bertuliskan aksara Wolio: “Harta bukan emas, tapi nafas tanah.” Sinta segera paham—ini petunjuk ke gua Wakaaka, tempat Ratu menyimpan tombak penjaga keseimbangan. Jun Ho memeluknya: “Kita harus pulang. Hutan Lambusangodalam bahaya.”Mereka segera bergegas mengumpulkan semua barang bawaan mereka dan bersiap-siap untuk meninggalkan hotel. Sinta merasa tegang namun juga bersemangat dengan petualangan yang akan mereka hadapi. Mereka tahu bahwa misi mereka untuk menemukan tombak penjaga keseimbangan sangat penting, dan mereka siap untuk menghadapi segala rintangan yang ada di depan mereka. Dengan tekad yang kuat, mereka meninggalkan kamar hotel dan melangkah menuju gua Wakaaka dengan penuh keyakinan.Mereka berjalan dengan cepat melewati hamparan padang rumput dan melewati sungai-sungai kecil yang mengalir jernih. Sinta merasa

    Last Updated : 2025-02-08

Latest chapter

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 50: "Harta, Sisik Emas, dan Abu yang Menyelamatkan"

    Teluk Lawele, 04.30 Kura-kura albino itu muncul di kamar hotel Sinta, cangkang retaknya mengeluarkan cahaya biru pucat. Di kakinya, telur berlumur darah berisi peta bertuliskan aksara Wolio: “Harta bukan emas, tapi nafas tanah.” Sinta segera paham—ini petunjuk ke gua Wakaaka, tempat Ratu menyimpan tombak penjaga keseimbangan. Jun Ho memeluknya: “Kita harus pulang. Hutan Lambusangodalam bahaya.”Mereka segera bergegas mengumpulkan semua barang bawaan mereka dan bersiap-siap untuk meninggalkan hotel. Sinta merasa tegang namun juga bersemangat dengan petualangan yang akan mereka hadapi. Mereka tahu bahwa misi mereka untuk menemukan tombak penjaga keseimbangan sangat penting, dan mereka siap untuk menghadapi segala rintangan yang ada di depan mereka. Dengan tekad yang kuat, mereka meninggalkan kamar hotel dan melangkah menuju gua Wakaaka dengan penuh keyakinan.Mereka berjalan dengan cepat melewati hamparan padang rumput dan melewati sungai-sungai kecil yang mengalir jernih. Sinta merasa

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 49: "Hieroglif, Pengkhianatan, dan Sintesis Dosa"

    Pukul 15.00 CET, Danau Zurich berkilau di bawah matahari musim semi. Sinta terduduk di tepi danau, matanya menatap kura-kura albino yang muncul tiba-tiba. Di cangkangnya, hieroglif Wolio kuno berpendar: “Darahmu adalah jembatan, jiwamu adalah medan perang.” Jun Ho, yang sedang berbicara dengan investor, terpaku saat melihat Sinta mengusap cangkang itu. “Ini peringatan dari Ratu Wakaaka,” bisiknya, “tapi tentang apa?”Sinta mengangkat kepalanya dan menatap Jun Ho dengan tatapan penuh pertanyaan. Mereka berdua sama-sama merasa kebingungan dengan makna dari hieroglif tersebut. Namun, mereka yakin bahwa pesan dari Ratu Wakaaka pasti memiliki hubungan dengan pengkhianatan yang terjadi belakangan ini di antara mereka. Dengan hati-hati, mereka mulai merencanakan strategi untuk mengungkap misteri di balik hieroglif tersebut, sambil tetap waspada terhadap kemungkinan adanya sindikat penjahat yang akan menghalangi usaha mereka.Mereka memutuskan untuk melakukan riset lebih lanjut tentang sejara

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 48: "Kura-Kura Putih dan Jejak Misterinya"

    Pukul 03.00 WITA, telur kura-kura albino menetas di kolam villa. Bayi kura-kura itu bersisik seperti mutiara, matanya merah delima. Tanpa ragu, ia berenang ke arah Sinta yang sedang video call dengan Jun Ho dari bandara. “Ini pertanda, Jun. Dia memilih kita,” bisik Sinta, air mata menetes. Tapi sebelum ia bisa menyentuhnya, kura-kura kecil itu menyelam ke dasar kolam dan menghilang, meninggalkan jejak cahaya keperakan.Sinta dan Jun Ho terpesona oleh kehadiran kura-kura putih yang misterius itu. Mereka merasa bahwa ada sesuatu yang istimewa dari makhluk itu, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Mereka pun merasa bahwa kura-kura tersebut membawa sebuah pesan atau pertanda yang penting bagi mereka berdua. Dengan hati penuh haru, Sinta dan Jun Ho memutuskan untuk mengikuti jejak cahaya keperakan yang ditinggalkan oleh kura-kura kecil tersebut, tanpa tahu apa yang akan menunggu mereka di ujung perjalanan tersebut."Dia kemana?" tanya Sinta penasaran, sebab matanya tinggal

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 47: "Telur, Enzim, dan Langkah Pertama di Jeju"

    Pukul 05.30 WITA, kabar tentang telur kura-kura langka di kolam renang villa viral sebelum fajar. Kura-kura Lepidochelys olivacea yang seharusnya bertelur di pantai terpencil, justru memilih kolam marmer villa Nyonya Choi. Para pekerja berbisik: “Ini pertanda Ratu Wakaaka mengawasi kita.” Sementara di Seoul, dr. Lee Min-ji mengirim email berjudul “Wakaaka’s Enzyme: Kunci Anti-Aging?” ke Jun Ho, dengan lampiran data kimia yang membingungkan. Jun Ho membaca email dari dr. Lee Min-ji dengan penuh antusiasme. Dia segera menyadari bahwa penemuan enzim baru ini bisa menjadi terobosan besar dalam industri kecantikan. Tanpa ragu, Jun Ho langsung membalas email tersebut untuk mengatur pertemuan dengan dr. Lee Min-ji dan membahas lebih lanjut tentang potensi enzim tersebut. Sementara itu, di Jeju, Nyonya Choi terkejut saat menemukan telur-telur kura-kura di kolam renangnya, dan dia yakin bahwa ini adalah pertanda baik yang harus diambil tindakan.Dia seger

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 46: Tarian yang Menyatukan Langit dan Seoul

    Pukul 06.17 WITA, matahari belum sepenuhnya terbit ketika teriakan pekerja villa mengguncang Lambusango. Prasasti batu hitam bertuliskan aksara Wolio kuno ditemukan di bawah fondasi villa. Tulisan itu berbunyi: “Yang merusak tanah ini, akan dikunyah arwah yang lapar.” Sinta segera mengenali simbol kura-kura bermahkota di sudut prasasti—lambang Ratu Wakaaka.Dia teringat cerita neneknya tentang legenda Ratu Wakaaka yang konon mempunyai kekuatan untuk mengendalikan arwah-arwah lapar yang berkeliaran di tanah tersebut. Sinta merasa gugup namun juga penasaran dengan temuan tersebut. Dia segera memutuskan untuk memanggil seorang arkeolog untuk menyelidiki lebih lanjut mengenai makna dari prasasti tersebut. Dalam hatinya, Sinta merasa bahwa temuan ini adalah awal dari petualangan besar yang akan mengubah hidupnya selamanya.Sinta tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang signifikan tentang penemuan simbol Ratu Wakaaka pada prasasti k

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 45: Akad dan Asap Dupa

    Bab 45: "Akad dan Asap Dupa"Pukul 08.00 WITA, kabar tentang surat yang dikirim lewat email dari Seoul mengguncang desa. Nyonya Choi Eun-suh membeli 10 hektar lahan di tepi hutan Lambusango tepat menghadap ke timur laut yang berhiaskan teluk Lawele untuk membangun villa mewah bertema Jeju-buton fusion. Jun Ho membaca surat itu, sementara Sinta menatap ke arah hutan tempat Ratu Wakaaka dahulu berunding dengan para tetua. Dia merasa terkejut dan gembira sekaligus. Ingin segera memberitahu Sinta tentang rencana yang sudah lama dia susun. Namun, dia juga merasa cemas dengan reaksi Sinta yang mungkin tidak sejalan dengan ide tersebut. Sementara itu, Sinta terdiam dalam pemikirannya, terpana dengan keindahan hutan yang masih menyimpan sejarah dan misteri di baliknya. Pikiran Sinta terbang ke beberapa abad silam, menyaksikan pertempuran dasyat yang menenggelamkan kapal Belanda di teluk Lawele. Menyaksikan taktik gerilya Oputa yi Koo yang memusingkan Belanda

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 44: "Titian Dua Dunia"

    Pukul 11.00 WITA, panas terik menyapa Bandara Betoambari. Sinta berdiri di bawah pohon asam, tangan menggenggam keris pusaka peninggalan Ratu Wakaaka yang terselip di balik kain tenun Buton. Jun Ho di sampingnya, memandang langit dengan cemas. Pesawat dari Seoul yang membawa orang tuanya baru saja mendarat. Mereka telah menunggu kedatangan orang tua Jun Ho selama berjam-jam, dan kecemasan mulai menghantui pikiran mereka. Sinta memejamkan mata sejenak, berdoa agar kedua orang tua Jun Ho selamat sampai di Bandara Betoambari. Dia merasa tegang dan tidak sabar untuk segera bertemu dengan mereka setelah begitu lama terpisah. Jun Ho mencoba menenangkan Sinta dengan senyuman hangatnya, memegang erat tangan gadis itu sambil menatap pesawat yang baru mendarat. Semoga pertemuan kali ini membawa kebahagiaan bagi mereka semua."Saya sangat tegang, sayang," ucap Sinta. Jun Ho tersenyum lembut, "Semuanya akan baik-baik saja, jangan khawatir. Mereka pasti akan sampai dengan selamat." Sinta tersenyum

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 43: Cinta, Tantangan, dan Pemberdayaan

    Kisah cinta Jun-ho dan Sinta bukan hanya sekadar perjalanan yang indah, tetapi juga penuh tantangan. Budaya yang berbeda, tanggung jawab terhadap masyarakat, serta impian besar mereka untuk melestarikan Hutan Lambusango, semuanya membentuk dinamika hubungan mereka. Namun, justru dalam tantangan itulah mereka menemukan makna cinta yang sesungguhnya.Dalam perjalanan mereka, Jun-ho dan Sinta belajar untuk saling mendukung dan memahami satu sama lain. Mereka menyadari bahwa cinta sejati bukanlah tentang keindahan semata, tetapi juga tentang kesetiaan dan komitmen untuk bersama-sama menghadapi segala rintangan. Meskipun terkadang mereka harus berjuang melawan prasangka dan hambatan yang ada, namun kekuatan cinta mereka yang tulus mampu mengatasi semua itu. Dengan tekad dan semangat yang tak kenal lelah, Jun-ho dan Sinta bersama-sama menjalani perjalanan mereka, tidak hanya untuk mencapai impian mereka, tetapi juga untuk menginspirasi orang lain tentang arti sejati dari cinta dan pemberday

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 42: Kesadaran La Ode Harimao

    La Ode Harimao termenung di beranda rumah adatnya, memandang hamparan hutan Lambusango yang membentang luas. Semilir angin membawa suara dedaunan yang bergesekan, seolah mengingatkannya pada tanggung jawab besar yang kini dipikulnya. Ia semakin sadar bahwa menjaga tanah adat bukan sekadar melindungi lingkungan, tetapi juga mempertahankan identitas dan martabat masyarakat Buton. Ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat, La Ode Harimao bangkit dari lamunannya dan bersiap untuk melanjutkan perjuangan menjaga kelestarian hutan Lambusango. Dengan tekad yang semakin kuat, ia yakin bahwa langkahnya akan memberikan dampak positif bagi generasi mendatang.La Ode Harimao merenungkan apa yang selama ini dilaluinya; ia telah melewati beberapa masa. Dia seolah prasasti hidup yang terus mencatat perjalanan bangsa Buton: "Bangsaku, generasiku, tanah adatku, mungkinkan ini semua akan tetap menjadi titiapan generasi mendatang, sehingga setiap generasi Buton harus berpikir untuk menjaganya." Samar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status