Semua Bab Ranjang yang Bukan Milikku: Bab 111 - Bab 120

139 Bab

Bab 111 : Perang Pikiran dan Hati

Dina sedang bersiap di kantornya. Ia duduk di mejanya, matanya tidak teralihkan dari layar komputer. Hari ini, semuanya harus berjalan sesuai rencana. Ia sudah memutuskan untuk tidak lagi bermain-main. Jika Arka ingin menghadapi kenyataan, maka ia harus siap menghadapi Dina, yang selalu berada di belakang layar dengan rencana yang lebih matang.Ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya. "Masuk," jawab Dina singkat, tanpa mengalihkan pandangan dari layar.Sekretarisnya, Susy, melangkah masuk dengan membawa beberapa berkas. "Bu Dina, semua jadwal sudah diatur seperti yang diminta. Pak Arka akan datang ke kantor sekitar pukul dua siang nanti."Dina mengangguk, matanya tetap fokus pada layar, namun pikirannya sudah melayang jauh. Ini adalah langkah pertama dari rencana besarnya. Arka akan datang, dan Arka akan melihat betapa mudahnya mengambil kendali atas situasi ini."Baik, terima kasih, Susy," jawab Dina. "Jaga agar semuanya tetap berjalan lancar."Begitu sekretarisnya keluar, Dina mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Bab 112: Kehilangan yang Tak Terucap

Alea merasa gelisah, tubuhnya lemah, dan pikirannya kacau. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain berbaring di tempat tidur rumah sakit, dengan satu harapan, mendapatkan penjelasan.Tangannya gemetar ketika ia melihat tombol yang terletak di samping tempat tidurnya. Tanpa berpikir panjang, ia menekan tombol itu dengan lembut, berharap seorang perawat segera datang dan memberinya sedikit kelegaan.Beberapa detik terasa seperti menit, lalu terdengar suara langkah kaki di luar pintu kamar. Pintu kamar terbuka perlahan, dan seorang perawat muncul dengan senyum ramah di wajahnya.“Selamat sore, Nona Alea. Bagaimana perasaan Anda hari ini?” tanya perawat itu dengan lembut.Alea menatapnya dengan mata yang penuh kebingungan dan ketakutan. “Perut dan kepala saya ... terasa sangat sakit. Apa yang terjadi pada saya? Kenapa saya di sini?” suara Alea terdengar cemas, seolah ia berusaha mencari kepastian dalam setiap kata.Perawat itu tampak ragu sejenak, lalu menghampiri tempat tidur dan memeriks
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Bab 113 : Jarak yang Terlalu Jauh

Waktu seakan terhenti. Semua suara, semua gerakan, menjadi hampa, menghilang dalam kesunyian yang mencekam. Mata Alea membelalak lebar, terkejut dan bingung, tidak percaya dengan kata-kata yang baru saja Arka ucapkan. Ia terdiam beberapa detik, mencoba mencerna kebenaran yang datang begitu tiba-tiba. Tetapi kenyataan itu terlalu pahit untuk diterima.Air mata mulai mengalir, tak bisa lagi dibendung. Hatinya robek, tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa hancurnya dia saat itu.Alea, dengan suara gemetar, hampir berbisik.“Tidak … itu tidak mungkin. Kamu pasti salah. Dia baik-baik saja, kan? Aku masih bisa merasakannya waktu itu … Aku masih …”Arka memotongnya dengan suara yang pecah karena tangis, “maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf. Aku sudah mencoba … Aku berdoa setiap saat, berharap keajaiban … tapi kecelakaannya terlalu parah. Dokter bilang tidak ada yang bisa dilakukan…”Alea menggelengkan kepalanya dengan lemah, suaranya semakin tidak karuan. Isaknya semakin keras,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

Bab 114: Kembali Pulang, Awal Baru

Setelah beberapa hari yang penuh keputusasaan, kondisi Alea akhirnya mulai membaik. Perlahan, ia mulai menerima kenyataan yang begitu pahit dan tak terelakkan. Hari demi hari, rasa sakit fisik yang mendera tubuhnya mulai menghilang, namun luka di dalam hati masih terasa begitu dalam, menuntut waktu untuk sembuh.Alea tahu bahwa proses ini tak mudah, dan meski luka itu tak bisa terhapus, ia mulai merasa sedikit lebih kuat. Dengan dukungan dari orang-orang yang mencintainya, terutama Arka, ia perlahan menemukan kembali dirinya.Hari ini adalah hari yang telah ia tunggu-tunggu. Hari kepulangan dari rumah sakit. Rasa campur aduk memenuhi dadanya, di satu sisi, ia merasa lega bisa keluar dari tempat ini, tapi di sisi lain, ada ketakutan yang menggigit di dalam dirinya. Bagaimana rasanya kembali ke rumah? Apakah ia bisa menjalani kehidupan seperti sebelumnya, ataukah semuanya akan berubah?Arka, seperti biasa, tak pernah meninggalkannya. Ia selalu ada, menjadi tiang penyangga yang kuat di t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

Bab 115: Jejak yang Mulai Terbuka

Pagi itu, matahari bersinar lembut menembus tirai jendela kamar. Alea duduk di ranjang dengan punggung bersandar pada bantal. Wajahnya masih pucat, tetapi ada sedikit warna di pipinya yang mulai kembali. Arka masuk membawa nampan sarapan, menatap Alea dengan senyum lembut. “Selamat pagi,” ujar Arka sambil meletakkan nampan di meja kecil di samping tempat tidur. “Aku bikin bubur, nggak terlalu enak sih, tapi lumayan lah daripada kamu nggak makan.” Alea tersenyum kecil, meski lelah terlihat jelas di matanya. “Terima kasih, Mas.” Arka duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan Alea. “Al, aku tahu aku nggak bisa selalu ada di sini buat jagain kamu. Makanya, aku sudah cari seseorang buat bantuin kamu di rumah. Kamu nggak perlu ngelakuin semuanya sendiri.” Alea mengerutkan dahi. “Seseorang? Maksudnya, asisten rumah tangga?” “Iya,” jawab Arka. “Namanya Bu Ratna. Aku sudah ngobrol sama dia, dan dia kelihatan bisa dipercaya. Aku nggak mau kamu kecapekan, apalagi sekarang kamu masih bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Bab 116: Kebenaran yang Menghancurkan

Di kamar rumah, Alea duduk di tepi tempat tidur, menatap jendela yang memamerkan langit mendung di luar. Awan gelap menggantung seperti perasaannya saat ini.Segala sesuatu terasa berat, perasaan kehilangan bayi yang belum sempat ia lihat, kecelakaan yang membuat tubuhnya lemah, dan misteri pesan serta foto yang tak henti-hentinya membayangi pikirannya. Alea memejamkan matanya sejenak, mencoba menarik napas dalam-dalam, tetapi rasa sakit di dadanya tetap tak mau hilang. Kenangan tentang bayinya terus menghantuinya. Ia mencoba tegar, tetapi setiap kali ia mengingat detik-detik sebelum kecelakaan itu terjadi, perasaan bersalah dan kehilangan melumpuhkannya. Tiba-tiba, suara langkah kecil terdengar di luar pintu. Pintu kamar terbuka perlahan, dan Raka masuk dengan wajah ceria. Di belakangnya, Nyonya Kartika mengikuti dengan senyum lembut. "Bunda!" Raka berlari kecil ke arah Alea, membawa keceriaan yang begitu kontras dengan suasana hati ibunya. Alea berusaha tersenyum, meskipun h
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Bab 117: Keputusan di Bawah Langit Kelabu

Arka berdiri membeku di taman yang sepi. Angin dingin menyapu wajahnya, tetapi ia bahkan tidak merasakannya. Kata-kata Dina terus terngiang di telinganya. "Aku yang melakukannya! Aku yang mengirim pesan dan foto itu." Suara penuh emosi itu berulang-ulang menggema di pikirannya, mengiris kepercayaannya yang selama ini ia pertahankan.Langkah kakinya terasa berat ketika ia berjalan meninggalkan Dina dan Randy, membiarkan mereka berdua di taman. Dadanya sesak, seperti ada batu besar yang menghimpit napasnya. Ia tidak tahu ke mana harus pergi, tetapi satu hal jelas di pikirannya: ia butuh waktu untuk berpikir sebelum menghadapi Alea.Di ruang rapat yang kini sepi, Arka berdiri dengan kedua tangan mencengkeram meja panjang. Napasnya terdengar berat, bukan karena kelelahan fisik, tetapi karena emosi yang bergejolak dalam dirinya. Dina, kenapa kamu melakukan ini? pertanyaan itu berulang kali terlintas di benaknya, tetapi tidak ada jawaban yang memuaskan.Ponselnya tiba-tiba bergetar di saku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Bab 118: Jarak yang Dibangun

Sejak insiden di taman sebulan yang lalu, Arka merasa harus mengambil langkah tegas. Ia memutuskan untuk menjaga jarak sejauh mungkin dari Dina. Setiap kali ada rapat atau pertemuan yang melibatkan mereka berdua, Arka selalu mencari alasan untuk menghindarinya.Ia bahkan meminta Randy menjadi perantara jika ada hal penting yang memerlukan komunikasi dengan Dina. Semua ini ia lakukan demi satu hal, melindungi Alea dan membangun kembali kepercayaannya.Di rumah, Alea perlahan menunjukkan tanda-tanda pemulihan, meski rasa sakit di hatinya belum sepenuhnya hilang. Kehadiran Raka menjadi penyemangat terbesar bagi Alea, memberikan keceriaan di tengah duka yang belum sepenuhnya sirna. Namun, Arka tahu bahwa ia juga harus memberikan waktu untuk dirinya sendiri agar dapat melindungi keluarganya lebih baik.Langit malam di luar rumah terlihat gelap, hanya diterangi sedikit cahaya bulan yang temaram. Alea duduk di ruang tamu dengan selimut yang melingkari tubuhnya. Di sebelahnya, Arka sedang mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Bab 119 : Perjalanan yang Dipenuhi Bayang-Bayang

Pesawat yang membawa rombongan tim proyek di udara. Di dalam kabin, suasana terasa formal dan sedikit kaku.Arka duduk di dekat jendela, menatap ke luar, tetapi pikirannya tidak berada di sana. Ia mencoba fokus pada presentasi yang akan ia berikan di lokasi proyek nanti, tetapi bayang-bayang dari percakapan terakhirnya dengan Randy terus mengusik pikirannya. Dina duduk di beberapa baris belakang, sibuk dengan laptopnya. Wajahnya tampak tenang, tetapi Arka tahu lebih baik daripada mempercayai penampilannya yang selalu terlihat tak terganggu. Sementara itu, Randy yang duduk di sebelah Arka sibuk membaca dokumen di tabletnya, tetapi sesekali melirik Arka, seolah mencoba memastikan keadaan temannya. “Ka,” panggil Randy dengan nada rendah agar tidak menarik perhatian orang lain. “Kamu yakin bisa menangani Dina di perjalanan ini? Kita nggak tahu apa yang dia rencanakan.” Arka menghela napas panjang, berusaha meredakan ketegangan dalam dirinya. “Aku harus bisa, Ran. Aku nggak mau dia t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Bab 120: Hati yang Terbebani

Pagi itu, Arka dan Randy bertemu di ruang makan hotel untuk sarapan. Dina belum terlihat, tetapi kehadirannya masih membayangi pembicaraan mereka. “Kopi di sini nggak seberapa enak, ya?” Randy mencoba mencairkan suasana. Arka tersenyum tipis sambil mengaduk kopinya. “Ya, tapi setidaknya cukup untuk bikin melek.” “Rencana hari ini apa, Arka?” tanya Randy sambil menyeruput kopi, mencoba membuka percakapan. Arka menghela napas ringan sebelum menjawab. “Cek lokasi proyek. Kalau bisa, aku mau sebisa mungkin menghindari Dina. Kalau kamu sendiri?” Randy meletakkan cangkir kopinya ke meja. “Aku ada meeting sama bos. Katanya ada revisi untuk aplikasi, jadi harus aku cek.” Arka mengangguk pelan sambil meraih sepotong roti. “Semoga meeting-nya lancar. Proyek ini sudah terlalu banyak drama, aku nggak sabar semuanya selesai.” Randy tersenyum kecil, meski ekspresinya menunjukkan bahwa ia masih memikirkan banyak hal. “Ya, aku juga. Semoga setelah ini semuanya kembali tenang.” Arka ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status