Semua Bab Ketika Suamiku Menikah Lagi: Bab 81 - Bab 90

107 Bab

81. Kamu Tidak Tahu

"Ayo, kita usir saja orang gila ini dari rumah Devan! Mengganggu prosesi pemakaman saja!" Saat sore hari, Pak RT di komplek tersebut mengarahkan para warga untuk membawa Mawar pergi dari tempat tersebut tersebut. Ia mengalami gangguan jiwa berat hingga datang ke rumah Devan dan mengganggu.Beberapa warga berhasil mengamankan Mawar menuju tempat rumah sakit jiwa karena mereka iba dengan kondisi kehamilannya. Ia juga sudah tidak punya siapa-siapa karena ibu kandungnya masuk penjara karena kasus pencurian uang milik tetangganya sendiri. ,,,Satu jam kemudian, akhirnya kedua orang tua Devan berhasil dikuburkan. Semua orang yang bertakziah pulang. Kini tinggal Devan dan Aisyah yang berada di makam. "Kenapa jadi begini, Mah, Pah? Devan masih ingin bersama kalian! Devan harus mengelola Perusahan sendirian tanpa kalian itu rasanya berat!" Devan merasa ada beban berat yang harus ditanggung ketika kedua orang tuanya meninggal. Netra Aisyah berkaca-kaca sambil berjongkok dan memegang erat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Bab 82. Maksud terselubung

Siang itu Aisyah diajak Jiho untuk menuju Kafe. Kafe yang direkomendasikan oleh kedua orang tua Jiho untuk makan siang bersama. Kedua orang Jiho juga mengundang Aisyah. Sepuluh menit kemudian, Jiho dan Aisyah sudah beraada di Kafe tersebut. Di sana sudah ada pria dengan wajah Tiong Hua dan seseorang wanita berumur sekitar 45 tahun yang berwajah Indonesia. "Nona Aisyah silakan duduk," ujar Jiho dengan nada ramah.Ketika Aisyah sudah duduk di bangku Kafe, kedua orang tua Jiho memandang Aisyah dengan tatapan berbinar. "Mah, Pah, ini wanita yang aku ceritakan kemarin. Namanya Aisyah. Ia ikut andil dalam memajukan Perusahaan yang Jiho kelola. Aisyah termasuk orang di dalamnya. Bahkan ia sangat mahir dalam bidang desainer dan menjahit."Jiho mengenalkan Aisyah kepada kedua orang tuanya dengan senang hati."Oh, manis sekali kamu Aisyah. Senang berkenalan denganmu. Saya Rukmi, mamanya Jiho. Dan ini Papa Andreas Papanya Jiho," ujar mamanya Jiho yang sedang mengenalkan suaminya pada Aisyah.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya

Bab 83

"Saya maafkan kok Om. Terima kasih atas jaminan makanannya. Karena saya sudah selesai makan, saya akan pulang sekarang juga. Maaf, jika saya membuat kecewa."Saat sore itu, Aisyah berdiri kemudian berpamitan kepada kedua orang tua Jiho dengan sopan meski Jiho sedang mengusirnya. "Nona tunggu!"Mamanya Jiho menghentikan langkah Aisyah yang hendak pergi. Aisyah kemudian menoleh."Bagaimana Tante?" Aisyah tetap sopan dan menjawab mamanya Jiho. "Ini kartu nama saya! Silakan hubungi saya jika kamu ingin berbisnis dengan saya! Saya sangat mengagumi kepribadian kamu!" Nyonya Rukmi memberikan kartu identitas kepada Aisyah. Beliau senang bekerja sama denga. Aisyah yang bertalenta besar. "Mah, jangan berikan kartu identitas Mama kepada Aisyah. Saya tidak mau melihatnya lagi! Saya kecewa dengan dia!" Jiho melarang mamanya memberikan kartu identitas. Pria itu menghalangi mamanya untuk memberikan kartu itu kepada Aisyah. Yang tadinya Jiho ramah dan baik kepada Aisyah kini berubah menjadi ben
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

84. Krincing!

Tiga hari kemudian, rencananya Aisyah akan ke kampung halamannya bersama Devan. Barang pribadi dan persiapan lainnya sudah mereka siapkan. Waktu itu menunjukkan pukul enam pagi. Mereka sudah siap-siap untuk berangkat. Mereka sudah berada dalam mobil dan dalam perjalanan menuju kampung. "Syah, ngomong-ngomong yang mengurus sawah warisan nenekmu siapa ya? Sepertinya kamu dah lama nggak nengok kampung. Apa sawah masih dikelola dengan baik?" tanya Devan untuk memastikan."Aku aktif WA-nan sama Bude Menik Mas. Bu Menik adalah tetangga baik hati yang sudah menganggap aku sebagai anaknya," jawab Aisyah dengan wajah berbinar. "Serius dia baik secara tulus?" tanya Devan memastikan. "Beneran tulus kok. Setiap waktu ia kirim foto hasil panen padi. Dan uangnya selalu di transfer ke rekeningku, tapi aku juga memberi dana untuk menanam padi juga. Kita bagi hasil pokoknya," jawab Aisyah yang meyakinkan Devan. "Bagus, kalau begitu. Semoga kita bisa cepat sampai di sana!" Akhirnya Devan menambah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

85. "Boleh Aku Ikut?"

"Yasudah, terima kasih jamuan makan dari Bu Menik dan keluarga. Aisyah dan Mas Devan pamit ke rumah sana dulu mau bersih-bersih. Sehabis perjalanan capek ini?" Setelah makan jamuan yang diberikan oleh Nilam dan keluarganya, Aisyah tidak mau berlama-lama. Ia penasaran ingin segera masuk ke dalam rumah warisan leluhurnya tersebut apakah di dalamnya masih utuh. "Kak, Nilam boleh ikut? Nanti Nilam bantu memasak dan bersih-bersih. Kak Aisyah lelah 'kan?"Nilam menatap Aisyah dengan tatapan berbinar dan ingin ikut bersama Aisyah. Sesekali ia melirik Devan yang sedang sibuk dengan ponselnya.Aisyah sedikit ragu. Karena ia tidak enak dengan Bu Menik, ia mengiyakan perkataan Nilam. "Boleh. Ayo ke sana sekarang!" tegas Aisyah. Ia berdiri untuk menuju rumah tua milik mendiang neneknya. Devan pun berdiri dan juga mengikuti Aisyah. Nilam tampak ceria dan berjalan kemayu ketika mengikuti Aisyah. Ia berusaha berjalan di samping Devan dan sok akrab dengannya. Hingga mereka sampai di dalam ruangan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

86. Sebuah Tekat

Siang itu, ketika langit tampah cerah dengan balutan awan berwarna biru laut, Aisyah ingin memastikan ruang dapur di mana rumah tua yang ia singgahi saat ini. Rumah peninggalan mendiang neneknya yang telah tiada. Sebelum Aisyah membersihkan ruangan dapur, terdengar suara seperti tangisan wanita. Wanita itu adalah Nilam. Aisyah penasaran kemudian kembali ke ruang tamu untuk memastikan. Benar saja, ia melihat Nilam sedang menangis di kursi kayu. Sementara Devan berjalan menuju ke arahnya. "Nilam, kenapa kamu menangis?" tanya Aisyah dengan heran. "Itu loh, Syah, Mas Devan kasar sama aku. Padahal Nilam hanya ingin ikut ke dapur bersama kami, tetapi tidak diperbolehkan oleh Mas Devan," jawab Nilam sambil cemberut. "Bohong, Syah. Dia lancang memegang tanganku hingga aku tidak bisa berdiri. Jangan percaya dengan omongannya," tegas Devan sambil melirik sinis ke arah Nilam yang menampakkan wajah polos. Aisyah mendengus pelan. "Ternyata Nilam licik juga. Dia berusaha berbohong da
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

87. Kejadian Ganjil

Pagi hari, Aisyah dan Devan masih tinggal di kampung halamannya. Mereka ingin ke pasar tradisional untuk mengisi kulkas yang kosong. Alhamdulilah, rumah peninggalan neneknya ada kulkas yang masih dipakai."Mas Devan, antar aku ke pasar yuk? Sekalian kita melihat panaroma pemandangan alam sekitar," ujar Aisyah sesudah mandi dan tercium aroma sabun dan shampo yang wangi. Membuat Devan meneguk ludah. "Ayo. Kita naik mobil ya? Aku belum tahu arah ke pasar jauh apa tidak." Devan tersenyum ketika mendengar bahwa Aisyah ingin mengajaknya keluar. Ia sangat ingin melihat pemandangan desa yang terlihat masih asri tersebut."Jangan Mas. Kita jalan saja. Pasarnya dekat kok. Naik mobil entar kita jadi bahan gosip tetangga dan nanti banyak warga sebelah yang ke sini. Di kampung ini jarang yang mempunyai mobil. Mereka sudah terbiasa jalan kaki," jawab Aisyah yang melarang Devan untuk mengendarai mobil agar aman. Ia tidak mau menjadi bahan gosip tetangganya. "Ayo kita berangkat sekarang, Sayang, s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

88. Pinjam Uang

Tepat pukul 10.00 pagi, Aisyah sudah membeli stok bahan masakan di Pasar. Ia meminta kepada Devan untuk pulang kembali dari pasar. Aisyah sengaja tidak membeli pupuk sesuai permintaan Bu Menik. Ia dan Devan sudah merasa dibohongi oleh Bu Menik sehingga mereka akan mencari pekerja lain yang lebih amanah.Tetiba di rumah, Aisyah meletakkan belanjaan ke kulkas barang yang sekiranya ditaruh dalam kulkas. Dan bumbu-bumbu kering ia letakkan di lemari kecil. "Aisyah, kita istirahat bentar yuk, kita nikmati jajan cilok ini di ruang makan," kata Devan mengajak sang istri ke ruang makan setelah mereka selesai meletakkan belanjaannya di tempat yang sesuai. Mereka duduk saling berdampingan sambil menikmati cilok yang sudah mereka taruh di mangkok berukuran mini. "Sayang, cilok yang beli kamu enak banget, bikin nagih. Kukira rasanya tidak seenak ini," ujar Devan yang sangat menikmati cilok tersebut. Aisyah tersenyum. "Habiskan Mas, jika ciloknya enak. Habis ini aku mau masak ikan patin asam ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

89. Nafkah Batin

Saat siang, ketika Devan sedang serius berbincang dengan Joni, Nilam datang dan meminjam uang untuk reuni. Devan mengernyit dan keheranan dengan keluarganya Bu Menik yang ternyata keluarga toxic."Memangnya Ibu dan Bapak kamu nggak punya uang kah? Bukannya kamu punya sawah berhektar-hektar?" tanya Devan yang tersentil hatinya karena permintaan Nilam membuatnya menggelengkan kepala."Ehm, kata Ibu, ternyata semua sawah yang digarap Ibu adalah sawah Kak Aisyah. Ternyata aku dulu nggak diberi tahu soal itu. Maafkan aku ya Kak. Kemarin aku pamer. Uangku dah habis buat nongkrong sama teman kemarin. Kalau aku jual emas yang ada di pergelangan tanganku rasanya nggak tega. Ini gelang emas kesukaanku Kak Devan!" Nilam mulai tahu dan jujur mengenai sawah yang dikelola ibunya. "Maaf, Nilam. Saya tidak bisa meminjamkan uang untuk acara reuni. Saya juga masih banyak mengeluarkan uang untuk kebutuhan yang lebih penting," jawab Devan dengan agak lirih. Dalam hati, Devan tidak akan meminjamkan ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

90. Tatapan Nilam

Malam itu, cuaca cerah dan banyak bintang bertaburan di awan. Aisyah dan Devan sedang menikmati indahnya malam itu sambil menyelami hubungan suami istri yang nikmat. Mereka saling mencintai dan menikmati setiap sentuhan. Kelembutan Devan, mampu membuat Aisyah luluh dan pasrah dengan sentuhan Devan yang semakin lama semakin berani dan intens. Hingga satu jam mereka bertempur, mereka mencapai puncak kenikmatan. "Syah, terima kasih, kamu sudah menjadi istri yang sempurna bagiku. Kau sudah memenuhi kebutuhan biologisku, hingga aku merasa puas. Aku tambah mencintaimu. Sekarang, kita bobok yuk?" Setelah Devan mengeluarkan rasa nikmatnya, ia lemas namun merasakan kepuasan tersendiri saat bermalam dengan istri tercintanya. Hingga ia dan Aisyah terlelap dan terbuai mimpi. ***Setelah subuh, Devan mengantar Joni pergi ke sawah untuk melakukan pengintaian. Sementara Aisyah sibuk mempersiapkan makanan di dapur. Aisyah akan memasak soto ayam kampung. Lama tidak memasak soto. "Assalamu'alaiku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status