Semua Bab ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU: Bab 21 - Bab 30

41 Bab

21. Konsultasi

“Semua sehat dan baik, Pak, Bu. Tak ada yang perlu dikhawatirkan,” ucap seorang dokter paruh baya.Khalisa menoleh ke samping di mana sang suami duduk bersebelahan dengannya. Senyum keduanya pun mengembang sempurna. Dengan sayang Atmaja makin mengeratkan genggaman tangannya di bawah meja. “Nanti saya resepkan vitamin paling bagus untuk dikonsumsi berdua, ya. Ibu masih sangat muda, dan suami masih sangat prima. Insya Allah kabar bahagia itu akan segera datang. Jangan lelah berdoa dan berikhtiar,” lanjut sang dokter sembari tersenyum hangat dan tangan kembali menuliskan sebuah resep. Melihat wajah penuh antusias istrinya, Atmaja juga tak sabar ingin segera membuat Khalisa hamil. Rasanya ia ingin memperpanjang masa libur dan menyerahkan urusan perusahaan pada Deva saja. Walau nantinya bukan ia yang akan mengandung, tetapi kualitas benihnya juga harus baik. Ia tak boleh stres dan harus sehat. Dalam perjalanan pulang, tak henti-h
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-16
Baca selengkapnya

22. Jangan, Ya, Dek, Ya.

“SHIT!”Deva langsung melempar ponselnya ke tembok setelah mendengarkan suara-suara horor di seberang sana hingga beberapa detik. Ponselnya langsung hancur saking kuatnya lemparan. Kalau dia tahu ayahnya sedang mantap-mantap, tentu Deva tak akan meneleponnya. “Va, aku langsung balik ke kant—”Dali yang baru keluar dari toilet ruangan Deva langsung tertegun dan menghentikan kalimatnya yang hendak pamit. Pandangannya langsung turun pada benda pintar milik sahabatnya yang kini sudah hancur. “Kamu kenapa, Va?” lanjutnya dan langsung menghampiri Deva. Sementara Deva kembali duduk di sofa dengan kepala menengadah dan mata terpejam. Sungguh, ia begitu sakit mendengar suara seksi dan merdu milik Lisa yang kini sudah menjadi milik papanya. “Va?”“Tolong panggilin asisten Papa, Dal. Suruh ke sini!” jawab Deva tanpa membuka mata.Tak tahu apa yang sudah terjadi, Dalion hanya mengangguk dan segera memanggil nomor Hafid. Tak berapa lama, pria yang baru dipanggil ayah itu datang. “Pak Deva man
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

23. Hand Signal

“Heh! Kamu jangan mempermalukan saya, ya! Itu om-om udah bayar mahal ke saya. Kamu juga udah saya kasih uang cukup banyak, kan? Kenapa malah mengecewakan, HAH?”Gadis jelita yang masih tampak ranum itu menunduk dengan air mata berjatuhan. Sungguh, ia tak mau Tuhan murka padanya. Namun, kenapa semesta begitu jahat? Air matanya terus berjatuhan mengingat sang ibu yang harus segera dioperasi. Biaya yang mahal membuat gadis lulusan SMA itu memilih jalan yang salah. “HEH! Enggak usah nangis!” hardik wanita paruh baya dengan lipstik merah menyala. Sementara teman sang gadis sedikit menyikut lengan temannya itu. Dengan sedikit kasar, wanita paruh baya meraih dagu si gadis agar tatapannya tak terus menunduk. “Lihat mata saya!”Dengan sedikit takut, si gadis menatap wanita yang akrab di panggil Mami tersebut. “Cepat kembali ke dalam dan puaskan tamu saya!”Si gadis hanya diam dengan perasaan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

24. Sang Mucik@ri

Bukannya langsung menerima tawaran Deva, si botak yang masih sadar walau sudah mabuk itu tak mau melepas si gadis begitu saja. “Apa buktinya jika dia adikmu, hah? Bisa saja kau memang menginginkannya tapi tak mau antri. Makanya ngarang cerita.”“Tutup mulutmu, Pak Tua! Jangan pernah hina adikku!” balas Deva dengan tatapan tak suka. Entah kenapa ia mendadak begitu mendalami peran pura-puranya. “Kalau memang kau kakaknya, ke mana saja kau sampai tak tahu adikmu mau menjual diri demi biaya operasi ibunya? Atau jangan-jangan ... kau juga tak tahu jika ibu kalian sedang berjuang antara hidup dan mati? Kakak apa kau? Kakak gadungan? Hah?!”Deva sedikit kelabakan dengan pernyataan si botak. Ia bingung harus bagaimana. “Kak, Kakak ke mana saja selama ini? Sekar sama Ibu nungguin Kakak pulang.” Tiba-tiba saja si gadis bersuara. “Kakak kenapa enggak ngabarin kalau udah pulang dari Hongkong? Ibu sakit keras, Kak.”Deva menatap mata si gadis. Entah kenapa hatinya terenyuh ketika si gadis menye
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

25. Menikah Tanpa Cinta

Berkali-kali Hafid memanggil nomor Kadeva. Sejak subuh tadi nomor putra sang bos tak bisa dihubungi. Padahal pagi ini ada meeting direksi. Hafid sudah mengingatkannya kemarin, tetapi ia perlu kembali mengingatkan takut-takut bos magang itu lupa. “Duh ... ke mana ini Pak Deva? Jangan sampai dia enggak datang.” Hafid berbicara sendiri dengan terus berusaha menghubungi Deva. Namun, lewat panggilan seluler pun hanya suara operator yang menyapa. Nomor yang dituju sedang tidak dapat dihubungi. Saat Hafid masih bingung, tiba-tiba suara karyawan lirih menyebut nama bos besar dengan ucapan selamat pagi. “Selamat pagi, Pak Maja.”“Pagi.”“Pagi, Pak Maja.”“Pagi.”Hafid berdiri dari tempat duduknya dan melihat Atmaja berjalan hendak menuju ruangannya. Hafid pun tersenyum lebar dan segera menghampiri sang bos. “Selamat pagi, Pak Maja,” sapa Hafid semringah. “Pagi, F
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

26. Di Apartemen

Setelah mampir makan dan rehat sebentar, Deva pun melanjutkan perjalanan agar segera sampai. Ia sampai harus memesan kopi asli di sebuah kafe agar tak terlalu mengantuk. Dari ujung mata Deva melihat Sekar yang diam. Ia pun menoleh. Ternyata gadis ayu berkulit kuning langsat itu terlelap. Mungkin Sekar lelah menangis sejak semalam. Deva tersenyum tipis dan lanjut fokus dengan setir. Ia tak mengerti kenapa harus menolong Sekar hingga kini gadis kecil itu sudah sah menjadi istrinya. Apa? Istri? Sekali lagi Deva menoleh dan memerhatikan Sekar dengan sesekali fokus pada jalan. “Enggak nyangka aku udah merid,” gumamnya pelan. “Gimana komentar Papa kalau tahu aku sudah menikah? Sama bocah pula.” Namanya Rahajeng Sekar Arum. Deva baru tahu beberapa menit sebelum ijab kabul ia ikrarkan. Benar-benar definisi gadis desa yang polos. Namun, gadis di sebelahnya itu terlihat cukup pintar. Ia sudah lulus SMA di antara anak-anak lain yang hanya lulusan SMP di desa tersebut. Tiba-tiba wajah Lisa te
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

27. Si Gadis Desa

“Bik, Den Deva enggak pulang lagi?” tanya Wati. “Ngapain kamu tanya-tanya Aden? Nanti Kang Didin cemburu, lho.”Lili terkekeh. Wati dan Kang Didin benar-benar terlibat cinta lokasi sesama pekerja di mansion milik tuannya. “Ih, si Bibik ngapain jadi bawa-bawa Kang Didin segala?”“Ya lagian kamu tumben-tumbenan nanyain si Aden? Terserah dialah mau pulang apa enggak. Si Aden punya apartemen. Vila punya tuan juga ada di beberapa tempat.”“Iya juga, sih,” sahut Wati akhirnya. “Itu menu di meja udah siap?”“Udah, Bik. Tinggal nunggu Nyonya sama Tuan turun buat makan malam.” Lili menimpali. Tak berapa lama Lisa dan Atmaja turun dengan tangan Lisa yang menggandeng lengan suaminya. Atmaja makin terlihat muda dan segar. Aura bahagia dan harta yang unlimited membuatnya semakin bersahaja di usianya yang tak lagi muda. Bik Darsih mendekat ke meja makan dan mempersilakan majikannya untuk menikmati menu yang tersaji. “Bik, coba kamu hubungi Deva,” ujar Atmaja mula-mula. “Ada apa, Tuan?”“Engg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

28. Bakti Sekar

“Va, cuci muka dulu, gih! Mandi sekalian. Lu ngigo keknya.”Dalion tak langsung percaya begitu saja dengan pernyataan sahabat yang sudah ia anggap seperti saudaranya itu. Bagaimana mungkin hanya dalam waktu dua puluh empat jam Deva sudah menikahi? Sama gadis kecil pula. Sudah seperti kisah dalam novel online saja. Begitu batin Dali. Sementara Deva hanya terkekeh mendengar kalimat Dali. “Sekar, kamu kembali ke kamar, ya,” suruh Deva pada si gadis. Sekali lagi Dali melongo. Perlakuan Deva pada gadis bernama Sekar itu benar-benar lembut. Dalion bahkan tak pernah tahu bagaimana teman baiknya itu memperlakukan perempuan. Deva tak pernah terlihat punya kekasih walau setelah bercerita ternyata cukup plot twist. Kekasihnya ternyata ibu sambungnya sendiri. Sekar hanya mengangguk dan menuruti semua perkataan Deva. Sepeninggal Sekar dari sofa ruang utama, Dali pun duduk dengan wajah penuh pertanyaan. “Va. Kamu hutang banyak cerita sama aku,” ucap Dali. “Oke. Aku akan bayar lunas itu hutang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

29. Shopping

Deva terpaku, sementara Sekar menunduk antara malu dan takut. Ia yakin kalau suaminya itu bukan pria biasa. Deva tampan dan terawat. Bermobil dan tinggal di apartemen yang sangat mewah menurut Sekar. Sementara ia? Hanya gadis kampung yang tak pernah merawat diri ke salon. Apalagi penampilannya saat ini. Tiba-tiba saja Sekar mulai merasa rendah diri. “M-maaf, Kak. Sekar enggak punya baju bagus,” akunya dengan suara sedikit bergetar. Bukan. Bukan karena bajunya yang biasa saja. Namun, Deva terpaku ketika melihat Sekar memakai gamis motif bunga-bunga beserta hijab polos yang begitu pas perpaduan warnanya. Ya, memang bajunya terlihat biasa saja, tetapi Sekar terlihat lebih cantik ketika tertutup. “Bagus, kok. Kakak suka kamu yang tertutup begini.”Kalimat Deva membuat pandangan Sekar terangkat. “Kakak enggak malu keluar sama gadis udik begini?”Ya, Sekar memang tak mengenakan make up seperti gadis-gadis zaman now yang terlihat menyala. Ia hanya mengenakan liptint dan bedak harga stand
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

30. Bahasa Cinta

“Nah, sudah selesai,” ucap owner gerai butik yang diberi mandat Deva untuk sedikit memoles wajah Sekar. Owner yang memperkenalkan diri bernama Manda itu pun segera bergeser dari depan Sekar. Kini, Sekar bisa memerhatikan wajahnya yang hampir tak ia kenali padahal hanya diberi make up tipis. Namun, perbedaan before-after benar-benar terlihat berbeda. Dengan sedikit tak percaya, Sekar pun menyentuh perlahan wajahnya sendiri hingga kedua sudut bibirnya melengkung. Menciptakan senyum cantik yang sekarang sudah Sekar kenali. “I-ini beneran aku?”“Iya. Ini Mbak Sekar. Pangling, ya, sama wajahnya sendiri?”Sekar mengangguk. Awalnya Bu Manda memanggil Sekar dengan sebutan Nona. Ia baru tahu jika gadis cantik berpenampilan sederhana itu adalah menantu dari seorang presdir. Namun, Sekar menolak dipanggil Nona, ia lebih suka dipanggil Mbak atau Sekar saja. Sebenarnya Manda agak sedikit sanksi dengan pernyataan Deva yang menyebut Sekar sebagai istrinya. Selain tak mendengar adanya perhelatan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status