Ruang perawatan Lisa masih terasa sesak oleh ketegangan yang tak terucap. Atmaja akhirnya duduk di sofa ruangan dengan ekspresi wajah keras, tatapan matanya lurus ke arah Deva yang juga duduk di samping Sekar. Sementara Lisa masih terus berbaring dengan posisi setengah menyandar di brankar yang sudah di-setting kenyamanannya. Ia menatap suaminya, Deva dan Sekar dengan rasa ingin tahu bercampur simpati. Suara detak jam dinding terasa semakin kencang di tengah keheningan yang menyesakkan.Di ruangan yang sama, dua pria tua dengan pakaian sederhana—Wak Tarom, penghulu, dan Wak Hasan, saksi pernikahan Deva dan Sekar—ikut duduk di sofa terpisah, menunggu percakapan yang tampaknya semakin memanas.“Jadi, kamu nikahin gadis ini ... karena apa?” Suara Atmaja akhirnya pecah, menatap Deva dengan mata yang menyala. “Aturan desa? Dengar, Nak! Kamu, Kadeva Raja Arkananta, anak yang Papa didik buat berpikir rasional, malah terjebak sama aturan yang bodoh begitu?”Deva mencoba tetap tenang, meski j
Last Updated : 2025-01-10 Read more