All Chapters of SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA): Chapter 31 - Chapter 39

39 Chapters

Bab 031. Pertemuan di Rumah Makan

Rumah makan itu berdiri kokoh tepat beberapa tombak dari gerbang kota Beihai. Bangunan kayunya yang sederhana namun terawat tampak mengundang siapa saja yang melewatinya. Lampu-lampu minyak menerangi ruangan dengan cahaya lembut, memantulkan bayangan hangat pada dinding-dinding yang dihiasi ukiran naga dan awan. Suasana ramai memenuhi tempat itu, dipenuhi oleh suara tawa, percakapan serius, dan denting mangkuk serta sumpit.Di salah satu sudut ruangan, tampak beberapa pendekar berbaju hitam yang duduk dengan sikap waspada. Mereka adalah anggota klan Pedang Merah, Klan kecil yang tak jauh jaraknya dari Gunung Gobi, Tempat berdirinya perguruan besar yang terkenal dengan jurus pedang kilatnya. Di meja lain, dua orang biksu dari Kongtong Pai tengah bercakap-cakap sambil menyeruput teh hangat. Ada pula seorang perempuan berusia paruh baya, mengenakan jubah ungu dengan bordiran bunga teratai, yang tampak sedang mengamati keadaan sekeliling dengan mata tajam.Guo Liang melangkah masuk ke r
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 032. Keputusan di Tengah Badai

Ruangan rumah makan mendadak menjadi sunyi. Semua mata tertuju pada Ji Liong, yang kini duduk diam memandang pria muda yang terluka parah di hadapannya. Suara napas tersengal dari lelaki itu menggema, menambah suasana tegang yang memenuhi tempat tersebut.Ji Liong menghela nafas pelan, lalu berdiri dengan tenang. Langkahnya perlahan namun mantap menghampiri pria yang tergeletak di lantai. Beberapa orang menatap dengan penuh harap, sementara yang lain berdoa dalam hati. Tanpa banyak bicara, Ji Liong berlutut di samping pria itu dan meletakkan tangannya di atas dada korban.Dengan satu tarikan nafas panjang, Ji Liong mulai mengerahkan Butong Sinkang. Hawa hangat yang kuat langsung menyebar dari telapak tangannya, menyelimuti tubuh pria itu. Para pendekar di sekelilingnya dapat merasakan kekuatan yang luar biasa itu, membuat mereka terperangah. Racun dan luka dalam yang mengancam nyawa pria muda itu perlahan menghilang. Warna wajahnya yang sebelumnya pucat mulai kembali normal, dan nafas
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 033. Pertarungan Tingkat Tinggi

Ji Liong berdiri dengan tenang, menatap dua lelaki di hadapannya tanpa sedikit pun rasa gentar. Angin sore di atas bukit berembus pelan, menyibakkan ujung jubah putih yang ia kenakan, menambah kesan anggun dan tak tertandingi.Ong Kiat, si Jenderal Naga Merah, memicingkan mata. “Siapa kau, anak muda? Apa hakmu untuk melarang kami?” tanyanya dengan suara tegas namun penuh kewaspadaan. Mata tajamnya memperhatikan setiap gerakan Ji Liong, mencari celah untuk mengukur kekuatan lawannya.Ji Liong tersenyum tipis. “Aku hanyalah seorang pengembara yang tidak ingin melihat darah orang-orang tak bersalah mengalir tanpa alasan. Jika kalian membantu Sekte Lima Racun, itu berarti kalian mengkhianati kemanusiaan dan keadilan.”Bu Jiaw, si Jenderal Naga Ungu, yang sejak tadi memperhatikan dengan saksama, mengerutkan kening. “Kemanusiaan dan keadilan? Itu kata-kata besar untuk seorang pemuda sepertimu. Apa yang kau tahu tentang dunia ini?”Ji Liong melangkah maju, matanya memancarkan keteguhan. “Aku
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 034. Topeng Giok Naga Sang Ketua Sekte

Ong Kiat dan Bu Jiaw telah menyelesaikan persiapan mereka. Dengan pekik lantang, keduanya melesat bersamaan ke arah Ji Liong, menyerang dari dua sisi dengan kekuatan penuh. Angin dari serangan mereka menciptakan tekanan besar, membuat tanah di sekitar mereka retak-retak.Namun, Ji Liong tetap tidak bergerak. Tubuhnya memancarkan hawa hangat yang perlahan mengalahkan tekanan panas dari Sin Kang Naga Langit. Tepat ketika serangan Ong Kiat dan Bu Jiaw hampir mengenainya, kekuatan sakti di tubuhnya memancar kuat bagaikan sebuah ledakan cahaya.Ledakan tenaga itu membuat Ong Kiat dan Bu Jiaw terhenti di tengah jalan. Kekuatan dahsyat itu menghantam mereka tanpa ampun, melemparkan tubuh mereka jauh ke belakang. Tubuh mereka menghantam tanah keras, menciptakan lubang besar di tempat mereka jatuh.Ong Kiat dan Bu Jiaw terkapar, napas mereka tersengal-sengal. Tubuh mereka penuh luka akibat benturan, namun yang lebih mencengangkan adalah ekspresi di wajah mereka. Mereka tidak hanya kalah secara
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bab 035. Ancaman Sian Jie Sin Kang Palsu

Ji Liong memandang lelaki tua itu dengan penuh kewaspadaan. Udara di sekitar mereka terasa semakin tegang, seakan-akan kehadiran lelaki tua itu membawa sesuatu yang berat dan penuh misteri."Namaku Yo Han Chu, seorang pengelana," kata lelaki tua itu dengan suara tenang namun tajam. Ia melangkah maju, tangannya menggenggam tongkat bambu yang terlihat sederhana, namun memancarkan aura sakti yang membuat Ji Liong merasa waspada."Yo Han Chu?" Ji Liong mengulangi nama itu, mencoba mengingat apakah ia pernah mendengarnya sebelumnya. Namun, tak ada ingatan yang muncul. "Aku belum pernah mendengar namamu. Bolehkah aku tahu siapa sebenarnya dirimu dan apa gelarmu di dunia persilatan?"Yo Han Chu tersenyum tipis. "Gelarku sudah lama terkubur bersama waktu. Yang perlu kau tahu hanyalah bahwa aku adalah keturunan sepasang rajawali yang dulu pernah merajai dunia persilatan. Meskipun namaku tidak penting, apa yang akan kukatakan padamu sangatlah penting."Ji Liong memperhatikan lelaki tua itu deng
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 036. Pertarungan Jenderal Naga Merah

Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh dari kejauhan. Sebuah bayangan besar muncul di balik kabut medan perang. Semua mata tertuju ke arah itu. Dari balik kabut, seorang lelaki berpakaian perang merah dengan jubah bersulam naga emas muncul melayang diudara. Rambut panjangnya berkibar, dan matanya memancarkan aura kebesaran yang luar biasa."Jenderal Naga Merah!" seseorang berteriak menunjukkan keterkejutannya.Sosok itu adalah Jenderal Naga Merah Tian Gong Pai, seorang pendekar sakti yang dikenal karena kekuatannya yang luar biasa. Satu dari sepuluh pendekar terbaik di Sekte Istana Langit. "Naga meluruk bumi!" pekiknya, mengayunkan pedangnya ke udara.Seketika, sebuah gelombang energi besar melesat ke arah musuh. Gelombang itu menghantam kerumunan hewan berbisa, membubarkan mereka seperti daun-daun kering tertiup angin. Para anggota Sekte Lima Racun yang berada di dekatnya terpental jauh, beberapa dari mereka tak sadarkan diri akibat serangan itu.Kemunculan Jenderal Naga Merah mengubah
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 037. Prahara Gunung Gobi

Wu Jing Yu, salah satu guru utama dari Kong Tong Pai, melangkah mantap di depan lima muridnya yang mengikuti di belakang. Mereka berjalan menyusuri jalur pegunungan berbatu menuju Gobi Pai, sebuah perguruan ternama yang terkenal dengan ajaran bela diri berbasis keseimbangan dan keharmonisan.Langit senja mewarnai perjalanan mereka, dan angin dingin pegunungan menyapu wajah para murid yang penuh semangat. Wu Jing Yu, meski usianya telah memasuki setengah abad, masih tampak gagah dengan tubuh tegap dan mata tajam. Ia mengenakan jubah abu-abu dengan bordiran simbol Kongtong di bagian dadanya. “Jangan lengah,” katanya dengan suara rendah namun tegas. Para murid mengangguk serempak, menunjukkan sikap hormat mereka.Setibanya di pelataran Gobi Pai, suasana terasa berbeda dari yang mereka harapkan. Bukannya sambutan ramah, belasan murid Gobi Pai menghadang mereka dengan ekspresi tidak bersahabat.“Wu Jing Yu dari Kong Tong Pai datang untuk berbicara dengan Guru Besar Gobi Pai,” ujar Wu Jing
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 038: Mo Zai Hong, Sang Iblis Pembawa Petaka

“Mo Zai Hong…,” ucap Wu Jing Yu lirih.Kemunculan Mo Zai Hong, si Iblis Petaka Merah, benar-benar mengejutkan Wu Jing Yu. Seluruh dunia persilatan mengenal nama besar gembong iblis itu sebagai salah satu tokoh nomor satu dari aliran hitam. Sosoknya, dengan jubah merah yang tampak seperti api berkobar, memancarkan aura mengerikan. Wajah Mo Zai Hong, yang dihiasi garis-garis tegas dan mata setajam elang, menatap Wu Jing Yu dengan intensitas yang memaku langkah siapa pun.Yang lebih mengejutkan Wu Jing Yu adalah ketika Mo Zai Hong perlahan berlutut dan memberi penghormatan kepadanya. Tindakan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, tanpa ada sedikit pun kesan pura-pura. Angin dingin Gobi berembus kencang, tapi suasana di pelataran itu terasa panas membara oleh kehadiran tokoh aliran hitam yang ditakuti ini.“Wu Jing Yu, aku menghormatimu karena kau adalah ayah dari Tuan Muda Wu Kiang,” ujar Mo Zai Hong dengan suara berat yang bergema. “Aku datang bukan untuk bertarung, melainkan menyampaika
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 39: Di Tuduh Sebagai Sang Pembantai

Ji Liong mendaki lereng gunung Hoa San dengan hati berat. Pemandangan di sekitarnya benar-benar mengerikan. Aroma kematian menyengat di udara, disertai oleh suara angin yang menderu seperti rintihan jiwa-jiwa yang tak tenang. Mayat-mayat bergelimpangan di jalan setapak menuju puncak. Beberapa mengenakan pakaian khas Hoa San Pai, menunjukkan bahwa mereka adalah murid-murid perguruan tersebut, sedangkan yang lain tampak seperti para penyusup atau penyerang.“Siapa yang tega melakukan semua ini?” gumam Ji Liong dengan suara rendah. Matanya menyapu sekitar, mencari tanda-tanda kehidupan, namun yang ia temukan hanyalah kesunyian yang mencekam.Tak ingin keadaan ini menjadi sumber penyakit bagi lingkungan sekitar, Ji Liong mengambil cangkul yang tergeletak di dekat pondok tua dan mulai menggali lubang di tanah yang keras. Setiap gundukan tanah yang ia gali terasa seperti beban moral yang ia angkat sedikit demi sedikit.Setelah beberapa jam bekerja keras, ia berhasil mengubur sebagian besar
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status