All Chapters of SIAN JIE SIN KANG (TENAGA SAKTI ALAM DEWA): Chapter 41 - Chapter 50

53 Chapters

Bab 41. Pertarungan Dahsyat Dewa Beruang Hitam

Ji Liong berdiri kokoh di tengah lembah berbatu. Di hadapannya, Dewa Beruang Hitam, mengerahkan seluruh kekuatannya. Wajahnya yang dipenuhi bekas luka mencerminkan amarah dan keputusasaan. Pertarungan ini sudah berlangsung cukup lama, tetapi Ji Liong tampak tetap tenang, sementara tubuhnya bersinar samar, mencerminkan Sin Kang dahsyat yang mengalir dalam dirinya.Dewa Beruang Hitam meraung dengan suara yang menggema di seluruh lembah. Ia melompat dengan gerakan yang cepat dan brutal, meskipun tubuhnya besar. Cakarnya yang besar dan tajam mengarah ke Ji Liong, seolah ingin merobek tubuh pemuda itu menjadi serpihan. Namun, Ji Liong dengan cekatan melompat ke udara, melampaui jangkauan lawannya. Saat berada di atas, ia mengerahkan Butong Sin Kang menghadapi serangan mematikan itu.Tangan kanan Ji Liong bergerak cepat membentuk formasi aneh, seolah-olah menari di udara. Dari telapak tangannya, muncul angin kuat yang mematikan. Angin itu menyapu lembah, mengguncang tanah dan memecahkan bat
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 42. Menjebak Ji Liong

Pagi di lembah berbatu itu terasa dingin. Kabut tipis masih melayang di antara celah-celah batu, menyelimuti tempat Ji Liong dan Mei Lin beristirahat. Ji Liong membuka matanya perlahan, mendapati Mei Lin sudah bangun dan duduk di dekat api unggun yang hampir padam. Wajahnya tampak serius, seolah memikirkan sesuatu yang berat.“Kau sudah bangun?” tanya Mei Lin dengan suara lembut. Tatapannya menunjukkan keramahan yang sulit dicurigai.“Ya,” jawab Ji Liong singkat sambil bangkit dan meregangkan tubuhnya. Matanya tetap tajam mengamati sekeliling. Ia tahu, meskipun tempat ini terlihat tenang, bahaya selalu mengintai di dunia persilatan.Mei Lin berdiri dan menyerahkan sepotong roti kering kepada Ji Liong. “Aku menemukannya di tas yang kutinggalkan kemarin. Ini mungkin tak seberapa, tapi setidaknya bisa memberi sedikit tenaga untuk perjalanan kita.”Ji Liong menerima roti itu dengan anggukan. Ia tidak berkata banyak, pikirannya masih tertuju pada misinya. Mei Lin, di sisi lain, tampak menc
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 43: Pertarungan Di Kegelapan Goa

Kegelapan di dalam gua semakin mencekam, seolah-olah ingin menelan siapa saja yang berani memasukinya. Udara terasa berat, lembab, dan penuh dengan aroma batuan basah. Suara langkah kaki menggema di lorong yang sempit, menciptakan irama yang menggetarkan hati. Ji Liong berdiri tegak, tubuhnya memancarkan kewaspadaan. Ia tahu bahwa lawannya bukan orang sembarangan. Li Yan, pria dengan reputasi mengerikan, telah membantai banyak pendekar hebat, termasuk tokoh-tokoh utama dari Hoa San Pai.“Kau tidak akan keluar dari sini hidup-hidup, Ji Liong,” suara Li Yan menggema di antara bebatuan. Pria itu berdiri di kejauhan, tubuhnya hanya tampak sebagai bayangan samar oleh pantulan cahaya obor yang mulai redup. Nada bicaranya penuh keyakinan, seolah-olah kematian Ji Liong sudah pasti terjadi.Ji Liong tersenyum tipis, tetapi matanya tetap tajam mengawasi gerakan lawannya. “Orang licik sepertimu tidak pantas untuk menyentuh sedikitpun bagian tubuhku, apalagi hendak membunuhku,” katanya dengan nad
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 44: Misteri Penghuni Jurang

Ji Liong berdiri perlahan, tubuhnya masih terasa berat setelah terjatuh dari ketinggian tadi. Ia melirik ke sekeliling, mencoba memahami tempat asing ini. Permukaan tanah di bawahnya tidak rata, dipenuhi bebatuan kecil yang licin oleh lapisan lumut. Dinding-dinding jurang yang menjulang tinggi terlihat berlapis-lapis, hampir tidak menyisakan celah untuk memanjat keluar. Suara gemuruh air dari kejauhan menambah suasana mencekam.Tiba-tiba, suara dingin dan berat terdengar, memecah keheningan yang melingkupi tempat itu.“Siapa namamu, anak muda? Mengapa bisa kau masuk ke jurang ini?”Ji Liong terkejut. Suara itu terdengar dekat, namun ia tidak melihat siapa pun. Refleks, ia langsung memasang kuda-kuda, mengalirkan tenaga dalam ke tubuhnya untuk berjaga-jaga. Matanya tajam menelusuri setiap sudut, namun tak ada tanda-tanda kehidupan.Belum sempat ia berbicara, sebuah bayangan gelap melesat ke arahnya. Serangan itu begitu cepat dan tajam, membuat udara di sekitarnya mendesis. Dengan geraka
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 45: Sang Naga Pelindung Barat, Dewa Tangan Sembilan

Ji Liong menatap pria tua berjubah hitam itu dengan sorot mata tajam. Nafasnya masih teratur meski benturan tenaga sebelumnya cukup keras, namun ita tak merasakannya. Ia melangkah maju, tangannya bersatu di depan dada, lalu ia berkata dengan nada merendah, "Cianpwe, mohon maaf jika tindakan saya barusan terlalu kasar. Saya hanya membela diri dari serangan Anda yang begitu mendesak."Pria tua itu mendengus, wajahnya merah padam karena amarah. Ia tidak menjawab, namun energi yang terpancar dari tubuhnya meningkat tajam. Jiwa sinis di matanya kian menyala, menandakan bahwa ia belum puas."Anak muda, kau terlalu congkak! Tenaga saktimu memang mengejutkan, tapi aku belum menunjukkan seluruh kemampuanku!" Pria itu menggeram, lalu tiba-tiba kedua tangannya bergerak cepat, mengerahkan tiga perempat tenaga saktinya ke arah Ji Liong.Gelombang udara di sekitar mereka mendadak bergetar hebat. Ji Liong dengan sigap mengalirkan tenaga dalamnya ke kedua telapak tangan, menyambut serangan tersebut d
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 46: Pengkhianatan di Balik Jurang Tak Berujung

Ji Liong mengikuti langkah Lam Juan, menyusuri jalan setapak yang curam di antara tebing-tebing tinggi. Hawa dingin semakin menusuk, membuat suasana terasa semakin mencekam. Lam Juan berjalan cepat, sesekali menoleh untuk memastikan Ji Liong mengikutinya.Setelah berjalan cukup jauh, mereka tiba di sebuah gua yang tersembunyi di balik rerimbunan pohon dan batu besar. Lam Juan berhenti sejenak, menarik napas panjang sebelum berkata, "Masuklah, Ketua. Di sini kita akan lebih aman." Ji Liong melangkah masuk ke dalam gua yang gelap dan lembap. Namun, begitu ia memasuki bagian yang lebih dalam, sebuah pemandangan mengejutkan menyambutnya. Di sudut gua, seorang pria tua berpakaian putih duduk bersila. Pakaian pria itu compang-camping, tubuhnya terlihat kurus dan lemah, namun matanya masih menyiratkan semangat yang tidak padam."Ketua, izinkan saya memperkenalkan seseorang yang mungkin akan menarik perhatian Anda," ujar Lam Juan dengan nada hormat. Ia membungkuk sedikit ke arah pria tua itu.
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 47: Misteri di Balik Danau

Lam Juan memimpin jalan dengan langkah cepat dibawah bimbingan Huan Si Jie. Sementara Ji Liong mengikutinya dengan hati-hati. Di tengah gelapnya gua yang semakin dalam, udara menjadi lebih dingin dan lembap. Suara tetesan air yang jatuh dari dinding gua memecah keheningan, menambah nuansa misteri di tempat itu.“Ketua, kita akan menuju tempat yang lebih dalam,” ujar Lam Juan sambil menoleh ke arah Ji Liong. “Ada sebuah jalan menuju danau tersembunyi. Namun, kita harus menyelam untuk melewati jalan terakhir.”Ji Liong mengerutkan kening, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa. Ia terus melangkah, memperhatikan setiap sudut gua yang semakin gelap dan menyesakkan. Sementara itu, Huan Sie Ji berjalan di belakang, tatapannya tenang tetapi penuh kewaspadaan.Setelah beberapa saat, mereka tiba di sebuah ruang besar dalam gua. Cahaya remang dari bebatuan yang bersinar samar-samar memperlihatkan sebuah danau yang luas. Permukaannya tenang, namun kegelapan airnya menyiratkan sesuatu yang misterius.
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 48. Patung Dewa Langit

Ji Liong menoleh dan melihat bayangan besar yang bergerak mendekati mereka dengan cepat. Ular itu memiliki tubuh yang sangat besar, dengan sisik hitam mengkilap yang memantulkan cahaya samar dari pedang yang dibawa Ji Liong. Mata ular itu bersinar merah, penuh dengan kebencian dan kekuatan yang mengintimidasi.Lam Juan dan Huan Sie Ji berenang sekuat tenaga menuju permukaan, sementara Ji Liong tetap berada di belakang, memegang Pedang Dewa Langit dengan erat. Ketika ular itu semakin dekat, Ji Liong mengarahkan pedangnya, mengerahkan Sian Jie Sin Kang untuk menciptakan penghalang energi di sekitar mereka.Ular raksasa itu menyerang dengan kecepatan luar biasa, membuka mulutnya yang dipenuhi taring tajam. Namun, energi dari pedang itu menciptakan gelombang yang menghentikan serangan ular tersebut. Ular itu tampak terguncang, tetapi tidak menyerah. Ia melingkarkan tubuhnya, mencoba mengepung Ji Liong dan menghancurkan penghalang energinya.Ji Liong menyadari bahwa waktu mereka terbatas.
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 49: Pedang Yang Memilih Tuannya

Patung Dewa Langit mulai bergetar, dan retakan-retakan muncul di permukaannya. Ji Liong segera melompat turun untuk menghindari bahaya. Saat ia mendarat, patung itu terbelah menjadi dua bagian, memperlihatkan sebuah terowongan besar di dalamnya.Lam Juan dan Huan Sie Ji mendekati Ji Liong dengan ekspresi takjub. “Ketua, kau berhasil!” seru Lam Juan.“Mari kita lihat apa yang ada di dalam terowongan ini,” kata Ji Liong sambil memimpin jalan masuk ke dalam terowongan.Di dalam terowongan, mereka menemukan tangga spiral yang terbuat dari batu. Tangga itu terlihat tua, tetapi masih kokoh. Cahaya samar dari kristal di dinding terowongan membantu mereka melihat jalan. Mereka mulai menaiki tangga dengan hati-hati, suara langkah kaki mereka bergema di ruang sempit itu.Setelah beberapa saat, mereka mencapai ujung tangga. Di sana, mereka menemukan sebuah pintu besar yang terbuat dari batu dengan ukiran-ukiran kuno di permukaannya. Ji Liong menyentuh pintu itu, merasakan energi yang mengalir me
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 50: Serangan Gelap di Tengah Malam

Malam sudah larut, hanya suara binatang malam yang terdengar samar di kejauhan. Api unggun perlahan mengecil, hanya menyisakan bara yang memancarkan cahaya redup. Huan Sie Ji duduk bersila, matanya terpejam tetapi indranya tetap tajam, merasakan setiap gerakan di sekitar mereka. Angin dingin dari puncak gunung berhembus lembut, membawa aroma lembah yang segar. Namun, tiba-tiba, naluri Huan Sie Ji terusik. Ia mendengar suara langkah halus yang datang dari kejauhan, nyaris tidak terdengar oleh telinga biasa.“Ada sesuatu yang tidak beres,” pikirnya sambil mengatur nafasnya, bersiap untuk segala kemungkinan.Perlahan, ia membuka matanya dan merasakan pergerakan energi asing yang mendekat. Ia segera bersiaga, mengerahkan tenaga dalamnya secara diam-diam agar tidak terdeteksi. Namun, sebelum ia sempat melakukan sesuatu, asap tebal mulai menyelimuti tempat itu. Asap itu berwarna keabu-abuan, dengan bau aneh yang membuat napas terasa berat. Huan Sie Ji langsung menutup hidung dan mulutnya
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status