Semua Bab Perjalanan Sang Perukiyah: Bab 31 - Bab 40

56 Bab

Mengancam Ken

“Sayang!” Bai menyadari istrinya seperti mimpi buruk langsung berusaha membangunkan Ken.“Sayang, bangun!” Bai menepuk pelan pipi sang Istri yang terlihat sedang mengigau.Tak bangun-bangun, dia pun membisikkan ayat kursi di samping telinga sang Istri dan membuat Ken seketika itu membuka mata dengan lebar.“Alhamdulillah …,” kata Bai mengembuskan napas lega karena akhirnya istrinya bangun.“Mas,” panggil Ken sambil memegangi perutnya dengan panik. “Anak kita nggak papa kan?”“Insyallah anak kita baik-baik saja. Kamu kenapa emang? Mimpi apa?” tanyanya sambil menatap istrinya dengan cemas. Sedangkan tangannya mengusap perut istrinya dengan lembut hingga terasa gerakan sang janin yang menandakan tak terjadi sesuatu dengan calon buah hatinya.“Aku tadi mimpi-“Ken tak jadi melanjutkan kalimatnya saat terdengar suara benda jatuh seperti bom di atas atap rumah Bulek Tini. Saking terkejutnya, keduanya sampai reflek mengucap istighfar. Lalu saling melempar pandang.“Bulek Tini!” pekik keduany
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

Menemukan Buhul

Sesuai rencana, Bai dan Ken izin menuju warung di mana Bulek Tini berjualan. Di mana warung tersebut berada di kompleks tempat wisata Bhumi Merapi. Setelahnya, mereka berniat untuk kembali ke Magelang dan memberitahu pada kedua orangtuanya.“Bagus juga tempatnya kalau pagi-pagi gini, ya, Mas,” ujar Ken sambil bergandengan tangan dengan suaminya.Mereka memilih berjalan menuju warung. Karena jaraknya lumayan dekat. Bisa untuk olahraga Ken yang tengah hamil tujuh bulan itu sembari menikmati suasana pegunungan yang masih asri.“Iya. Dulu waktu kecil Mas sering nginep di rumah Bulek. Karena kan dulu anaknya cowok, tapi meninggal pas masih usia satu tahunan kayaknya. Kalau masih hidup ya seusia Mas. Makanya, Mas dianggap kayak anak sendiri sama Bulek Tini,” papar suaminya sambil menoleh dan tersenyum pada Ken.Ken mengangguk sambil terus berjalan perlahan. Tautan tangan keduanya semakin erat dengan senyum yang terus terukir di bibir keduanya sambil terus memuji Allah atas keindahan alam ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

Efek Buhul

Di tempat lain, bersamaan dengan terbakarnya isi dari bungkusan putih yang ditemukan oleh Ken, Bulek Tini mengerang kepanasan. Membuat Bulek Tuti, adik perempuan Bulek Tini yang kebetulan sedang berkunjung panik.“Bimo, ini Yu Tini gimana?” teriaknya memanggil nama adik bungsunya.Lelaki berkumis tipis lari tergopoh dari halaman belakang saat mendengar teriakan kakak perempuannya.“Kenapa, Yu?” tanyanya mendekat dan terlihat panik.“Ini Yu Tini gimana?”“Yu, istighfar. Jangan begini,” katanya menatap Bulek Tini yang terus mengerang sambil memegangi kepalanya. Lalu perutnya yang terlihat lebih besar dari kemarin.“Sakiiitttt …,” jerit Bulek Tini tertahan.“Dibawa ke rumah sakit lagi apa gimana ini?” Tuti pun panik bukan main. Dia tidak tega melihat kondisi sang kakak yang terus kesakitan.“Jangan, Yu! Percuma. Kemarin di rumah sakit juga nggak kelihatan apa-apanya,” tolaknya. “Aku hubungi Bai dulu. Biar dia yang menangani,” tukasnya. Lalu menelepon Bai dan menyuruhnya pulang.Bai dan K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

Pasar Tradisional

Hujan semakin turun dengan derasnya. Pepohonan mobat-mabit diterjang badai. Semua orang yang ada di dalam rumah Bulek Tini duduk di ruang tamu, mengamati sekitar. Juga Bulek Tini yang ikut duduk di sana dengan sedikit bersandar pada bantal.Petir dan kilat saling bersahutan. Hingga terdengar memekakkan telinga.“Subhanallah … ngeri banget ini hujannya,” ujar Bulek Tuti yang duduk sambil memeluk kakak perempuannya yang juga sama ketakutan.“Kabar terkini, jalur utama longsor dan nggak bisa dilewati kendaraan,” sahut Bimo setelah melihat informasi dari gawainya.“Kamu ini lho, Bim. Orang petir lagi menyambar-nyambar gini kok masih main hp juga,” omel Bulek Tuti pada adik bungsunya.“Update informasi, Yu,” sahutnya. Lalu mematikan layar ponsel dan menyimpannya kembali di saku celana.“Kita fix nggak bisa pulang ini dong, Mas,” kata Ken menatap suaminya yang menggeleng lemah.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Ken Ditandai

Bai mengerjapkan kedua matanya. Menatap jam dinding yang menggantung di dinding kamar yang ditempatinya bersama Ken di rumah Bulek Tini. Jarumnya menunjukkan pukul tiga dini hari. Lelaki itu mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih bergelayut di kedua kelopak matanya.Lalu membaca doa setelah bangun tidur. Kemudian lelaki itu duduk di sisi ranjang. Dia menoleh dan baru menyadari kalau istrinya tidak ada di sisinya.“Ken? Ke mana? Atau … ke kamar mandi? Tapi kok nggak bangunin aku?” gumamnya dengan hati yang mendadak cemas.Segelas air putih diteguknya hingga tandas. Kemudian bangkit dan mencari istrinya menuju kamar mandi.“Sayang? Kamu di dalam?” tanyanya sambil mengetuk pintu kamar mandi yang tertutup. Karena Ken menutupnya kembali setelah keluar tadi.Tak ada jawaban.Bai pun mendorong pintunya yang ternyata tidak terkunci dan kosong. Tak ada siapapun di dalamnya. Membuat Bai semakin cemas. Dia pun masuk dan hanya membasuh wajahnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Periksa Kandungan

Adzan subuh berkumandang. Bai pun meminta Ken untuk bersiap salat subuh karena kondisi istrinya pun sudah lebih tenang. Dia hanya merasa sedikit trauma. Mencemaskan keadaan anak dalam kandungannya. Karena jika dia sendiri, mungkin tidak terlalu khawatir. Dia bisa mengatasinya tanpa takut mati. Namun, dia sedang membawa satu nyawa yang sudah dia dan suaminya nantikan kehadirannya. Jadi … Ken akan selalu menjaganya dengan baik.Usai salat, Ken dan Bai fokus berdzikir serta berdoa. Meminta perlindungan pada Allah untuk membentuk benteng pertahanan dari serangan-serangan jin dan bala tentaranya. Setelahnya, mereka sama-sama membaca Al-Qur’an di kamar yang bersebelahan dengan kamar dari Bulek Tini.Mendengar suara orang mengaji, tubuh Bulek Tini mulai terasa panas. Dia menutupi telinganya dengan kedua telapak tangannya. Lalu memukul-mukul pintu kamar yang terkunci dari luar. Dikunci oleh Paklek Bimo.“Berhenti aku bilang! Kalau tidak, kalian akan kubunuh!” teriaknya memberi ancaman.“Mas?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Kembali ke Rumah Bulek Tini

Selepas kepergian Bai dan Ken, kondisi Bulek Tini malah semakin parah. Mulutnya kini terasa berat untuk berucap, tubuhnya terasa lemas ketika digerakan. Bahkan timbul bitnik-bintik merah di kulitnya dan terasa gatal. Namun, Bulek Tini seperti tidak ada kekuatan meski hanya sekadar menggaruk yang bisa dijangkau tangannya. Sepanjang malam hanya bisa merintih kesakitan dan sesekali tertawa saat sedang dirasuki. Bulek Tuti dan Paklek Bimo pun semakin kebingungan. Terlebih air rukiyah yang diberikan oleh Bai seakan tidak berefek apapun pada Bulek Tini. “Gimana ini, Bim? Kasihan Yu Tini,” katanya menatap Bulek Tini dengan iba. Perempuan paruh baya itu kini tengah terlelap paska kelelahan karena kerasukan dan ngamuk. Padahal jika biasanya, tenaganya tak ada. Tergolek lemah di atas tempat tidur. Makan dan minum pun disuapi oleh sang Adik. Itu pun tidak banyak. Hanya dua sampai tiga suap saja. “Aku juga nggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Buhul Lagi

Tak peduli dengan ocehan Bulek Tini, Ustadz Fathur mulai membacakan ayat-ayat rukiyah dan membuat perempuan paruh baya itu berteriak histeris. Meminta Ustadz Fathur menghentikan bacaannya. “Berhenti kamu! Siapa kamu, hah!” Bulek Tini menyerang Ustadz Fathur dengan membabi buta. Bahkan sampai mendorongnya. Beruntung Bai dengan sigap menopang sang Ayah hingga tidak sampai terjengkang ke belakang. Sedangkan Paklek Bimo memegangi Bulek Tini agar tidak terlalu menyerang Ustadz Fathur. “Siapa dia? Suruh dia berhenti! Jangan campuri urusanku!” teriak Bulek Tini sambil menoleh pada Paklek Bimo. “Sudah, Yu. Sadar …,” bisik Paklek Bimo berusaha menyadarkan kakak perempuannya. Namun, Bulek Tini malah kembali tertawa. “Dia tidak tahu siapa aku, hah!” katanya sambil menatap Ustadz Fathur tak suka. “Aku sudah menghancurkan perempuan ini atas perintah majikanku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Ken Kembali Diganggu

Ustadz Fathur membuka isi dari bungkusan yang diduga adalah buhul tersebut. Dan isinya kurang lebih sama dengan apa yang ditemukan oleh Ken dan Bai saat di warung Bulek Tini. “Isinya sama, Ayah. Kemarin yang Bai temui juga isinya begitu. Cuma ini ada ….” Bai mengamati salah satu isi dari buhul tersebut. Jika yang ditemukan di warung beerbentuk seperti hati dan sudah kering. Namun, berbeda dengan yang ditemukan di rumah Bulek Tini. “Ini kok kayak janin, ya?” gumamnya sambil membolak-balik segenggam daging yang bentuknya mirip dengan bentuk janin yang kira-kira baru berusia empat hingga lima bulan itu dengan ranting pohon. “Betul, Bai. Nggak salah lagi. Ini memang janin. Tapi … siapa yang tega melakukan ini? Menjadikan janin yang tidak berdosa sebagai perantara sihir begini.” Ustadz Fathur menatap geram sambil menggelengkan kepalanya. Lalu menoleh pada Paklek Bimo yang sejak tadi sepe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Demi Keselamatan Ken

“Sebenarnya ada apa, Nak?” tanya Ajeng menatap menantunya dengan cemas.Ken sendiri sudah lebih tenang setelah beberapa saat menormalkan degup jantung dan meminum air putih.“Bu,” panggilnya seraya menoleh pada ibu mertuanya.“Iya. Ibu di sini. Temani kamu. Ibu takut banget terjadi sesuatu sama kamu, Nak,” katanya lagi sambil mengusap lengan Ken.“Perempuan itu datang lagi,” lirihnya. Lalu mengembuskan napas panjang.“Perempuan?” Ajeng mengerutkan keningnya. Otaknya berusaha mencerna apa yang dimaksud oleh menantunya.Ken mengangguk.“Iya, Bu. Perempuan yang waktu itu menemui Ken di belakang rumah Bulek Tini. Perempuan yang sebelumnya Ken lihat tengah memakan janin di semak-semak dekat rumah Bulek Tini,” katanya dengan wajah ketakutan.“Astaghfirullah … dia ngapain kamu?” Ajeng menatap menantunya serius.Ken menatap lurus ke depan. Lalu mulai mengisahkan mimpinya yang bermula di belakang rumah Bulek Tini melihat keriuhan pasar. Lalu diajak hingga ke sebuah pulau yang ada di tengah-ten
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status