Home / Horor / Perjalanan Sang Perukiyah / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Perjalanan Sang Perukiyah: Chapter 21 - Chapter 30

56 Chapters

Kalajengking

"Nggak ada pilihan lain, Agus. Kalau kamu nggak bisa dapat janin baru dari istri kamu. Maka anak perempuan kamu yang jadi penggantinya."Mbah Moyo berbicara sambil menatap Agus yang terdiam beberapa saat.Di satu sisi, Agus tidak ingin kehilangan kekayaan yang selama ini dia dapat. Namun, dia juga tidak ingin kehilangan anak pertamanya untuk dijadikan tumbal pesugihannya. Karena Anindita adalah anak kesayangannya. Anak pertama, harapannya selama ini. Itu juga alasannya membiarkan anak gadisnya tinggal di pesantren. Agar selamat."Pilihannya hanya ada dua, Agus. Kamu bujuk kembali istrimu agar bisa kembali padamu dan memberikan janin baru agar bisa kamu tumbalkan. Atau kamu kehilangan semua kekayaan yang selama ini kamu dapatkan," papar Mbah Moyo serius. "Aku sudah membujuk Sumi. Tapi, dia nggak mau, Mbah. Malah dia akan menceraikanku," sahut Agus sambil mengusap wajahnya. "Cerailah dan segera cari istri baru. Gitu saja kok repot," sahut Mbah Moyo dengan santai. Agus menarik napas d
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Pertemuan Ayah dan Anak

"Dipanggil sama Ustadz Bai juga, Nak?" tanya Sumi yang berpapasan dengan Anindita saat berada di depan rumah Bai. "Iya, Bu. Ibu juga?" Anindita bertanya balik sambil menggandeng jemari Ibunya. "Iya. Tadi, Ustadz Bai menelepon Ibu untuk datang ke rumahnya. Jadwalnya rukiyah juga. Cuma biasanya kan abis ashar gitu."Sumi mengetuk rumah pasangan Bai dan Ken. Hanya dua kali ketukan saja, pintu rumah terbuka lebar. Menampilkan sosok wanita yang mengenakan gamis lebar berwarna lavender dengan kain cadar yang menutup sebagian wajahnya. "Silakan masuk, Bu, Anindita. Ustadz Bai sedang menghabiskan makan siangnya dulu sebentar." Wanita itu menyambut kedua tamunya dengan senyum manis. Terlihat dari kedua matanya yang menyipit dan anggukkan kepalanya. "Maaf, kita ganggu, ya," ucap Sumi sedikit tidak enak hati karena ternyata Bai masih makan siang. "Iya, Ustadzah," timpal Anindita sambil mencium punggung tangan Ken dengan takzim. Sedangkan dengan Sumi bersalaman sambil mencium pipi kanan dan
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Anindita Diculik

"Pak ...," lirihnya sambil berusaha melepas pelukan sang Bapak. Sama seperti Agus, perasaan gadis itu pun campur aduk. Antara senang, kecewa, tapi juga takut. Bayangan kemarahan Agus masih teringat jelas di otaknya. Bagaimana dia ditampar keras oleh Agus hanya karena menyetel murotal Al-Qur'an melalui pengeras suara di rumahnya. Dia melarang keras Anindita dan Ibunya mengaji juga salat. Padahal, dulu Anindita begitu disayang oleh sang Bapak. Sikapnya pun sangat lembut. Berbanding terbalik dengan saat ini yang kasar dan sering marah-marah.Namun, dia teringat lagi akan nasihat Bai, jika harus tetap berbakti dan berbuat baik terhadap kedua orang tua selama dia tidak mengajak pada kemusyrikan. "Bapak ...." Anindita pasrah dan akhirnya membiarkan sang Bapak memeluknya penuh rindu. Dia pun membalas pelukannya sembari menangis sesenggukan. Menumpahkan segala perasaannya selama ini. Kecewa, ingin marah, takut, juga rindu yang membaur menjadi satu."Maafkan Bapak, Anin. Maafkan Bapak ..
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Hampir Terenggut Kesuciannya

Sementara itu, Sumi, Bai, Ken, dan Husain langsung mengendarai mobilnya menuju tempat di mana mereka pernah membuntuti Agus saat mempersembahkan tumbal janin calon anaknya. Karena mereka yakin, Agus pasti membawa Anindita ke tempat itu. Dan benar saja, saat tiba di sana, mereka melihat mobil Agus terparkir di tepi jalan.Husain menghentikan mobilnya persis di belakang mobil Agus. Kemudian mereka turun dan langsung menuju tempat yang di mana Agus mempersembahkan janinnya dulu.Namun, kosong. Mereka tidak menemukan siapapun di sana. Hanya ada sebuah makam yang terlihat sudah sangat tua. Kemungkinan, makam itu disakralkan oleh warga sekitar. Terlihat dari banyaknya bekas bunga tujuh rupa, sesaji, dan bekas dupa."Nggak ada siapapun. Ke mana mereka membawa Anin?" Sumi pun semakin mencemaskan Anindita. Pikirannya sudah ke mana-mana. "Kita berpencar mencari mereka. Kita harus segera menemukan Anindita," ujar Bai serius. "Saya bersama istri ke arah kanan. Bu Sumi dan Mas Husain ke arah ki
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bukan Akhir, Tapi Awal

Agus pun menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Bai berdiri di belakangnya. Ada rasa syukur saat ada orang lain yang membantunya menyelamatkan anaknya dari kelakuan bejat Mbah Moyo."Siapa kamu? Berani-beraninya ikut campur urusanku?" tanya Mbah Moyo dengan tatapan tajam. Seolah marah karena aksinya terganggu. "Aku Bai. Orang tua gadis yang ingin kamu lecehkan. Dia anakku di pesantren. Jadi, di saat nyawanya terancam, maka aku akan maju untuk menyelamatkannya!" balas Bai dengan tetap tenang. Namun tegas. Mbah Moyo pun tertawa terbahak-bahak. "Heh, bapak kandungnya saja tidak peduli. Bahkan, dia tega menumbalkan anaknya agar harta kekayaannya bertambah. Lalu, kenapa kamu begitu peduli? Bahkan ... seakan menyerahkan nyawamu padaku demi menyelamatkan gadis ini?""Dia pergi dari pesantren. Dan dia menjadi tanggung jawabku. Hidup mati itu hanya ada di tangan Allah. Bukan di tangan iblis sepertimu!" sahut Bai dengan sengit. "Manusia sok suci!" Mbah Moyo pun mulai menyerang Bai. Namun
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Permintaan Tolong

Tujuh bulan kemudian .... “Ada apa, Mas?” Ken mendekati suaminya dengan penasaran setelah menerima panggilan dari salah satu kerabatnya. Lelaki yang masih menggunakan sarung bermotif batik dan dipadu dengan kaos oblong itu memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan sang Istri yang kini tengah mengandung buah hati mereka setelah penantian tiga tahun lamanya. Usia kandungannya kini memasuki tujuh bulan. “Bulek Tini sakit katanya, Sayang,” jawabnya dengan raut wajah cemas dan bingung. “Innalillahi, sakit apa?” Kening Ken membentuk lapisan tipis. Sedangkan Bai menggelengkan kepalanya pelan. “Kok?” Ken semakin menatapnya heran. “Duduk dulu. Nanti Mas ceritakan.” Bai meraih pinggang sang Istri. Menuntunnya untuk duduk di kursi sofa yang ada di pojok kamar mereka. Setelahnya, Ken duduk bersandar dengan nyaman dan siap mendengarkan kisah yang akan diceritakan oleh suaminya, Bai
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Berangkat ke Jogja

Bai pun memberitahu kedua orangtuanya tentang penyakit yang diderita oleh Bulek Tini. Keduanya pun meminta Bai untuk menengok sepupu dari ibunya itu.“Ya sudah. Ayah minta dijenguk saja dulu. Dilihat. Nanti Ayah kalau sudah pulang juga mau lihat seperti apa kondisi Bulek,” sahut Ajeng, ibu dari Bai. “Iya. Rencananya sore ini juga mau ke sana.”“Ken ikut?” tanya sang Ibu menatap Ken yang mengangguk dengan senyuman. “Ikut, Bu. Ken juga mau lihat kondisi Bulek Tini,” sahutnya.“Berangkatnya jangan terlalu sore, ya. Jangan sampai ketemu maghrib di jalan. Istri kamu lagi hamil, Bai,” katanya mengingatkan.“Iya, Bu. Insyaallah nanti sebelum ashar kita berangkat. Biar ashar di jalan saja,” katanya sambil menoleh pada istrinya yang kembali mengangguk. Setuju dengan rencana suaminya.Ustadz Fathur, ayah dari Bai sendiri sedang mendampingi anak-anak pondok berzi
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Kejadian di Rumah Bulek Tini

Bai pun mencoba menenangkan istrinya. Memeluknya sambil mengusap punggungnya dan membacakan ayat kursi.“Sudah, Dek. Nggak ada apa-apa,” katanya sambil melepas pelukan sang istri. “Mas coba mobilnya dulu. Siapa tahu sudah jadi. Jangan dilihat lagi, ya!”Ken pun mengangguk dan memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain. Lalu menunduk sampai Bai masuk ke dalam mobilnya. Dia langsung mengapit lengan kiri suaminya dengan erat.“Bismillahirahmanirrahim. Ya Allah … bantu kami …,” gumam Bai sebelum menyalakan mesin mobil. Dan akhirnya menyala.“Alhamdulillah ….” Keduanya pun bisa bernapas lega karena akhirnya mobil berhasil berjalan lagi.“Ayo cepat, Mas! Aku nggak mau lama-lama di sini,” ujar Ken sedikit ketakutan. Dia masih sedikit trauma dengan apa yang dilihatnya.Jika makhluk yang terbiasa terlihat seperti pocong dan teman-temannya mungkin Ken sudah tidak takut. Namun, kali ini perempuan tua yang dilihatnya itu sedang memakan janin yang masih berlumuran darah.Sedangkan dirinya sedan
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Kisah Bulek Tini

Setelah menunggu beberapa saat, tak lagi terdengar keributan di dalam kamar Bulek Tini. Bai pun kembali meminta izin pada Paklek Bimo untuk masuk ke dalam dan melihat kondisi Bulek Tini.“Kamu tunggu di luar dulu, Sayang. Takutnya masih membahayakan,” katanya menatap sang Istri yang mengangguk patuh.Begitu pintu dibuka, Bai pun masuk sambil mengucapkan salam dengan begitu tenang.“Astaghfirullahal’adzim!” Bai terpekik sambil memejamkan kedua matanya sesaat setelah wajahnya dilempar oleh sesuatu dari arah samping. Lelaki yang selalu memakai peci hitam itu pun menoleh ke arah kanan.“Mau apa kamu ke sini? Jangan ikut campur!”Bulek Tini berdiri di pojok kamar sambil menatap Bai dengan tajam. Jari telunjuknya bahkan sampai menunjuk Bai. Seolah tak suka dengan kehadiran Bai.“Bai, masih, ya?” Paklek Bimo menyembul di belakang tubuh Bai dengan takut.“Masih, Paklek,” jawabnya singkat.“Hati-hati, Mas,” ujar Ken menatap suaminya dengan cemas.“Iya. Kamu tetap di situ!” balasnya tanpa menol
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Menduga-duga

“Jadi, beberapa hari sebelum Yu Tini sakit dan masuk rumah sakit, dagangannya itu sempat sepi sekali. Sekalinya ada yang beli, katanya makanannya basi. Padahal ya baru aja kami masak. Masakan kita selalu fresh. Karena aku juga bantuin Yu Tini, makanya aku paham betul. Kalau Yu Tini itu paling anti dengan makanan kemarin. Kalau nggak habis aja langsung dibuang atau dikasih ke orang kalau masih layak dikonsumsi,” paparnya.Bai dan Ken kembali saling pandang dan mengangguk. Menyimak dengan seksama.“Pernah ada beberapa juga yang katanya mau beli makanan di warung Yu Tini, tapi katanya tutup. Sekililingnya pun kotor kayak udah nggak buka lamaaa sekali. Nggak terurus katanya,” katanya lagi.Bai menarik napas dalam. Lalu menoleh pada sang Istri yang mengangguk paham.“Maaf sebelumnya … apa Bulek Tini pernah ada masalah dengan salah satu pedagang di sana?” tanya Ken memastikan jika dugaannya benar.“Kalau setahuku sih nggak ada,” sahut Paklek Bimo. Lalu menoleh pada kakak perempuannya. “Apa
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status