Beranda / Horor / Pesugihan Genderuwo / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Pesugihan Genderuwo: Bab 31 - Bab 40

185 Bab

31. Keresahan Ratih

Di sela bisikan kagum sambil menatap Bagas, Ratih mendengar suara lirih yang familiar. Sebuah suara berat, serupa dengan suara dalam mimpinya, berbisik di telinganya, "Kamu milikku, Ratih...."Ratih menutup telinganya dengan tangan, tubuhnya gemetar hebat. Suara itu terdengar seperti suara suaminya, tapi ada sesuatu yang janggal. Di dalam lubuk hatinya, alih-alih merasa terlindungi, ia justru merasa terintimidasi. Rasa takut itu semakin membara, melingkupi Ratih seperti kabut tebal yang mencekik."Ini hanya halusinasi," gumamnya pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Ia memejamkan mata, berharap suara-suara itu akan lenyap begitu saja.Namun, rasa takut itu tetap membekas, bahkan saat Ratih akhirnya berhasil terlelap.Dalam tidur itu, Ratih merasa tubuhnya kaku, seperti tertahan oleh sesuatu. Di antara gelap yang samar, dia melihat seorang yang menyerupai Bagas mendekat. Wajah itu begitu familier, tapi tatapan matanya penuh nafsu dan dominasi,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

32. Dilema Bagas

"Se—semalam, Mas Bagas nyentuh aku?" Ratih bertanya, matanya menatap Bagas dengan cemas, langsung menyinggung keresahan yang membekas di hatinya.Bagas melotot, tampak ragu untuk menjawab. Seperti ada yang terpendam dalam dirinya yang tak ingin ia ungkapkan. "I—iya... ada apa? Nggak boleh?" jawabnya terbata, mencoba mengalihkan perhatian.Ratih menggelengkan kepala, suaranya bergetar. "Bukan begitu! Aku cuma ingin memastikan, Mas!" Dia menatap suaminya, seolah mencari penjelasan, mencari jawaban dari semua kebingungannya. "Barusan—!"Namun, belum sempat Ratih melanjutkan perkataannya, Bagas dengan cepat memotongnya. "Udah ah! Aku mau ke ladang! Kamu nanti nyusul!" ucapnya dengan nada tegas, seakan menghindari pembicaraan lebih lanjut. Tanpa menunggu jawaban, Bagas buru-buru beranjak menuju kamar untuk mengganti pakaian.Ratih hanya bisa terdiam, merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Sementara itu, Bagas yang sedang mengganti pakaian tampak gelisah, seolah ingin melarikan dir
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

33. Belatung di Hasil Panen

"Maaf, Mas," ucap Ratih pelan, nyaris tak terdengar.Bagas menghela napas panjang, menahan kekesalannya. "Udah, tolong bantu aku hitung hasil panen," pintanya, mencoba mengalihkan perhatian mereka.Namun, sebelum mereka sempat melangkah, suara gemuruh mesin mobil memecah keheningan.Brmm... hsshhh!Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di tepi perkebunan. Pintu terbuka, dan seorang pria berjas rapi keluar, diikuti oleh seorang supir dan seorang pesuruh yang membawa beberapa karung besar."Turunkan semuanya!" perintah pria itu dengan nada tegas."Letakkan di mana, Pak?" tanya si supir sambil menunggu arahan.Sementara itu, Bagas dan Ratih saling bertukar pandang, kebingungan dengan kemunculan tamu tak diundang ini. Pria tersebut berjalan mendekati mereka dengan langkah mantap. Cara jalannya yang angkuh dan pandangan meremehkan membuat suasana semakin tegang."Kamu Bagas, kan?" tanyanya sambil melirik Bagas d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

34. Ruang Rahasia

Bagas tertegun. Suara itu menggelegar di dalam kepalanya, seperti gaung yang tak bisa diabaikan. 'Genderuwo itu lagi!' pikirnya."Habisi dia!"Kata-kata itu menusuk relung pikirannya, seakan menjadi perintah yang tidak bisa dilawab. Bagas merasakan pikirannya dikuasai oleh, Genderuwo. 'Ini penghinaan besar bagi aku!' batinnya mulai berubah. 'Aku nggak akan membiarkan siapapun menjatuhkanku. Aku mau dia mati!' Tatapan Bagas berubah dingin, penuh kebencian. Dalam benaknya, wajah pria kaya yang menghina dirinya muncul jelas, diiringj dengan tawa sinis. Kebencian itu menguasai hati Bagas dan merasuki jiwanya.Di tengah pikiran yang berkecamuk, tawa terdengar kembali. "Ha-ha-ha! Aku akan membantumu, Bagas!" Suara itu semakin kuat terdengar. Bagas merasakan tubuhnya mulai menggigil. Bukan karena takut, melainkan sensasi aneh yang menjalar dari ujung kepala hingga kakinya. Dadanya berdebar-debar."Mas, Bagas!" Pan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

35. Ritual Tanpa Bantuan

Bagas membuka pintu ruang kerjanya yang lebih mirip gudang kecil dengan rak kayu berisi benda-benda tua. Sebuah meja kayu besar berdiri di tengah ruangan, tertutup kain hitam yang menutupi sesuatu. Setelah memastikan pintu terkunci rapat, dia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya.“Sudah waktunya,” gumamnya pelan, matanya menatap meja itu tajam.Dia melangkah mendekat dan membuka kain hitam perlahan. Sebilah keris kuno berkilauan dalam cahaya remang, sementara di sebelahnya terdapat mangkuk tanah liat berisi dedaunan, akar, dan cairan hitam berbau menyengat.Bagas mengangkat keris itu dengan hati-hati, mengamatinya seolah benda itu menyimpan semua jawaban yang dia cari. “Kamu akan membantuku,” katanya lirih.Tiba-tiba, udara di ruangan itu berubah dingin. Bagas melantunkan doa dengan suara berat, kata-katanya terdengar aneh dan tidak seperti bahasa biasa.“Dia akan menghancurkan hidupku,” katanya dengan nada bergetar, membayangkan wajah laki-laki yang membawa karung padi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

36. Daging Mentah

“Aku udah bilang kan! Jangan sekali-kali masuk ke ruangan ini! Ratih, kamu ini harus aku kasih tahu pakai apa, sih?” Bagas membentak dengan suara tinggi, matanya penuh amarah. Ratih hanya menundukkan kepala, tak berani menatap suaminya yang seperti berubah menjadi orang lain. Namun, di dalam hati, bayangan sosok gelap dengan mata merah yang selalu muncul dalam mimpinya kembali menghantui. Sosok itu persis seperti yang dilihatnya dalam amarah Bagas saat ini. “Udah! Aku mau keluar. Nggak nafsu makan! Lebih baik aku beli kopi di warung depan,” kata Bagas dingin sambil melangkah keluar, menutup pintu ruangannya rapat dan menguncinya dengan keras. Ratih terdiam, hatinya penuh pertanyaan dan ketakutan. Dia melangkah perlahan ke meja makan, duduk di hadapan hidangan daging setengah matang yang seharusnya menjadi kesukaan Bagas. Namun, kali ini, ada sesuatu yang aneh. Matanya terpaku pada daging itu. Cairan merah seg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

37. Pemainan Maut

Bagas menahan napas, mengenali suara itu. Dalam hatinya, dia tahu persis siapa yang hadir, Genderuwo. Bagas mulai berbisik di batin dan kepalanya. 'Kamu sudah janji. Mana hasilnya? Kenapa kamu kembali tanpa melaksanakan tugasmu?'Bagas mengepalkan tangan, matanya menyipit menahan amarah. Tapi, Genderuwo Muali menjawab, 'Aku udah lenyapkan dia! Beri aku imbalan untuk itu! Aku mau malam ini seperti biasa!" Ratih memeluk lututnya, ketakutan dengan suasana mencekam yang tiba-tiba menyelimuti rumah.Bagas berusaha menenangkan situasi. Dia mengangkat Ratih dengan lembut. "Istirahatlah, Tih! tenangkan pikiranmu. Aku akan memeriksa lampu di depan. Aku juga akan memastikan semuanya baik-baik saja," katanya dengan suara rendah, meskipun ada rasa kerisauan. Tak beberapa lama Bagas datang dengan sedikit perbedaan. Di gelapnya kamar, dia mendatangi Ratih yang ketakutan di atas ranjang. "Mas Bagas!" Panggil Ratih yang sudah melihat bayangan suaminy
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

38. Lari atau Mati

Angin malam berhembus dingin, menusuk tulang, menggoyangkan daun-daun pohon beringin tua yang menjulang tinggi di ladang belakang. Kegelapan menyelimuti area itu, menciptakan suasana mencekam. Bagas berdiri di bawah pohon beringin, rokok menyala di tangannya. Matanya menyapu sekeliling, penuh kewaspadaan."Feri, kamu yakin melihat sesuatu?" tanyanya dengan nada datar, namun sorot matanya tajam.Feri, pemuda desa yang terlihat gelisah, mengangguk cepat. "Saya yakin, Mas. Saya lihat bayangan besar di balik pohon itu. Ngeri sekali!" katanya sambil menunjuk ke arah gelap di bawah pohon.Bagas mengernyitkan dahi. "Jangan-jangan kamu cuma kecapekan, Feri. Ladang ini sudah lama nggak saya rawat, karena banyak yang mengira saya pelaku dari korban yang sebelumnya. Apa mungkin cuma imajinasimu?" Namun, firasat buruk mulai merayap di pikirannya. Kenapa Feri tahu tentang mayat ini? Dan apa tujuannya datang ke sini malam-malam begini?"Mas, saya ngga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

39. Tanda Tak Berjejak

Pagi itu, suara ketukan keras di pintu rumah membangunkan Ratih dari tidurnya.Duk! Duk! Duk!"Mas, ada yang gedor rumah kita!" seru Ratih, menoleh ke arah Bagas yang masih terlelap.Bagas bergumam malas sambil menarik selimut menutupi kepalanya. "Ah, siapa sih? Masih pagi banget. Aku masih ngantuk," keluhnya.Ratih mendesah panjang. "Ya udah, biar aku aja yang buka," katanya sambil turun dari ranjang.Ratih berjalan menuju pintu, membuka kunci dengan pelan. Ketika pintu terbuka, terlihat seorang lelaki tua berbadan kurus, dengan janggut putih dan mata yang tampak lelah."Selamat pagi, Pak. Ada apa ya?" tanya Ratih sopan, mencoba menahan rasa penasaran."Lagi tidur, ya? Mana Bagas? Saya perlu bicara dengannya," ujar lelaki itu dengan suara berat."Masih tidur, Pak. Apa ada keperluan mendesak?" jawab Ratih sambil mempersilakan lelaki itu masuk dan duduk di ruang tamu.Setelah lelaki tua itu duduk, ia men
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

40. Masa Lalu

Dulu, hidup Bagas jauh dari kata makmur. Dia hanya seorang buruh tani kecil yang mengais rezeki dengan susah payah. Hutang menumpuk seperti batu besar yang menghimpit dadanya."Bagas, ini udah jatuh tempo! Cepet bayar, atau rumahmu aku sita!" Suara keras Juragan Suwandi rentenir desa, menggema di benaknya. Bagas tak bisa melupakan wajah sinis lelaki itu saat berdiri di depan rumahnya, mengancam sambil menunjuk-nunjuk dengan telunjuknya yang kotor.Saat itu, Ratih, istrinya, hanya bisa duduk di sudut kamar, wajahnya pucat karena sakit. Demam tinggi membuat tubuhnya menggigil hebat, tapi mereka bahkan tak mampu membeli obat, apalagi membawa Ratih ke dokter."Aku nggak kuat, Mas...," lirih Ratih dengan suara lemah, menggenggam tangan Bagas yang kasar dan gemetar. "Kalau aku mati, jaga diri baik-baik, ya...""Jangan ngomong gitu, Tih!" Bagas memeluk istrinya erat, mencoba menahan air mata. "Aku bakal cari uang! Aku nggak akan biarin kamu sakit!"
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status