All Chapters of Ditolak Keluarga Polisi, Dinikahi Putra Gubernur: Chapter 31 - Chapter 40

68 Chapters

Celine 21.a

Hari semakin gelap. Sinar mentari yang tenggelam seakan membawa cahaya hidup Celine dan adiknya menjadi kelam.Rumah Bi Rina hanya memiliki dua kamar. Di hunian yang tak luas itu anggota keluarganya ada lima orang. Ditambah Celine, Chacha, dan Dani. Jadi delapan orang. Sempit dan pengap.Satu kamar diisi oleh Rina dan anak-anak perempuannya. Satu kamar lagi diisi oleh Celine dan adiknya. Sementara para lelaki tidur di tengah rumah.Celine membuka Al-Quran. Mengaji. Mengurai rindu pada dia yang baru saja pergi. Juga menghalau sunyi sepi yang menakutkan malam ini. Celine merasa bahwa dia sedang berada si titik ternadir hidupnya. Ibarat mendaki, kakinya sudah tidak bisa melangkah sama sekali.Bersama lantunan ayat-ayat, Celine menenangkan hati. Entah ke mana takdir akan membawanya setelah hari ini.Semalaman adik kakak itu tidak tertidur. Tidak nyamannya menginap di tempat orang lain dan duka yang baru mereka terima membuat terjaga semalaman. Chacha m
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Celine 21.b

“Aduh, Celine. Asal kamu gak ngurusin bapak kamu yang gak tahu diri itu kamu pasti bisa hidup enak dengan jadi penyanyi kok. Rumah pasti keganti. Atau kamu mau kayak aku. Jadi wanita simpanan. Tinggal diam di rumah, uang datang sendiri. Punya rumah, punya mobil. Hidup enak. Ya, manggung mah buat pencitraan aja biar gak diomongin tetangga.”“Aku juga gak bisa seperti itu.”“Ya terserah kamu kalau gitu. Aku Cuma ngasih saran aja. Dari pada sekarang numpang di rumah bibi kamu. Aku bisa kasih kamu kenalan. Dijamin kamu pasti dikasih rumah bagus hari ini juga.”Edelweis di puncak Ciremai. Celine mengingat itu. Meski yang dibilang Lusi terdengar menyelesaikan masalah, tapi itu tidak mencerminkan Edelweis sama sekali. Edelweis itu hanya tinggal di ketinggian. Edelweis itu kokoh meski ditimpa dingin, Edelweis itu kuat walaupun tanpa air, dan Edelweis tak mudah terjamah.“Makasih, tapi aku gak mau.”“Ter
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Celine 22.a

Seorang wanita paruh baya membuka pintu. Wanita itu terlihat lebih muda dari usianya. Kulit bersih dengan bulu mata lentik. Memakai kerudung pendek.Bu Kades terpana begitu melihat Celine berdiri di depan rumahnya."Celine? Ngapain kamu ke sini?"Celine menatap Bu Kades dengan segenap amarah. Ada bara di kedua netra gadis itu. Bu Kades jadi segan melihatnya."Pak, Bapak! Lihat ada siapa?""Siapa?""Sini cepat!" Bu Kades memanggil suaminya.Pak Kades turut menghampiri. Berdiri di pintu untuk melihat siapa yang bertamu. Pria yang sudah siap berangkat ke kantor desa itu cukup kaget dengan keberadaan Celine. Kenapa gadis itu berani datang ke sini? Apa ada hubungan dengan kematian ibunya?"Ada apa kamu ke sini?!" Pak Kades bertanya garang. Membentak."Saya ingin mengatakan selamat. Kalian sudah menang." Celine tidak berkedip menatap mata Pak Kades. Tidak ada segan, takut, apalagi rasa hormat. Dua iris bulat itu memandang deng
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Celine 22.b

Celine berangkat ke terminal. Di sana dia menaiki sebuah bus tujuan Bandung. Kendaraan itu melaju pukul delapan pagi. Meninggalkan kecamatan Cijati.Sebenarnya Celine tidak perlu merantau. Dengan tetap menjadi biduan panggung saja dia tentu bisa menghidupi diri sendiri dan adiknya. Namun, ada bara dalam dada yang membuat mimpinya jadi melesat tinggi sekali.Gadis itu memandang kaca jendela. Pohon-pohon pinggir jalan muncul dan berlalu dengan cepat. Di kejauhan Ciremai menjulang tinggi.Ditemani latar kaca jendela yang semakin jauh meninggalkan Majalengka, Celine menyusun rencana. Ada beberapa hal terlintas di benaknya. Celine akan meniti itu setelah jiwa dan raganya benar-benar sembuh. Celine akan serius mendaki puncak-puncak kehidupan. Agar tidak ada orang yang merendahkannya lagi. Namun, untuk saat ini. Celine akan beristirahat sejenak. Mengatur napas dan memperkuat kakinya untuk kembali berdiri.Celine turun di pusat kota Bandung. Mencari kontrakan yan
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Celine 23.a

Dari Bandung Celine akan memulai rencananya. Dia memang sudah dikenal di Majalengka. Tapi kariernya tidak lekas naik. Panggilan manggung sebagian besar berada di daerah yang dekat dengan Cijati. Paling sesekali manggung ke kabupaten tetangga.Video yang viral juga tidak begitu mendobrak popularitas. Sampai diundang ke acara TV misalnya. Pencapaian hidup Celine ya begitu-begitu saja.Gadis berkaus putih polos itu mengawali hari dengan membeli kompor portabel, dan sebuah wajan. Kemudian beli beras, sayur, dan telur.Di pagi itu, untuk pertama kalinya. Isi piring Celine hanya merupakan kudapan yang sama sekali tidak menggugah selera.Sedikit nasi putih. Ditemani telur rebus dan sayuran yang hanya direbus juga. Celine teringat kata Pak Yash. ‘Seorang penyanyi itu untuk menjaga suaranya saja ada yang tidak makan gorengan bertahun-tahun.’ Kemarin, begitu sulit menahan diri dari makanan-makanan lezat. Sekarang, ternyata lebih sulit menerima hinaan orang lain.Mulai hari ini Celine mendedikas
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Celine 23.b

Hari ke empat belas, Celine melamar di salah satu tempat wisata. Sebuah taman bunga yang ada di daerah Lembang. “Taman Bunga Panca Warna” begitu namanya. Di tempat itu terdapat kafe; situ yang dilengkapi dengan mainan bebek-bebekan; juga sebuah panggung hiburan yang kadang dipergunakan untuk karaokean para pengunjung.“Di sini tidak ada lowongan untuk penyanyi. Kalau tukang bersih-bersih ada,” kata petugas di sana.Celine menimbang. Uangnya sudah menipis. Sementara empat puluh hari Tini tinggal beberapa minggu lagi.“Boleh deh, Pak. Apa saja lah.”“Kamu, mau?”“Mau, Pak.”“Ya sudah, saya laporkan pada atasan kalau kamu mau. Sekarang kamu sudah bisa bekerja.”“Hari ini langsung, Pak?” Celine memastikan.“Kalau kamu tidak mau hari ini, pulang saja. Tidak perlu kerja. Kerja kok menye menye.”“Siap, Pak. Saya siap langsung kerja.”“Asep, sini ajarkan anak baru!” Pria berseragam formal itu memanggil karyawan lain. Namanya Asep, pria berseragam yang membawa sapu dan pengki.“Oke, Pak ... Ha
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Celine 24.a

Empat puluh hari Tini, Celine hanya mengaji di dalam rumah. Mengirim doa dengan memperbanyak dzikir. Setiap kali ayat-ayat Tuhan keluar dari bibirnya, penyesalan demi penyesalan terlintas dalam benak.Kenapa dulu Celine harus puas dengan pencapaian yang tak seberapa. Padahal jika dia lebih serius menggeluti bidang yang dikuasai sepertinya Celine bisa menjadi penyanyi yang lebih terkenal. Andai Celine punya omset sendiri. Tak akan sengsara walau rumahnya dijual Dani.Pada ingatan yang lain, Celine menyesali kenapa sedikit sekali waktu yang dihabiskan dengan Tini. Bisa dihitung jari berapa kali mereka pernah berlibur bersama. Celine lebih sering jalan-jalan sama teman-teman dari pada bersama Tini. Kalau sedang tidak ada jadwal manggung dan kuliah pun yang lebih banyak menyita waktunya adalah ponsel. Game, medsos, dan lainnya. Bukannya bantu masak. Ngobrol sama orang tua.“Mah, Celine kangen ....” Kedua matanya membayang.Ini rindu paling menyaki
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Celine 24.b

“Saya maunya sekarang, Bang. Saya tidak punya banyak waktu, please.”Jendela mobil terbuka. “Sok sibuk sekali anak ini. Pergi sana. Jangan menghalangi! Saya mau keluar!”“Tidak, Bang. Please beri saya kesempatan.” Celine malah pindah ke depan. Menghadang.Juno menepuk jidat. “Banyak sekali orang ngotot jaman sekarang. Minggir! Atau mau saya tabrak!”“Tabrak saja, Bang.” Celine pantang menyerah.Beberapa bulan lagi ajang pencarian bakat itu dimulai. Celine tidak mau ketinggalan. Dulu Celine pernah mengikuti ajang itu tapi tidak lolos. Sekarang, sebelum ajang itu dimulai. Celine akan mempersiapkan diri. Biar nanti saat ada kesempatan, Celine sudah memiliki kesiapan.Juno menghela napas. Mengerling sinis. “Sini kamu!” katanya kemudian.Celine semringah. Dia cepat ke samping pintu. “Iya, Bang.”“Coba bernyanyi kalau kamu memang penyan
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Celine 25.a

Hari pertama les vokal jatuh pada malam minggu. Celine tiba di Sekolah Vokal Juno Harmoni di jam yang dijanjikan—pukul delapan malam. Pengajarnya Bang Juno sendiri.“Saya ingin tahu seperti apa karakter suaramu,” kata pria yang duduk di belakang alat musik itu. Di ruang les ini mereka hanya berdua.“Apa genre lagu yang paling kamu kuasai?”“Apa ya, selama ini aku sih dangdut, Bang. Tapi nyinden juga bisa. Pop, oke. Jazz ... masih lah. Kalau rock, enggak.”“Kita coba dari lagu dangdut dulu.”“Pecah seribu, ya, Bang.” Celine meminta lagu dangdut yang dipopulerkan oleh Elvy Sukaesih.“Boleh.”Juno mulai mengiri musik dan Celine pun bernyanyi. Menunjukkan kemampuannya.Di bait kedua, Jono menghentikan musik. “Kamu terlalu banyak cengkok di tempat yang kurang tepat. Sekarang coba nada setinggi apa yang bisa kamu raih.”Celine langsung ke reff.“Duhai angin katakan lah melati menanti.”“Taikan lagi.”
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Celine 25.b

“Kalau Dion nyariin gak?”“Nyari juga. Tapi diusir sama Mamang. Kasihan A Dion teh. Sampai nangis-nangis minta maaf, katanya pengen ketemu Teteh.”Celine termenung. Iya dia tahu bagaimana cintanya Dion. Mungkin sampai hari ini masih sama. Celine pun begitu beberapa bulan lalu. Tapi semesta tidak pernah merestui mereka bersama.“Itu kapan Dion nyarinya?”“Belum lama sih. Pas mau 40 hari Mamah.”Ah, dasar polisi gadungan. Kenapa butuh waktu selama itu untuk sadar bahwa Celine sudah tidak tinggal di sana. Memang jangankan untuk tahu bagaimana kabar Celine saat ini. Menyatukan antara ibu dan wanita pilihannya saja tidak bisa.“Tahu dari mana dia kita pindah. Apa Pak Kades?”“Gak mungkin kalau Pak Kades mah. Tapi mungkin karena D’star ada manggung di Cijati terus tetehnya gak ada. Bisa jadi juga dapat kabar dari Teh Lusi.”Ha? Terus selama itu dia
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status