“Kalau Dion nyariin gak?”
“Nyari juga. Tapi diusir sama Mamang. Kasihan A Dion teh. Sampai nangis-nangis minta maaf, katanya pengen ketemu Teteh.”
Celine termenung. Iya dia tahu bagaimana cintanya Dion. Mungkin sampai hari ini masih sama. Celine pun begitu beberapa bulan lalu. Tapi semesta tidak pernah merestui mereka bersama.
“Itu kapan Dion nyarinya?”
“Belum lama sih. Pas mau 40 hari Mamah.”
Ah, dasar polisi gadungan. Kenapa butuh waktu selama itu untuk sadar bahwa Celine sudah tidak tinggal di sana. Memang jangankan untuk tahu bagaimana kabar Celine saat ini. Menyatukan antara ibu dan wanita pilihannya saja tidak bisa.
“Tahu dari mana dia kita pindah. Apa Pak Kades?”
“Gak mungkin kalau Pak Kades mah. Tapi mungkin karena D’star ada manggung di Cijati terus tetehnya gak ada. Bisa jadi juga dapat kabar dari Teh Lusi.”
Ha? Terus selama itu dia
Itu hari pertama Celine tampil di tengah panggung berlantai keramik. Duduk di sebuah kursi tinggi. Memeluk gitar. Stand microphone berdiri di hadapannya.Teman-teman dari petugas kebersihan ikut menonton Celine. Gadis itu memang cantik. Memakai celana jeans dan kaus putih. Dia melepas seragam kebersihannya. Rambut panjang tergerai rapi. Cocok jadi selebriti.Celine mulai cek sound. Menyapa para pengunjung dan memperkenalkan diri.“Pertama-tama terima kasih Pak Waluyo telah mengizinkan saya mengisi panggung ini. Untuk teman-teman para karyawan mari kita semangat kerja. Untuk ibu yang baju merah. Sia Aa yang pake topi. Teteh yang lagi selfi. Dan semua para pengunjung yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Siapa yang mau karoke, hayuk mendekat ke sini. Kita happy-happy, nyanyi bareng.” Dengan gaya centilnya yang amat menawan Celine menarik perhatian semua orang.Para karyawan taman bunga tidak ada yang menyangka jika Celine bisa serelaks it
"Kalian tidak pernah on time. Selalu saja ada alasan. Macet lah, kecelakaan lah.""Tadi Pelita bener kecelakaan, Pak." Pelita adalah vokalis yang tidak bisa datang mengiringi acara lamaran tadi."Masalahnya kalian sering telat bukan kali ini saja.""Terus kontrak kita gimana, Pak?""Sampai bulan ini saja.""Yah." Reno jadi bengong."Kecuali jika Celine butuh kalian. Boleh saja."Setelah berakhir lagu ke dua. Waluyo, Reno dan kedua temannya menghampiri Celine. Mereka berkenalan. Waluyo menjelaskan siapa tiga pria yang bersamanya, kemudian bertanya "Gimana, Celine? Apa kamu butuh mereka. Jujur saya sering kecewa karena mereka tidak ontime."Celine bisa saja membawa adiknya atau musisi lain. Namun, Celine tidak enak pada team hiburan yang sudah ada sebelumnya. Jangan sampai karena Celine naik orang lain jadi terusir."Kalian bisa mengiringi musik dangdut?""Bisa, Teh. Genre apa pun bisa. Pop, rock, dangdut,
Setiap hari selasa, rabu, dan jumat adalah jadwal les vokal. Dari jam delapan sampai jam sepuluh malam. Sekolah Musik Juno Harmoni ternyata bukan hanya diisi Juno saja. Musisi lain yang tak kalah terkenal juga ikut menjadi gurunya. Selasa diisi Juno, rabu dan jumat musisi lain. Celine sangat merasa beruntung belajar di sana, ternyata pelatihnya gak kaleng-kaleng. Sebulan saja Celine sudah memiliki banyak peningkatan.“Makasih, ya, Mamih,” seru Celine pada pelatihnya hari ini. Dia mengambil tas bersiap untuk pulang.“Catat pesan Mami ya, Cel.”“Olahraga. Oke.”Pelatih Celine menyuruh dia untuk olahraga agar pernapasannya terjaga dan tubuhnya semakin prima.“Good.”Celine berpamitan. Lalu pergi meninggalkan tempat les. Seperti biasa. Dia akan menyusuri jalanan kota Bandung.Memang Celine memilih kosan di sana agar dekat dengan rumah les. Namun karena cari harga murah saja jadi tem
Lama kelamaan Yash jadi tertarik juga. Gadis itu cantik, imut, lucu, dia juga orang yang tangguh. Bukan tak mungkin Yash menautkan hati pada Celine. Toh usianya memang sudah layak menjalin rumah tangga.Ketika turun gunung. Yash paham sekali kalau Celine cemburu gara-gara melihat foto dalam dompet. Mau menjelaskan juga Yash sungkan karena mereka tidak memiliki hubungan.Yash berencana akan menjelaskan itu sambil mengajak Celine ke jenjang yang serius. Namun Yash ingin mematangkan perasaannya terlebih dahulu. Sayangnya Celine malah tidak terlihat lagi. Satu dua hari Yash masih berpikir kalau Celine kecapean. Atau mungkin ada jadwal manggung. Tetapi seminggu berlalu Celine tidak ngampus juga.Yash bertanya pada Fitri, sayangnya Fitri tidak tahu apa-apa. Yash mencurigai beberapa hal mungkin terjadi pada Celine. Bisa saja Celine tak ngampus karena kakinya keterusan sakit, atau Celine sedang patah hati. Yash jadi parno sendiri, takut gadis itu melakukan hal yang tida
Seminggu setelah pertemuan Yash dengan temannya dari kepolisian, Yash mendapat kabar."Pak Dosen sudah dapat kabar tentang gadis bernama Celine?" Intel itu malah bertanya bukan memberi tahu."Belum," jawab Yash. Mendengarkan suara yang keluar dari ponselnya baik-baik."Wah, masa? Pura-pura tidak tahu nih.""Tidak. Memang saya belum dapat kabar.""Oh Good. Serius tidak tahu?""Kamu menemukannya? Di mana?""Dunia memang kadang sebercanda ini. Di perusahaan ayahmu, Pak Dosen. Dia jadi karyawan beberapa hari yang lalu. Datanya sudah masuk."Yash mengernyit. "Perusahaan Pak Gubernur yang mana?""Taman bunga.""Panca Warna?""Yes."Yash mengusap wajah. Ternyata posisi dia dengan Celine dekat sekali."Oke thanks.""Siap!"'Panca' adalah nama yang disematkan oleh Pak Gubernur untuk menamai taman bunga itu. Nama yang sama dengan yang diberikan pada anaknya.Esoknya Yash datang ke t
"Dia teman lama." Yash kembali berujar. Lalu dia menjelaskan bagaimana sejarah foto itu sampai ada di dompetnya.“Saya menyimpan fotonya untuk mengingatkan bahwa seperti itu lah wanita. Tidak segan menyakiti diri sendiri saat sakit hati.”Celine mengangguk paham. Dia pun nyaris salah jalan.“Katanya bapak nyari aku ke rumah.”“Adikmu sudah bicara?”“Ya. Bapak bilang apa sama bapak aku. Kata Chacha bapak berubah jadi ngaji tiap hari di makan mamah.”Yash mengela napas dan membuangnya cukup keras sampai bisa di dengar Celine. Pria jangkung itu menatap pada lukisan besar di belakang Celine. Duduk bersilang kaki sambil menarik lutut dengan telapak tangan.“Saya menjelaskan pada bapakmu seperti apa sistem judol. Sistem itu setingan. Dan tidak ada yang diseting untuk menang. Ada yang menang sampai seratus juta, tapi dia kehilangan tiga ratus juta. Kemenangan itu hanya pancingan yang dita
Malam itu langit Bandung sangat indah. Lebih menawan dari malam-malam sebelumnya. Celine berbaring di atas kasur tipis dengan senyuman. Matanya sulit terlelap. Pandangannya terus diisi oleh wajah menawan pria bertopi hitam.Di dua bulan ke belakang rasanya tak pernah ada senyuman. Baru hari ini dia kembali mendapatkan bahwa dadanya kian berbunga. Celine tidak menyangka bahwa Tuhan akan menggantikan sosok Dion dengan Pak Yash.Senyum itu terbawa sampai esok harinya. Celine mengawali pagi lebih bersemangat. Berangkat bekerja dengan rona ceria.“Eh, kalian udah dapat kabar belum? Si Pelit di tangkap polisi,” kata Reno saat mereka sedang bersiap.Soni, Celine, dan Darta mengernyit heran. “Kok, bisa?” pekik Soni.“Aku juga kurang tahu deh. Lihat postingan saudaranya.”“Terjerat kasus apa sih?”“Eh, eh bentar. Ada telpon.” Reno menggeser layar dan mendekatkan ponsel pada telinga. D
[Celine kamu di mana?][Aa nyari kamu ke mana-mana.][Please bales Aa.]Mayoritas pesan dari Dion berisi seperti itu. Yang membuat Celine penasaran bagaimana sikap Dion setelah tahu mertuanya melakukan hal yang sangat jahat pada Celine. Adakah satu sikap yang berani Dion ambil, atau tidak sama sekali?“Kangen?” tanya Yash karena Celine masih asyik membaca whatsappnya.“Udah milik orang lain, untuk apa dikangenin.”“Begitu, pintar.”Sebal sekali Celine pada Yash. Giliran sama dengan maunya saja baru Celine dibilang pintar.“Kok bisa hape ini sama Bapak. Bapak ketemuan sama Lusi?”“Dia mengangkat telepon saya dan mau jual setelah tahu saya akan mengembalikan pada kamu.”“Jadi Bapak ketemuan?”“Memangnya tangan saya bisa gerak sendiri?”“Tuh kan. Bapak ketemuan sama Lusi.” Celine melempar pandangan dengan sin
Seiring dengan menyelesaikan kontrak yang sudah terlanjut ditanda tangan, Celine membangun rumah sebagaimana yang dijanjikan. Gubuk yang catnya mengelupas itu berubah jadi istana. Hunian paling mewah di desa Jatitilu.Tiga bulan setelah lamaran itu, Celine dan Yash melangkah ke jenjang pernikahan. Foto-foto prewedding mereka dibagikan di laman medsos. Mengisi akun-akun gosip. Tag line yang menjadi trending adalah ‘gadis yang dulu ditolak keluarga polisi kini dinikahi keluarga gubernur.’Lingkup penggemar kontes dangdut biasanya ada di orang itu-itu saja. Tidak menjangkau masyarakat seluruh lapisan. Namun, ketika tag line itu naik. Semua pemberitaan di layar kaca dan seluruh media sosial adalah Celine. Perjalanan hidupnya mulai diulik. Maka pernikahan itu membuat Celine lebih terkenal lagi.Hari pernikahan tiba. Dilakukan dengan mengikuti adat sunda yang hikmat. Siraman, seserahan, lalu akad yang dilaksanakan di masjid agung Bandung. Semua proses itu
Di bawah langit Bandung, cincin cantik itu masuk ke jari manis Celine. Membuat hati menjadi kembang kempis. Setelah tersemat, Yash kembali berdiri. Menatap Celine dengan kelegaan.Kalimat Yash tadi cukup membuat Celine mengerti untuk tidak memandang Yash dari latar belakang keluarganya. Yash dengan pilihan hidupnya terlihat amat keren di mata Celine.“Memangnya Bapak yakin kalau orang tua bapak bisa menerima aku?”“Kamu tidak dengar apa yang mereka katakan tadi? Sebenarnya, selain butuh istri, saya juga butuh guru vokal untuk Ibu karena suaranya yang...” Yash meringis. “Fals di semua bagian.”Celine tersenyum menunjukkan gigi-giginya. “Terus yang minta ketemuan di Belle Vue siapa?”“Ada yang ngajak ketemuan di sana?” Pria itu berekspresi seakan tak mengerti.“Bapak ternyata nyebelin.”Yash tersenyum kecil. Lalu menggenggam tangan Celine. Menuntun gadis itu ke tempat lain.“Katanya gak bisa romantis. Ini bisa.”“Iya. Hasi
“Huh, cape sekali.” Celine duduk di samping Yash. Mengatur napas.Yash membuka mata. Memperbaiki duduknya. Kaget mendapati gadis yang dia inginkan sudah ada di sebelahnya.“Kenapa mendadak ngajak ketemuan, Pak? Kenapa bilang tidak akan ketemu lagi?”Yash tersenyum bahagia sekaligus bangga. Rasanya ingin memeluk dan menciumi gadisnya. Di kening, di hidung, di bibir, dan di semua tempat. Sayangnya belum halal. Jadi hanya bisa menatap Celine dengan haru. Yash pikir Celine wanita yang bisa dibeli oleh uang dan jabatan, nyatanya bukan. Gadis jelita itu lebih memilih menghampiri dia yang seorang dosen dari pada anak gubernur.“Kenapa kamu mau ke sini?”“Dih. Kan bapak yang ngajak. Pake ngancem tidak akan ketemu lagi.” Celine lirik kana-kiri. Beberapa orang di sana sedang mengamati wajahnya. Sepertinya mulai menyadari kalau dia adalah artis KD.“Bapak... di sini banyak orang.” Gadis itu merengek. Takut dikerumuni masa atau direkam diam-diam, lalu d
“Yash... Yash... kemari!”Suara langkah kaki terdengar dari lorong. Lalu muncul lah pria berkaki jenjang. Memakai baju hitam-hitam. Rambut plontos. Mukanya garang.Celine pikir Pak Yashona Panca Sila yang dipanggil. Ternyata bukan.Buat apa cowok itu dipanggil? Aduh, jangan-jangan anak Pak Gubernur naksir. Terus mau dijodohkan. Jangan sampai!Selama pria itu mendekat, Celine bergumam terus dalam hati.Pria itu menghampiri Pak Gubernur. Lalu membisikan sesuatu.“His! Ada-ada saja anak itu.” Reaksi Pak Gubernur begitu menerima bisikkan.Pak Gubernur kembali melihat Celine. “Celine, putra saya menunggu kamu di Belle Vue.” Pria itu menyebutkan nama restoran mewah yang terletak di salah satu hotel bintang lima.“Untuk apa ya, Pak?”“Dia ingin berbicara secara private denganmu.”“Em... tapi...”Belum sempat Celine menyetujui, Pak Gub
Seperti rencana. Hari itu Celine manggung di kecamatan Cijati. Disaksikan ribuan warga. Lapangan dekat kantor kecamatan itu dipenuhi penonton. Maman, Lusi, Diana dan semua kru D’Star mengungkapkan kebanggaannya. Celine kembali mengambil motornya dari Lusi. Menambahkan uangnya sebagai ganti rugi. Lalu dia berikan motor itu pada anaknya Rina.“Aku salut sama kamu Celine. Kamu bisa lebih kaya dari sugar baby.” Lusi menutup pipi sendiri. Yang dimaksud sugar baby itu dirinya sendiri maksudnya.Di atas panggung itu, Celine dan Diana tertawa menyaksikan ekspresi Lusi.“Semua orang juga bisa. Tinggal seberapa niatnya saja.”Sorenya Celine bertolak ke Bandung untuk menghadiri undangan dari Pak Gubernur. Celine dan empat kontestan lain yang mewakili Jawa Barat diminta untuk mengisi konser di alun-alun kota.Waktu isya Celine dan Chacha sudah berada di hotel yang disediakan oleh Pak Gubernur. Mandi dan istirahat di sana. Kemudian
Celine yang sekarang bukan lagi ikan kecil di wadah yang kecil. Dia menjadi ikan besar di lautan. Masalah-masalah yang dulu terasa berat, kini ringan saja. Tak ayal serupa mendaki gunung. Mulanya kaki melangkah amat sulit. Namun setelah terbiasa, semua menjadi ringan.Perjuangan dua tahu ini membuat hatinya menjadi lapang. Mungkin sudah saatnya berbicara dengan orang tua sendiri. Bukankah hubungan yang paling utama harus diperbaiki itu dengan keluarga sendiri?Dani memasuki rumah dengan langkah tergesa. Dia celingukan. Pura-pura tidak tahu apa-apa. Terlalu sungkan menyapa dua anak gadisnya.“Ada apa?” tanyanya. Lantas duduk di karpet.Celine menatap ayahnya yang berjarak dua meter. “Hampir dua tahun aku pergi dari rumah ini. Apa Bapak tidak merindukanku?”Polos sekali yang dikatakan Celine. Layaknya seorang anak perempuan yang menginginkan dirindukan ayahnya. Dani tak menyangka kalimat itu yang keluar dari bibir Celine. Dia
“Syaratnya mudah bukan, Parman?” Pak Camat bertanya. “Kamu memang harus meminta maaf. Terus apa kamu menggunakan rumah Celine?”“Sampai saat ini kosong, Pak,” Kades Cirandu menjelaskan.“Nah, kamu juga tidak menggunakan bangunannya.”Pak kades tak berkutik. Lalu tanpa kuasa mendebat dia bilang, “Saya menyetujui syaratnya, Pak.”Celine tersenyum senang mendengarnya. Tak sia-sia perjuangan dua tahu ini. Dia kembali mendapati dirinya sebagai manusia. Manusia yang diperlakukan secara manusiawi.“Saya akan mengabari istri.” Pak Kades undur diri. Dia menjauh. Mendekatkan ponsel ke telinga. Memanggil istri dan anaknya.Sembari menunggu keluarga Pak Kades, Celine dan Pak Camat mengobrol santai. Menceritakan bagaimana perjuangan di KD.Jam sembilan malam, ketika Bu Kades dan anaknya tiba di kediaman Rina. Hari sudah sangat gelap. Sebagian besar perkampungan pun telah sepi.
“Catat sumpah saya. Saya akan kembali ke tempat ini dengan segenap martabat dan harga diri yang tidak bisa kalian injak lagi!”Begitu sumpah seorang gadis dengan penuh kemarahan sekitar dua tahun lalu. Dan sekarang sumpah itu benar terjadi. Celine duduk di kursi dengan anggun. Dikelilingi oleh para petinggi kecamatan. Penampilannya berkelas. Dia tersenyum menawan. Aura yang dia bawa membuat semua orang tak kuasa mengusiknya.Dia. Yang dulu terusir dan tercampakan. Kini bisa mengangkat dagu dengan bangga. Sementara orang yang menghinanya terus tertunduk tanpa kuasa mengangkat wajah.Hidup keluarga Pak Kades tak mulus setelah tayangan lima besar itu. Shifa dan Bu Kades semakin tidak berani ke luar rumah saking banyaknya suara sumbang warga. Dukungan untuk dua periode pun menipis tajam.Meski Celine tidak menjelaskan secara detail tujuan pertemuan ini, Pak Kades tentu sudah tahu ke mana arahnya. Apa lagi kalau bukan untuk membuktikan sum
Celine beserta keluarga Rina kembali ke Majalengka. Menggunakan mobil khusus dari Daffa TV yang akan meliputnya.Panggung besar sudah berdiri di lapangan GGM. Para penonton memenuhi lapangan. Jalanan macet di mana-mana. Dipenuhi kendaraan dan pedagang. Trotoar diisi pejalan kaki yang tidak sedikit juga.Lapangan GGM berada tepat di samping kampus Celine. Yash, Pak Bagus, dan beberapa dosen melihat keramaian penyambutan Celine dari gedung universitas. Para mahasiswa berkumpul di depan gerbang. Ada pula yang naik ke pagar demi melihat Celine melewati tempat itu.Fitri dan beberapa temannya ikut berdiri di depan kampus. Berjinjit demi melihat temannya yang mendadak pergi tanpa kabar itu.Mendekati kampus. Celine membuka atap mobil. Sontak itu membuat para pendukungnya teriak histeris. Pihak keamanan berjalan mengamankan laju mobil. Celine melambaikan tangan menyapa semua penggemarnya.“Hai...”“Terima kasih, ya, terima kasih.&