“Cel.”“Iya, Pak.”Tumben Pak Dosen agak slow. Pikir Celine mendengar suara dari seberang sana. Tidak kasar seperti biasanya.“Kamu bilang mau mendaki.”“Iya, Bapak. Gimana? Boleh?”“Memang kamu pernah mendaki?”“Enggak.”“Astaga!” Sepertinya di seberang sana Yash menepuk jidat.“Kamu kira mendaki gunung seperti jalan-jalan di mall.”“Memang kenapa? Bapak pikir fisikku lemah? Aku manggung dari pagi sampai malam, nyanyi, joget, berdiri loh, Pak.”“Beda, Celine. Sudah begini saja. Kamu latihan fisik. Berlari, olah raga. Saya tidak mau repot gendong anak orang.”“Segitunya, Bapak. Tapi oke deh, siap. Celine latihan dulu.”“Bagus begitu.”Pak Yash kemudian diam. Tapi tidak menutup telepon. Lengang. Celine menunggu saja.“Celine,” panggil Pak Yash setelah beberapa detik.“Bagaimana kuliah tambahan dari saya. Ada efeknya ke kehidupan kamu?”“Susah, Bapak.” Celine langsung mengeluh. Kemudian dia bercerita kalau apa yang dibilang Pak Yash tidak lah mudah.Saat Celine mencoba tampilan baru mi
Terakhir Diperbarui : 2024-12-08 Baca selengkapnya