Semua Bab Ditolak Keluarga Polisi, Dinikahi Putra Gubernur: Bab 11 - Bab 20

68 Bab

Celine 11.a

“Heh penyanyi dangdut mu ra han. Ngapain kamu datang ke sini?” Siti mencengkeram dan menarik tangan Celine untuk membawa gadis itu kembali ke luar gedung.Secepat kilat Yash menangkap tangan Siti. Menahan agar gerak wanita itu tidak melukai mahasiswanya.Di waktu yang bersamaan, Dion berlari."Maaf, Pak. Maaf." Dion menunduk berkali-kali. Lalu membisikan sesuatu pada Siti."Dia anak gubernur."Siti terbelalak. Mulutnya ternganga. Dia segera menutup dengan telapak. Napasnya nyaris berhenti. Anak gubernur? Kenapa dengan biduan mu ra han ini?"Saya datang membawa Celine. Ada masalah?""Bapak kenal Celine?" tanya Dion."Dia mahasiswa saya. Apa kedatangan saya di sini tidak diterima, Iptu Dion?""Siap, Pak. Mohon maaf ibu saya tidak tahu."Celine bingung. Dia melihat Pak Yash, Bu Siti, dan Dion secara bergantian. Kenapa mereka aneh?"Terima kasih sudah berkenan hadir, Pak. Silakan untuk meni
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

Celine 11.b

Siti diam saja. Menunduk."Kalau ibu memang lebih ridho A Dion nikah sama orang lain. Enggak apa-apa Ibu. Asal Ibu jangan benci sampai mendarah daging begitu sama Celine. Celine juga manusia, Ibu. Punya hati. Celine sadar Celine memang penghibur. Tapi apa harus Celine yang menjadi penghibur di hajatan kalian. Kan kita bisa hidup masing-masing. Enggak perlu saling mengusik."Celine mengusap air matanya. Diam. Dia sudah selesai dengan kalimatnya.Tidak ada suara dari Siti. Dia masih sibuk berperang dengan egonya. Mau bicara takut salah karena ada anaknya Pak Gubernur."Celine sedang berjuang demi keluarga. Dia wanita pejuang sejati. Dia abdi negara. Hanya saja bedanya: polisi digaji oleh negara, Celine tidak digaji negara. Bu Siti masih digaji oleh rakyat, malu kalau ibu menghina rakyat. Bu ... Tolong jangan merusak mental generasi muda seperti itu. Saya tahu sebelum menikah dengan almarhum ayahnya Dion ibu pun wanita biasa bukan?""I-iya, Pak. I-ibu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

Celine 12.a

"Kamu tahu ini apa?""Anak kecil juga tahu kalau itu uang, Bapak.""Bukan. Ini harga diri."Celine terdiam. Enggak paham. “Maksud, Bapak...?”"Apa itu artinya kalau kita tidak punya uang kita tidak akan dihargai orang lain?” Celine merenung. “Ya, memang betul. Kalau kita punya uang kita pasti dihargai kan?""Tidak! Bukan begitu, Celine."Rasanya baru kali ini Pak Yash menyebut namanya dengan benar."Kamu kerja mencari ini bukan?"Celine mengangguk polos.Yash mere-mas uang itu. "Apa kalau bentuknya seperti ini kamu masih mau?"Celine melihat lembaran merah kusut yang kini bulat seperti bola."Mau lah, Pak. Kan tetap uang.""Jika berdebu, kotor, apa kamu mau?""Mau Bapak. Kan masih uang.""Itu namanya harga diri, Celine. Uang ini seperti Kamu. Kamu punya nilai. Mau kamu dire-mas, diinjak, dihina. Kamu tetap punya nilai.""Tetapi yang ingin saya tanyakan ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

Celine 12.b

“Caranya gimana, Bapak? Apa bisa dijalani oleh penyanyi dangdut?”“Kamu lihat pakaian yang kamu gunakan! Kartini mengajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan yang bernilai.”Celine menunduk. Melihat diri sendiri dari atas sampai bawah.“Tuhan mengirimu ke dunia ini dengan rezeki yang tak ternilai. Rejeki akal misalnya. Kelola akalmu sebaik-baiknya. Bagaimana agar otak kita ini berisi ilmu-ilmu yang bermanfaat. Mata, hidung, mulut, dan seluruh pancaindra yang kita punya. Maksimalkan itu untuk mengambil semakin banyak pengetahuan.”Mata elang di balik kaca itu melirik Celine. Pandangan mereka bertemu di satu titik yang sama. Celine segera menundukkan pandangan. Segan. Dadanya jadi berdebar.“Sekarang saya tanya, kenapa kamu mengambil jurusan administrasi negara padahal kamu bekerja di bidang seni?”“Soalnya keluarganya Dion mau punya menantu abdi negara. Siapa tahu nanti aku bisa bekerja di pemerintahan.”“Ini yang saya bilang. Kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

Celine 13.a

Lancar perjalanan Celine dan Yash ke Cirebon. Gadis itu langsung mengatakan terima kasih dan berpesan agar dosennya hati-hati di jalan saat kembali pulang.“Saya akan tetap di sini.” Yash mengamati sekeliling.“Eh, jangan atuh, Bapak. Emang Bapak tidak punya urusan lain selain nungguin Celine. Aku lama, Bapak. Sampai sore.”“Saya sudah meminta izin membawamu pergi, masa saya tidak bertanggung jawab mengantarkanmu pulang.”Masa sih Pak Dosen perhatian sampai segitunya sama mahasiswa kalau bukan ada sesuatu. Sepertinya dia memang naksir sama Celine. Cuma gengsi aja. Pikir Celine sambil tersenyum.“Iya deh, Bapak.”Celine naik panggung. Disambut antusias oleh Maman. Artis kebanggaannya datang juga.“Neng Celine habis dari mana pakai kebaya, meni semakin bersinar?”“Kondangan, A Maman.”“Kondangan terus kapan atuh dikondangin?”“
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Celine 13.b

“Ngapain punya urusan sama dosen killer itu, Teh?” timpal Quin, teman satu angkatan.Celine tersenyum bangga. “Ada deh. Rahasia.” Ekspresinya seolah menyimpan rahasia negara.“Ada tuh, lagi panjat dinding di GGM (Gedung Gelanggang Generasi Muda).”“Serius?”“Iya.”“Anterin yuk, yuk, yuk.” Celine menarik tiga temannya untuk menemui Yash.Celine dan ketiga temannya keluar kampus. Langsung menuju GGM Talaga Manggung. Gedung itu punya banyak fasilitas olah raga termasuk panjat dinding.Dari kejauhan Celine bisa melihat bagaimana pria itu sedang berada di ketinggian. Gadis yang saat ini memakai tunik merah muda itu mempercepat langkah.Celine tiba di dekat panjat dinding saat Yash sudah menyentuh puncak. Menit kemudian Pak Yash turun. Menggantung di seutas tali yang perlahan mengantarkannya kembali menginjak bumi.Setelah di bawah beberapa pria mendekatin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Celine 14.a

Sudah lebih dari sebulan Shifa dan Dion menikah. Hubungan mereka tidak ada perubahan signifikan. Tetap dingin dan sepi.Mana ada pria yang tahan tidak menyentuh perempuan sementara setiap hari tinggal serumah dan sekamar. Ya, Dion dan Shifa telah melewati malam pengantin mereka.Sayangnya sikap Dion tetaplah begitu. Tidak bisa memandang Shifa dengan cinta. Apa lagi setelah resepsi di Sumedang beberapa hari lalu. Dion semakin pendiam dan sering marah-marah.Minta ini marah. Minta itu marah. Salah sedikit marah. Shifa tidak bisa meluapkan perasaannya yang mulai tertekan. Tidak berani juga mengakui jika dia sudah terlanjur salah melangkah. Wanita itu menyalahkan semua sikap buruk Dion adalah akibat Celine.Suara sumbang laporan warga hari ini membuat kepala Shifa semakin panas.“Pak Dion kemarin pacaran sama Celine di hajatannya Bu Odeh. Meni tidak tahu malu, ya, perempuan teh. Tahu udah jadi suami orang juga.”&ld
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Celine 14.b

“Tidak ada yang bisa dipenjara dalam kasus ini, Neng Shifa. Atau kalian mau di penjara berdua. Mangga* bapak bukakan selnya kalau kalian mau.”“Terima kasih. Mangga Neng Shifa saja sendiri.” Celine berdiri. “Udah beres kan? Aku permisi pulang. Assalamualaikum!” Celine segera meninggalkan polsek.Celine dan Chacha memutar motor. Kemudian menjauh dari kantor polisi.“Gelo ya, Teh. Anak Pak kades teh,” kata Chacha.“Gitu tah orang tidak punya attitude teh. Percuma punya pendidikan juga. Pendidikannya jadi nol!” Celine mengulang kata Pak Yash.Malam hari, ibu menghampiri Celine di kamar. Menyapa gadis yang sedang tengkurap sambil menulis di kasur itu.“Teh, udah atuh jangan cari masalah terus.”Celine tetap menulis. “Shifa yang mulai duluan, Mah. Celine gak tahu apa-apa.”“Jangan dilad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Celine 15.a

Setiap bulan Celine selalu mengantarkan Tini kontrol ke rumah sakit. Melakukan pengobatan jalan yang sudah dilakukan selama dua tahun ini. Celine tidak menggunakan motor takut ibunya tidak tahan pada terpaan angin. Celine sengaja sewa mobil dan sopirnya.Rumah sakit umum daerah Cideres menjadi tujuan. Celine melakukan pendaftaran. Sementara Tini menunggu. Satu jam berlalu. Giliran Bu Tini menjalani pemeriksaan.Celine membantu ibunya masuk ruang dokter. “Permisi, Dok.”“Hai, Celine. Bagaimana sekarang, Bu?” tanya dokter Agus. Sudah akrab sekali dokter Agus pada Tini dan Celine.“Sekarang pusing, Dokter. Lemes terus. Dada kadang terasa sakit.”“Tuh kan. Aku bilang apa? Mamah jangan banyak pikiran,” timpal Celine. Tini tidak pernah jujur tentang keluhannya pada Celine. Wanita paruh baya itu hanya jujur saat bertemu dokter.“Tuh kan. Kata Celine juga jangan banyak pikiran.” Dokter mengulang kalimat Celine sambil tersenyum. “Mari periksa dulu, Bu.”Celine membantu ibunya dengan sangat hat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Celine 15.b

“Cel.”“Iya, Pak.”Tumben Pak Dosen agak slow. Pikir Celine mendengar suara dari seberang sana. Tidak kasar seperti biasanya.“Kamu bilang mau mendaki.”“Iya, Bapak. Gimana? Boleh?”“Memang kamu pernah mendaki?”“Enggak.”“Astaga!” Sepertinya di seberang sana Yash menepuk jidat.“Kamu kira mendaki gunung seperti jalan-jalan di mall.”“Memang kenapa? Bapak pikir fisikku lemah? Aku manggung dari pagi sampai malam, nyanyi, joget, berdiri loh, Pak.”“Beda, Celine. Sudah begini saja. Kamu latihan fisik. Berlari, olah raga. Saya tidak mau repot gendong anak orang.”“Segitunya, Bapak. Tapi oke deh, siap. Celine latihan dulu.”“Bagus begitu.”Pak Yash kemudian diam. Tapi tidak menutup telepon. Lengang. Celine menunggu saja.“Celine,” panggil Pak Yash setelah beberapa detik.“Bagaimana kuliah tambahan dari saya. Ada efeknya ke kehidupan kamu?”“Susah, Bapak.” Celine langsung mengeluh. Kemudian dia bercerita kalau apa yang dibilang Pak Yash tidak lah mudah.Saat Celine mencoba tampilan baru mi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status