Semua Bab Ditolak Keluarga Polisi, Dinikahi Putra Gubernur: Bab 21 - Bab 30

68 Bab

Celine 16.a

Tini membuatkan bekal untuk Celine mendaki. Sekotak gepuk daging beserta nasi yang banyak. Wanita itu memasukkan kotak bekal ke dalam tas hingga aman.Tini kembali mengulang pesannya semalam. Harus lihat jalan yang diinjak. Jangan merasa paling bisa. Jangan takabur. Jangan bicara sembarangan. Kalau lelah istirahat jangan memaksakan diri. Wanita itu terus mengulang-ulang.“Iya, Mamih Sayang. Siap laksanakan.”Pagi itu, Celine meninggalkan Tini dengan pelukan hangat.Jam 7 pagi, Celine sudah berada di daerah Maja. Sebuah kecamatan yang berada di kaki gunung Ciremai. Suhunya dingin. Jalan menanjak ditambah tikungan tajam khas pegunungan. Di pinggir jalan raya itu banyak pedagang jagung bakar yang masih tutup di jam sepagi ini. Celine dan Yash ketemuan di salah satu warung. Rencananya, mereka akan naik melalui jalur Apuy.Pak Dosen memakai kaus hitam yang dilapisi jaket, celana cargo, dan sepatu boot. Motor trail yang dia bawa melengkapi penampilannya. Yash semakin terlihat muda. Usianya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Celine 16.b

“Bapak kok gak bilang kalau mau mendaki bareng yang lain?” Celine komplain.“Kamu tidak berpikir kita akan mendaki berdua kan?”Tanya yang dibalas tanya. Skakmat Celine dibuatnya. Gadis itu tidak berani bicara kembali. Sepertinya begitu menggelikan apa yang dia pikirkan kemarin.‘Oh, Tuhan. Otak ini sepertinya sudah bermasalah.’.Celine dan Yash tiba di pos registrasi. Menunggu enam pendaki lain yang tiba beberapa menit kemudian. Setelah semua lengkap, Yash menggiring mahasiswanya untuk tes kesehatan. Kemudian registrasi ulang dengan membayar sejumlah uang.Di pos registrasi itu memiliki banyak warung. Dilengkapi dengan fasilitas mushola dan kamar mandi. Enam orang pendaki beserta Yash dan Celine mematangkan diri di sana. Makan, buang air, dan sebagainya.Di sana Celine mengakrabkan diri dengan pendaki lain. Mereka ternyata mahasiswa di kampus yang sama namun berbeda jurusan.“Teh Celine belum pernah mendaki?” tanya wanita berkerudung itu. Badannya berisi. Gadis itu dipanggil Maya.“
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Celine 17.a

Mulanya Yash berdiri cukup jauh dari Celine. Cuek saja dengan berdiri melihat pemandangan dataran rendah sana yang sebenarnya tertutup dedaunan. Tampaknya dia memang tidak tertarik mendekati Celine.Kasihan juga enam pendaki itu melihat Celine sendiri. Lukman inisiatif mendekati. Menyerahkan sebungkus wafer ke hadapan Celine. “Ini, Teh.”Celine mendongak menatap pria yang berdiri di hadapannya. Dia nyaris menerima wafer itu sebelum tangan lain mendahuluinya.“Terima kasih.” Yash mengambil wafer itu dengan tak tahu diri namun tetap berlaga cool. Lantas duduk di dekat Celine.Lukman tersenyum melihat kegengsian dosennya. Pemuda kurus itu kembali pada perkumpulan teman-temannya.“Turun saja kalau kamu tidak kuat.” Yash memakan wafer.“Jangan remehkan aku, Bapak. Aku masih kuat.”“Bagus lah.” Yash memberikan sisa wafer yang sebenarnya hanya dimakan satu itu.“Masih jauh ya pak?”“Ini pos 2. Tempat camp kita
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Celine 17.b

“Lagi, Teh. Lagi ....”“Cape nyaho (cape tahu)!” Dengan sangat lucu Celine menyemprot Maya yang berjalan tepat di belakang. Maya dan lima pendaki lainnya pun tertawa.Tengah hari, mereka sampai di pos 3. Celine kebelet. Mencari kamar mandi. Jelas saja tak ada. Maya mengajarinya bersembunyi di semak-semak. Membasahi tisu dengan air untuk membasuh bagian yang kotor. Setelahnya tisu kotor itu harus dikemas. Dimasukkan pada kantung sampah untuk dibawa turun kembali.Menjejaki jengkal demi jengkal keindahan alam ciptaan Tuhan jangan lupakan pemiliknya. Di pos tiga Yash dan para muridnya mengambil wudhu dengan air kemasan yang diberi lubang kecil. Lalu shalat bergantian di bawah pohon.Setelahnya mereka tak membuang waktu. Kembali melanjutkan langkah menuju pos selanjutnya.Medan masih sama. Tanjakan yang tidak terlalu terjal. Kaki Celine mulai kebas dibawa berjam-jam melangkah."Ayo teh!" Maya menarik tangan Celine yang sulit melangkahka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Celine 18.a

Jam 03:00 WIB, Yash membangunkan Yadi dan pendaki lain. Termasuk Maya dan Celine. Sebelum menuju puncak, mereka sarapan dulu. Setelahnya baru mendaki kembali.Berbekalkan senter, para pendaki itu meniti setiap jengkal jalanan curam. Mulanya jalur yang dilewati berupa jalur terbuka dengan kemiringan yang amat vertikal. Kontur pijakan merupakan tahan berdebu yang ditaburi banyak bebatuan. Beberapa saat kemudian, kontur pijakan berubah secara perlahan. Tanah berdebu itu sepenuhnya ditutupi bebatuan. Semakin jalan ke atas, maka pijakannya semakin terjal dan curam.Setelah mendaki sekitar 30 menit. Yash dan para muridnya memutuskan istirahat sejenak. Mereka duduk di atas batu sambil melihat kabupaten Majalengka dari ketinggian. Di bawah sana lampu-lampu gemerlapan serupa bintang. Amat cantik dan menawan.Yash memberi aba-aba untuk kembali melanjutkan pendakian. Kontur pijakannya sudah pasti semakin tajam dan curam.“Hati-hati. Lihat pijakan!” Yash mengingatkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Celine 18.b

Celine menjauhi bibir kawah sambil bicara pelan. “Aku bisa dapetin cowok dari keluarga yang lebih baik dari pada kamu.” “Seperti siapa, Teh?” “Seperti ....” Dia melirik dosennya. Semakin to the poin saja memberi kode-kode.Yash membuang muka. Membetulkan posisi kaca matanya lalu menatap lautan awan.Tak perlu terburu-buru untuk turun. Ini momen langka seumur hidup. Jam enam, Celine dan Yash duduk di batu. Memandangi langit.“Bagaimana perasaanmu?” tanya pria yang duduk dengan lutut tertekuk itu.“Sangat senang, Pak. Ternyata sangat indah.”“Tak pernah kamu bayangkan, bukan?”“Hu’um. Aku pernah lihat di internet, Pak. Tapi enggak nyangka sebagus ini. Aku gak percaya bisa sampai di sini.”Yash tersenyum. “Ini yang saya bilang. Kamu tak akan bisa membayangkan sebagus apa puncak yang bisa kamu raih. Karena poinnya bukan hanya ada pada apa yang bisa kamu lihat di sini, tapi juga apa yang sudah kamu lalui.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Celine 19.a

Celine dan teman-teman berkemas. Membongkar tenda dan memasukkan benda itu kembali ke dalam ransel. Para pendaki membersihkan area camp yang digunakan semalam.Yudi menemukan sebuah dompet di tanah. Dia membukanya untuk mencari tahu siapa pemiliknya. Barang kali ada identitas diri.“Dompet siapa ini?” gumam pria yang mengenakan topi rimba itu.Celine mendengar suara Yudi karena posisi mereka cukup dekat. “Nemu dompet, Yud?” Dia ikut mengintip siapa pemiliknya.Di dalam dompet itu terlihat sebuah foto. Dua orang remaja usia belia. Memakai baju SMA. Laki-laki dan perempuan. Perempuannya tidak tahu siapa. Tapi yang laki-laki mereka cukup mengenali.“Pak, Yash?” Kata Celine dan Yudi bersamaan.Pemilik nama itu segera menengok. Dan secepat kilat merebut dompet di tangan Yudi.“Yud! Main buka-buka saja!”“Nyari KTP, Pak. BTW itu siapa, Pak? Cantik.”Yash mena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Celine 19.b

Celine mengernyit. Auranya Bi Itoh membawa kabar tak baik.“Kenapa, Bi?”Bi Itoh menghela napas. Menepuk dadanya. “Kamu ke mana saja atuh Celine. Dari tadi dicariin. Sekarang gini saja. Kamu langsung ke rumah bibimu yang di Cirandu sana.”“Loh? Kenapa?”“Cepat saja ke sana. Jangan banyak tanya. Kalian sudah diusir dari rumah ini.”“Apa? Kok bisa?” Celine mengernyit.“Bapakmu menjual rumah ini buat bayar hutang j u d i onlen. Bibi tidak bisa menceritakan semuanya. Udah beberapa orang yang bolak-balik ke sini cari kamu. Sekarang lebih baik kamu cepat pergi takut terlambat.”Terlambat untuk apa? Alis Celine nyaris bertautan. Gadis itu tidak mengerti apa yang terjadi tapi perasaannya tidak baik. Cara Bi Itoh menyampaikan membuat bulu-bulu di tangannya berdiri.Rumah dijual untuk bayar hutang judi? Mamah diusir? Lalu bagaimana kabar Mamah dan Chacha?Celi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Celine 20.a

Celine terpana. Tubuhnya tidak siap dengan semua ujian ini. Celine memaksakan diri membuka kain jarik. Melihat malaikatnya yang sudah tak bernyawa.Tini sudah bersih. Semua lubangnya tertutup kapas. Wajah yang paling Celine sayangi itu terbujur tak bernyawa. Tidak bisa lagi menjadi tempat bercerita. Tidak bisa lagi mendapat belaian kasih sayangnya. Lalu setelah ini mau bagaimana? Mau hidup dengan siapa?Tidak! Ini pasti mimpi. Mungkin Celine terlalu lelah sampai berhalusinasi. Mungkin saja akalnya bermasalah karena habis mendaki.Celine mencubit tangan sendiri dan rasanya memang sakit.“Mamah pergi pagi tadi, Teteh.” Chacha menjelaskan kalau ini memang bukan mimpi.“Enggak. Enggak mungkin, Cha.” Celine menggeleng. Terpana menatap ibunya. Air mata yang tadi berderai begitu mendapat kabar, kini hanya menggantung saja.Bukankah Tuhan tidak pernah memberikan ujian di luar batas kemampuan hambanya? Lantas ini apa? Ini diluar batas kemampuan Celin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Celine 20.b

Tanpa rumah. Tanpa ibu. Lengkap sudah penderitaan dua gadis itu. Mereka hanya memeluk satu sama lain untuk saling menguatkan.Menangis. Berhenti sebentar. Lalu menangis lagi. Begitu terus.Matahari beranjak ke barat. Para kerabat dan tetangga pulang. Tersisa lah keluarga pemilik rumah dan Celine yang menumpang.Rumah jadi sepi. Hanya obrolan ringan diselimuti duka yang terdengar di sana.“Tadi pagi datang orang suruhannya Pak Kades ke rumah.” Chacha bicara. Merasa harus menjelaskan semua pada kakaknya.Dani duduk agak jauh dari kedua anak perempuannya. Bersila sambil menunduk.Celine mengernyit. “Pak Kades? Kenapa Pak Kades?”“Katanya bapak pinjam uang buat bayar pinjol sama Pak Kades gara-gara kalah ju di online.” Chacha menjelaskan ditemani isak. Kembali menangis.“Pak Kades ambil rumahnya karena udah jatuh tempo.”“Astagfirullah.” Celine mengelus dada. Napasn
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status