All Chapters of Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali: Chapter 11 - Chapter 20

40 Chapters

Siluet

Saat matahari terbenam, angin mulai berdesir. Rambut hitam halus bersinar di bawah pembiasan yang hangat. Arkan menggiring langkah ke ujung lapangan. Meninggalkan Dean yang masih sibuk memainkan bola besar. "Kemana kamu akan pergi setelah ini?" Redo melemparkan sebotol minuman setelah melontarkan pertanyaan. Pelan-pelan Arkan meneguk air, jakunnya naik turun beberapa kali. "Kenapa kamu peduli?" ujarnya memutar penutup biru. "Benar-benar sial!" Sekali lagi Redo melemparkan botol minuman, kali ini tepat mengenai dada Arkan kencang. Dengan cepat ia menyingkir, menyusul Dean untuk kembali bermain. Satu tangan meraba tas, jemari lainnya datang untuk melambai. "Aku pergi dulu," pamitnya sembari menyusuri tepi lapangan. Arkan baru saja selesai bermain, dahinya penuh oleh keringat. Ia mengenakan kaus hitam dan celana pendek selutut. Kaki panj
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Perkara Meja

Selama beberapa hari, suasana hati Ayumi tidak terlalu tinggi. Terpaksa ia menyeret kedua kakinya pelan. Bibir tipis itu bertaut lucu, mata bersihnya turun cukup dalam.Tak ada lagi bunga yang bermekaran bulan ini, hanya ada setumpuk daun kering di bawah pohon tua.Sesuatu yang hangat tiba-tiba menusuk pipi, Ayumi menoleh cepat untuk menjumpai penyebabnya. "Hai," sapa Arkan tanpa melambaikan tangan. Pasalnya jemari telunjuk itu masih mendiami wajah Ayumi.Melihat secara horizontal atau pun vertikal, hasilnya tetap sama. Dia merasa bahwa Arkan terlihat semakin tampan dan semakin menarik. Apalagi saat pria itu menggodanya seperti ini. "Oh, hai!"Bola matanya berputar dengan sangat mulus. Ayumi tidak bisa menahan diri untuk tak menatapnya. Dia benar-benar terjebak dalam pesona Arkan sekarang.Gadis itu terus berjalan, mengambil langkah dua inci sekaligus. Sementara Arkan cukup melangkah pelan pun sudah bisa mengejarnya.
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Aku Bukan Pacarmu

Dalam kegelapan, kamu adalah semanggi berdaun empatku.____________________________________Dua baris pohon pucuk merah berjejer rapi. Batang-batang kokoh itu berpegangan sangat erat, menghiasi jalanan agar tampak ramai.Sinar mentari mencuat dari belakang, kali ini ia terbit dengan senang. Menerangi punggung lebar Arkan yang agak kurus, lengan halus itu menggantung diantara pundak.Ayumi terbiasa melihat pria itu dikelilingi oleh banyak orang. Beberapa dari mereka mengajukan pertanyaan atau bahkan mengajaknya bersenda gurau."Baru bertemu tapi sekarang gadis itu sudah masuk di grupmu, mencurigakan.""Woah, dua orang paling mempesona di kelas kita adalah murid grup seni!"Arkan tidak mengambil inisiatif untuk menjawab, ia hanya menggaruk alisnya canggung. Satu persatu dari mereka mulai bergabung dengan lautan siswa di depan.Sudah hampir seminggu sejak kelas kembali dimulai, wajah-wajah ceria itu mulai tampak terbebani. Berbagai ujian sudah siap mengambil antrean, menunggu untuk dise
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Suasana Bumi

Langit itu indah, dan aku bahagia bisa berada di bawahnya bersama orang yang kusuka.____________________________________Dedaunan hijau berhasil menutupi sebagian besar langit biru. Hembusan angin menyapa begitu Ayumi menutup kelopak mata. Arkan tersenyum dan ikut terduduk."Ada banyak orang yang ingin bermain denganmu, mengapa mengikutiku?"Terlepas dari hubungannya, kedekatan mereka selalu memiliki dua arti. Kadang seperti teman, kadang juga seperti kekasih."Mereka berisik, tidak sepertimu."Buru-buru Ayumi menegakkan punggung, ia melirik dengan cepat, "Apa itu pujian?"Arkan tak menjawab, kepalanya mengangguk dan menggeleng bergantian."Berhenti tertawa!" dengkus Ayumi kembali bersandar dan mendongakkan wajah.Arkan mengikuti apa yang Ayumi lakukan. Tangannya terangkat membuat bingkai. "Kenapa kamu suka menggambar?"Diam-diam Ayumi melirik, memastikan Arkan berada dalam penglihat
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Happy Ending

Daun trambesi yang berwarna hijau tua jatuh di luar jendela, dan burung-burung hitam terbang menjauh karenanya. Seekor kupu-kupu melayang dalam diam. Memasuki musim panas, kedua pipi Ayumi ikut tersipu tanpa malu.Arkan menunggu di pintu masuk. Ketika Ayumi tiba, ia sudah bersandar di kusen kayu. Berbicara dengan beberapa penghuni kelas yang baru saja melangkah masuk. Pria itu benar-benar bisa berbicara dengan siapa pun. Di tengah keramaian, sosoknya tak pernah luput dari perhatian. "Pagi," sapanya begitu Ayumi mengambil langkah lebih cepat.Seperti kucing yang penurut, Arkan mulai mengekor di belakang.Satu tas ransel terjun menimpa kursi dan Ayumi duduk dengan tenang. Sembari menelisik sekitar, pandangannya tertuju pada Arkan."Revisi terbaru."Pemuda itu mendekat, membawa secarik kertas yang sudah selesai ia gambar.Jika saja kebahagiaan bisa dilukiskan, mungkin ini adalah jawabannya. Di bawah langit senja
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Seperti Es Loli

Arkan dan Ayumi berjalan sangat dekat, bahkan lengan keduanya sampai bersentuhan. Mereka tampak seperti dua batang es loli yang tak bisa dipisahkan. Jiwa yang segar itu seolah meleleh di bawah sinar mentari. Di sepanjang jalan pandangan mereka penuh dengan aroma mengepul dari gerobak ayam bakar. Beberapa pelanggan mengantre untuk mendapatkan bagian.Tepat ketika asap itu menerpa wajah Ayumi, sesuatu berbunyi samar. Sontak sebuah tawa terdengar dalam pendengaran. "Lapar?" tanya Arkan tak mampu menyembunyikan senyuman.Ayumi menoleh, sebelah tangannya mengusap perut dengan malu."Ujian hari ini begitu melelahkan, aku kewalahan."Bibir tipisnya bergumam tak jelas, mencari-cari pembenaran untuk dirinya yang tengah terpojokkan. "Ingin makan apa?"Bola mata Arkan menyapu sekitar, menunjuk beberapa gerobak sembari menunggu persetujuan gadis di sebelahnya. "Siomay itu sepertinya enak," ucap Ayumi pada antre
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Dua Ibu Jari

Senja membentang dengan indah. Di dalam rumah yang hangat, sorot itu membias melalui jendela. "Bun!" Kepulan asap menggumpal, Arkan berteriak untuk menyadarkan Bunda Rea dari lamunannya. "Oh astaga!" Cepat-cepat ia membuka tutup panci, sebelah tangannya yang leluasa mengibas ke sana kemari. Dari sudut ruangan, Arkan menghampiri dengan resah. Akhir-akhir ini Bunda Rea menjadi lebih sering melupakan sesuatu. "Ini masih baik-baik saja, ayo makan." Sembari menyiapkan meja, lampu-lampu ruangan mulai dinyalakan. Empat kursi kayu yang melingkar hanya terisi setengahnya. Ini adalah tahun kedua Arkan kembali tinggal bersama ibunya, setelah sembilan tahun hidup terpisah. "Makan yang banyak," ucap Bunda Rea meletakkan sepotong daging. Di tempat yang berbeda Ayumi tengah memangku wajah. Mata bulatnya sibuk memerhatikan kegiatan Airil di hadapannya. "Coba hitung lagi." Di atas meja yang hanya setinggi lutut, kedua kakak beradik itu merajut masa depan. Tiga lembar kertas latiha
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Sepuluh Bolu Kukus

Sore ini kaki Ayumi mengayun sendirian, ia teringat untuk menjemput Airil dari taman dan bergegas pulang. Jalanan di sana masih sama, hanya suasananya saja yang berbeda. Tiga hari satu pohon mangga yang tumbuh rimbun dipotong dengan kejam. Ayumi tampak sedih melihat akar yang mencuat dari tanah. Sebenarnya ini bukan hal buruk juga, karena batang yang menjulang itu sudah terlalu tua dan membahayakan pengguna jalan. "Ai-" Belum selesai ia menyapa, amukan Airil di depan sana membekukan tatapannya. "Dasar anak nakal!" Seorang ibu paruh baya yang sejak tadi ada di sana mulai berkacak pinggang. Nada suaranya yang tinggi terdengar semakin menyeramkan. Buru-buru Ayumi berlari, meraih lengan Airil dan membawanya ke balik punggung. Anak laki-laki berumur 10 tahun menangis dengan kencang di depannya. Ayumi tidak tahu apa yang terjadi, namun ia percaya bahwa sang adik punya alasan untuk
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Desember yang Dingin

Rambut hitam beruban yang lagi-lagi Ayumi pikirkan membuat tangan kurusnya gemetar. Ini sudah minggu ketiga, bahkan ujian yang memusingkan tak menjadikannya lupa pada siluet menyeramkan itu."Ayo pergi ke puncak liburan nanti!"Suara-suara penuh antusias menyambar dari sana-sini. Bulan desember yang dingin datang dengan cepat. Ayumi memeluk diri dan terdiam.Pada semester 1 tidak diadakan kejuaraan. Hanya selembar evaluasi nilai yang dimana Arkan selalu menjadi peringkat pertama, disusul Ayumi kemudian Sava. Tak banyak orang yang tahu, ia mengulang satu tahun karena masalah kesehatan. Meski begitu, Sava tumbuh menjadi gadis yang menyenangkan sampai membuat siswi lain merutuk iri di belakang.Ayumi mengalihkan pandangan begitu ia sadar terlahir menumpahkan perhatian pada orang yang salah. Kembali ia melirik Arkan, pria itu terduduk sembari mengepalkan tangan. Matanya jatuh pada lembaran kertas dengan murung. Secara naluriah Ayumi paham ba
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Gejala Demam

Lagi-lagi hujan turun mengguyur, suara guntur terus saja terdengar. Kilatan di atas sana semakin menggila, merobek langit malam yang kian menggelap.Arkan menolehkan kepala ke samping. Tetesan air jatuh di balik kaca, menyamarkan cahaya terang dari lampu-lampu kota. Bait lagu yang dipadukan suara hujan memasuki telinganya dengan lembut.Belum lama kenyamanan itu melanda, pintu yang tertutup didorong perlahan.Sejak tadi ia sudah menjelaskan secara kasar, poin-poin apa yang ingin dirinya capai di masa depan. "Perhatikan posturmu!"Sekali lagi Arkan melirik ragu, sepasang mata menatapnya dengan tajam. Dalam pengawasan Ayah yang ketat, ia kembali menegakkan punggung. Posisinya benar-benar tampak sempurna, seperti boneka yang diikat pada sebatang kayu.Di belahan kota lain, Ayumi terbaring dengan lemah. Lipatan handuk kecil di dahinya tampak menyedihkan. Sejak semalam ia mengalami gejala demam.Seorang anak laki-laki mering
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status