All Chapters of Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali: Chapter 21 - Chapter 30

40 Chapters

Bawa Aku Pulang

Ayumi berdiri di bawah sinar mentari, pipinya sedikit merah dan tubuhnya menjadi lebih putih. Hidung kecil itu dipenuhi butiran keringat, dengan halus ia terengah-engah. "Kamu datang!"Setelah mengembara jauh, Arkan tampak lebih kurus. Matanya terguncang menatap Ayumi yang tersenyum lebar.Punggung gadis itu tampak ringan, seolah ribuan kebahagiaan menenggelamkan hatinya."Apa liburanmu menyenangkan?"Pada saat pertanyaan itu terlontar, gowesan pertama membuat keduanya meluncur di jalanan menurun. Sisa-sisa genangan air tadi malam masih membekas, sama halnya dengan ingatan Arkan. Ia menoleh dan bergumam, "Hm."Terlalu banyak pengendara di alun-alun, deretan pedagang kaki lima memenuhi trotoar. Ini adalah kali pertama Ayumi bepergian jauh. Ada sekitar tujuh kilometer jarak yang sudah mereka tempuh. "Ke mana kita akan pergi sekarang?"Ia turun dari sepeda dan melihat sekitar dengan bingung. Di depannya ada seseorang yang mengenakan kostum badut."Ar-"Suara Ayumi terdengar mencicit, d
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Lebih Buruk

Hari ini Ayumi terlihat sedikit lebih pendiam. Meta yang berada di luar kelas menatapnya tanpa sengaja. Sorot itu membawa suasana menyedihkan. Dari atas meja kosong, seekor laba-laba jenis punggung duri melompat ke lantai. Ia mengeluarkan benang-benang sutra dari tubuh bagian belakang, dalam sekejap makhluk itu menghilang dari penglihatan.Sekelompok siswa memasuki ruang kelas, diantaranya terdapat Arkan yang kini menghampiri tempat duduk Ayumi.Tidak ada yang tahu kapan daun menggantung itu akan jatuh. Tetapi Arkan yakin bahwasanya suasana hati Ayumi dalam proses kemerosotan. Ia melemparkan bola pada Dean kemudian meletakkan kedua tangannya di saku celana.Hari ini formulir pendidikan jenjang atas akan dibagikan. Pria itu sudah lebih dulu mendapatkannya dari Guru Liam. Ia membawa dua lembar sekaligus agar Ayumi bisa memikirkannya lebih serius. Gesekan pelan terjadi diantara mereka. Format besar pada kolom itu masih kosong, Ayumi menatap dengan bingung. "Apa ini?" tanyanya setelah
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Tetaplah Bersamaku

Sentuhan jari yang sedikit dingin membuat Arkan terpana. Setelah beberapa saat dia tersenyum tanpa daya. Bibirnya terbuka dan berucap, "Tetaplah bersamaku."Ayumi mengalihkan pandangan masih dengan elusan di ujung tangan. Pemuda itu sedikit tak paham dan bangkit untuk menyejajarkan posisi."Apa terjadi sesuatu?" tanyanya dengan suara rendah.Ujung mata Ayumi bergetar, buru-buru ia menarik tangan. "Mari kita hidup dengan baik."Mendengar apa yang gadis itu katakan, Arkan hanya bisa menaikkan sudut bibir. Ia tidak mengerti mengapa hubungan antara dua orang bisa mengalami lonjakan tinggi kemudian terjun dengan cepat. Alih-alih terbuka, Ayumi memilih untuk menyembunyikannya. Kelas dimulai ketika mereka belum menyelesaikan obrolan. Di depan buku yang terbuka Ayumi kembali menelusuri file-file menyesakan dalam kepala.Kemarin sore ketika Bunda Rea memintanya untuk mampir, ledakan terjadi di benaknya."Bunda pikir kamu harus tahu tentang ini."Suara itu mengalun lembut tetapi cengkraman di
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Di atas Meja

Pikiran Ayumi kacau, seluruh energi yang ia punya ditarik secara paksa ke dasar bumi. Di kamar mandi yang gelap itu ia menunduk dengan punggung bergetar. Tangannya meremas wastafel sekuat tenaga, memberikan rasa kebas pada jemarinya yang tak berdaya.Samar-samar perbincangannya dengan pria paruh baya tadi mengaburkan pandangan. "Pengangkatan rahim?"Tanda tanya besar mencuat diantara rambut. Rentetan angka nol pada kertas administrasi membuat kepalanya pening. Bibi Gadis tidak memiliki tabungan karena habis untuk biaya harian dan uang sekolah Airil. Lagi-lagi ia mendesah. Hidupnya terlalu buruk untuk bahagia."Permisi!"Manusia lain berjalan masuk, buru-buru Ayumi mengusap pipi dan tersenyum. Mempersilahkan wanita itu mencuci tangan di tempatnya barusan.Di atas lantai yang dingin, raga yang hampa itu seperti tak bernyawa. Kursi-kursi kosong memanggilnya untuk menepi. Airil sudah terlelap di kamar inap, begitu pun deng
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Garis Pembatas

Hujan turun dengan deras malam ini. Tetesan airnya terlihat dari balik kaca. Mereka mengepung dengan kejam, seolah bulir-bulir itu tengah meluncurkan serangan. Tepat ketika petir menyambar, suara ketukan terdengar dari luar. "Ay!" panggil seseorang kencang.Mata yang hampir terlelap itu Ayumi gosok perlahan. Dengan wajah linglung ia menatap sekitar.Pelan-pelan dia merangkak ke depan setelah membenarkan posisi tidur anak laki-laki di sampingnya. Tanpa bisa ditahan, decitan pintu meminimalisir keheningan. Ada raut penuh tanya ketika sebuah pelukan datang tiba-tiba. Isakan yang diiringi usapan itu membuat Ayumi menegang. "Bunda?" Suara seraknya keluar ragu-ragu. Tak ingin mengulur waktu, Ayumi menangkap bahu Bunda Rea dan mendorongnya mundur. Bibir tipisnya bergetar, "Ada apa?""Dokter bilang operasinya harus segera dilakukan."Kalimat itu terlontar samar, namun mampu mematirasakan semua hal yang ada pada dirinya.Kilatan cahaya menyelinap diantara pelukan yang kembali tercipta. Ha
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Seekor Angsa

Petikan berirama terdengar dari benda yang Arkan pangku, orang-orang di sekelilingnya berusaha mengeluarkan suara terbaik. Ini adalah jenis latihan yang paling indah sebelum ujian praktik dimulai.Kelas tampak ramai namun tidak terlalu padat. Berkat meja-meja yang tadinya tertata berbaris kini disingkirkan ke ujung ruangan. Menyisakan panggung sederhana untuk penampilan seni esok hari.Rangkulan pada lengan, Sava lepaskan perlahan. Bibirnya berbisik dengan pelan, "Tunggu sebentar."Langkah riangnya dengan pasti melesat, Dian hanya memakukan pandangan di tempat. Jari-jari manis Sava mengetuk meja beberapa kali, senyumnya cerah seperti biasa. "Bisakah kita bicara sebentar?" tanyanya mencondongkan tubuh. Saat ini Arkan tidak memiliki alasan untuk menolak, terlebih ketika ia menyaksikan Ayumi berpaling dengan kejam. Tanpa banyak berpikir, pria itu menganggukkan kepala, "Tentu saja."Di luar jendela ada langit yang cerah. Sinarnya menerpa kulit, menutupi mereka dengan cahaya keemasan.
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Ponsel dan Jam Tangan

Hari terus berlalu, burung-burung gereja di atap rumah sudah memasuki musim berkembang biak. Ada lima telur dalam sangkar, salah satunya pecah seolah menertawakan masa depan gadis di bawahnya.Acara kelulusan tiba dalam dua jam, tetapi Ayumi masih berkutat dengan barang-barang di tangan. Satu koper hitam ia tarik, menapaki jalan setapak menuju terminal. Ada banyak orang di sana, termasuk Bunda Rea."Bunda, Ay titip Bibi ya."Pelukan mereka sehangat matahari pagi, dalam senyum Bunda Rea menepuk kepala Ayumi."Tentu saja," balasnya tulus.Kesehatan Bibi Gadis sudah mulai membaik, namun penghasilan keluarga jelas tak ada."Jaga diri di sana ya."Ini adalah keputusan yang berat. Sekali lagi Ayumi meninggalkan satu kota ke kota lain. Perasaan sedih tiba-tiba menyeruak, ia bahkan tidak memiliki kesempatan untuk berada di bingkai yang sama dengan Arkan."Iya Bunda, Ay bisa jaga diri. Sebaiknya Bunda kembali sekarang, Arkan pasti nunggu Bunda."Wanita itu mengangguk, sebelum pergi ia merogoh
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Potongan Rambut yang Familiar

Dunia berubah bersamaan dengan orang-orang di dalamnya. ____________________________________Agustus, 2017Di pagi hari, cahaya tipis menembus lampisan awan dan memancarkan sinar pertamanya. Udara penuh dengan aroma kopi, sisa hujan di teras masih tercium dari dalam. Ayumi menutup pintu setelah menjinjing kakinya untuk masuk. Bangunan yang tengah ia pijak menunduk diantara gedung tinggi. Gang-gang sempit di sana-sini terhubung menuju jalan utama pada persimpangan.Ketika gadis itu masih sibuk bersiap, beberapa siswi datang dengan suara penuh kehangatan. "Kakak, roti lapisnya tiga."Senyum mereka secerah mentari, pipi-pipi halus itu memerah karena senang. Ayumi mengangguk sembari menyiapkan pesanan.Bel kembali berdentang saat pintu terbuka, perhatian Ayumi juga terbagi padanya."Hai, Ay!"Gadis itu melambai dengan setumpuk kertas di tangan. Tiga pelanggan kecil tadi turut melirik dan menyapa, "Kak!"Setelah pesanan selesai, mereka berpamitan dengan tulus. Ada sedikit kesopanan dala
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Di balik Kaca

Gelembung panas pecah di tutup panci. Potongan daun bayam meleleh dalam diam. Warnanya jauh lebih tua dengan tekstur sedikit lunak. Ayumi mengangkatnya dan tersenyum, "Mari makan."Butiran nasi berenang dengan bebas, ada banyak kuah di mangkuk kaca. Sejak kecil ia memang suka makanan berair.Sudut-sudut kamar sempit itu penuh dengan barang, satu ranjang di dekat pintu semakin membuatnya tak memiliki ruang.Ini masih pukul enam pagi, hiruk pikuk di bawah sana belum terdengar ketika Ayumi melangkah turun. Ada tiga tikungan dan dua tangga memanjang sebelum ia mencapai tempat kerjanya."Hai!"Tangan kanannya melambai cukup tinggi, hari ini Wida tiba lebih dulu dengan celemek di badan. Ayumi mendekat dan membantunya merapikan meja. Pelanggan mulai berdatangan saat gantungan di pintu berubah menjadi 'open'.Di balik counter, Ayumi mengambil beberapa menu kue dan meletakkannya pada piring. Ia berjalan dengan hati-hati menuju tempat yang sudah memiliki papan nomor. "Selamat menikmati," tutu
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Hidangan Penutup

Hidangan penutup tak akan pernah menjadi yang pertama, begitulah dunia bekerja.____________________________________Ayumi meletakkan tangan di dada dan melirik ke luar jendela. Daun-daun yang subur tertiup angin, embun pagi yang menempel ikut jatuh karenanya. Gadis yang duduk di samping bergerak mencapai sandaran kursi. Tatapannya sedikit tumpah dan menyipit diam-diam. Ia memerhatikan Ayumi untuk waktu yang lama."Apa kamu pernah melihatnya?"Suara itu menembus dengan pelan, Meta terkesiap lalu mengumpulkan akal sehat. "Siapa?" tanyanya setelah memangku tangan di meja.Ada keheningan yang memanjang, Ayumi menoleh dengan lambat. "Teman sekelasmu dulu."Meta tersenyum kaku, mengambil sebotol air dari tengah untuk mengisi mulutnya. "Bagaimana pun, aku tidak akan peduli."Ia berujar setelah menggosok bibir beberapa kali. Tetesan dari tepi mulut membasahi ujung bajunya yang menjuntai. Ayumi menghela napas dalam diam, "Minggu lalu aku melihat Arkan."Tiba-tiba Meta menegakkan punggung,
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status