Semua Bab Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir: Bab 161 - Bab 170

197 Bab

Bab 161. Lebih Cepat

Callista berusaha menarik tangannya, tetapi genggaman Dion terlalu kuat. “Lepaskan aku! Ini tidak termasuk dalam kesepakatan kita!” Dion terkekeh, matanya berkilat dengan sesuatu yang sulit diartikan. “Kata siapa?” Callista mendelik, wajahnya mengeras. “Aku tidak pernah menawarkan diriku, Dion. Aku hanya ingin menyelesaikan urusan denganmu, bukan melayani keinginan kotormu.” Dion menyipitkan matanya. “Oh, jadi kamu berani menentangku?” Callista berusaha menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba berpacu lebih cepat. Ia tahu Dion, mengenalnya lebih baik daripada siapa pun. Jika pria itu sudah menunjukkan sisi gelapnya, maka tidak ada gunanya melawan dengan keras kepala. Tetapi Callista bukan wanita lemah. Ia menarik napas panjang, mencoba melepaskan tangannya dengan sedikit lebih lembut. “Dion, dengarkan aku. Aku tidak mau ada masalah. Kita sudah punya kesepakatan, bukan?” Dion tidak bergeming. Matanya menatap Callista dengan penuh penilaian sebelum bibirnya melengkung dalam sen
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 162. Hanya Berdua Saja

Kedua mata Naura melirik jam digital di atas nakas. 01.45 AM. Malam sudah sangat larut. Naura menyingkap selimut, menurunkan kakinya ke lantai. Hawa dingin segera menyergap kulitnya, tetapi bukan itu yang mengganggunya. Ada perasaan tidak nyaman yang menekan dadanya, sebuah firasat yang sulit dijelaskan. Ia bangkit dan berjalan ke arah pintu, membuka perlahan. Koridor rumah gelap, hanya ada sedikit cahaya dari lampu di ruang tengah. Nafasnya tertahan saat menatap sekeliling. Rumah terasa terlalu sepi. “Mas Dion?” panggilnya pelan, suara seraknya nyaris tenggelam dalam keheningan malam. Tidak ada jawaban. Naura melangkah ke dapur, berharap suaminya ada di sana untuk mengambil minum seperti yang sering dilakukan. Namun, dapur kosong. Tidak ada jejak Dion di sana. Tidak ada gelas yang diletakkan di meja. Bahkan kulkas masih tertutup rapat, tidak menunjukkan tanda-tanda baru saja digunakan. Dadanya mulai terasa berat. Nafasnya tersendat. Matanya kemudian melirik ke arah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 163. Siapa Wanita Beruntung Itu?

Naura sontak sedikit menjauhkan kepalanya. Ada sesuatu yang terasa janggal. Ia menarik napas pelan, mencoba meredakan kegelisahan dalam hatinya. “Kenapa mendadak, Mas?” tanya Naura menatap Dion melalui cermin. Dion tersenyum samar. “Nggak ada alasan khusus, Sayang. Aku hanya ingin menebus waktu yang terbuang. Selama ini aku terlalu sibuk dengan urusan kerja, sampai lupa membahagiakanmu.” Naura mengerutkan kening. Sejak kapan Dion sibuk kerja? Setahu Naura, Dion lebih sering menghilang tanpa kabar. Malam-malam pulang larut atau bahkan tidak pulang sama sekali. Sekarang, tiba-tiba berbicara soal liburan berdua? Naura menatap bayangan suaminya di cermin. Ada sesuatu yang tidak bisa ia pahami dari sikap Dion pagi ini. “Jadi bagaimana? Kamu mau kan?” Dion berbisik lagi, tangannya kini bergerak naik, menyentuh bahu Naura dengan lembut. Naura mengangguk pelan, meskipun hatinya dipenuhi tanda tanya. “Kita lihat nanti saja, Mas. Aku juga perlu mempersiapkan semuanya. Selain itu, aku be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 164. Bukan Suara Reval

Naura menarik napas dalam, mencoba mengontrol gejolak yang tiba-tiba memenuhi dadanya. Ia menatap Dinda dengan ekspresi setenang mungkin. Dinda menatap Naura dengan mata berbinar, tampak begitu bersemangat menceritakan gosip yang tengah hangat diperbincangkan di kantor. “Nona Callista.” Kata itu seperti palu godam yang menghantam dada Naura. Seketika, suara di sekitarnya memudar. Udara yang tadi bisa ia hirup dengan leluasa kini seakan menipis, menyisakan rongga kosong di dadanya. Callista? Tangannya mencengkeram tali tas lebih erat, berusaha menstabilkan dirinya yang tiba-tiba merasa limbung. Seharusnya ia tidak terkejut. Callista memang selalu berada di sekitar Reval, dan wanita itu bukan orang asing di kehidupan mereka. Tapi mendengarnya langsung seperti ini … tetap saja membuatnya sesak. “Naura, kamu kenapa?” suara Dinda membuyarkan lamunannya. Naura segera menampilkan senyum tipis. “Em, tidak apa-apa kok, Din. Aku masuk dulu ya?” Ia melangkah cepat menuju lift, berhara
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Bab 165. Begitu Dekat

Naura merasakan aliran darahnya seakan berhenti sesaat. Callista? Ia menatap layar ponselnya sekali lagi. Nama yang tertera di sana memang Reval, tetapi suara yang ia dengar jelas milik Callista. Dinda yang masih berdiri di sampingnya menatap penuh tanya, tetapi Naura terlalu sibuk mengendalikan napasnya yang tiba-tiba terasa berat. “Halo? Naura?” suara Callista kembali terdengar, kali ini lebih lembut, tetapi menyiratkan sesuatu yang sulit ditebak. Naura menelan ludah. “Iya, aku Naura.” Sejenak, tidak ada suara di seberang sana. Hanya terdengar embusan napas Callista sebelum akhirnya wanita itu kembali berbicara, kali ini dengan nada yang lebih dalam. “Aku ingin bertemu denganmu.” Naura mengernyit. “Bertemu denganku? Untuk apa?” Dinda kini semakin penasaran, matanya menatap Naura penuh keingintahuan, tetapi Naura mengangkat satu tangan, memberi isyarat agar Dinda menunggu. “Ada sesuatu yang harus aku bicarakan denganmu,” ujar Callista. “Aku rasa … ini penting.” Naura menghe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Bab 166. Ingin Mengatakan Sesuatu

Ervan menelan ludah. Ia berdeham dengan canggung. Dinda masih belum bisa berpikir dengan jernih. Wajahnya terasa panas, dan ia bisa merasakan jari-jari Ervan masih dengan lembut menopang punggungnya. “A-aku ... aku baik-baik saja,” gumam Dinda pelan. Namun, tubuhnya masih dalam dekapan Ervan. Dan itu membuatnya semakin salah tingkah. Ervan menyadari hal itu dan segera melepaskan Dinda dengan gerakan hati-hati. “Maaf. Aku refleks.” Dinda buru-buru berdiri tegak dan merapikan bajunya, berharap Ervan tidak menyadari betapa panasnya wajahnya saat ini. “T-tidak, tidak apa-apa. Terima kasih ... kalau saja tadi kamu tidak menangkapku, mungkin aku sudah babak belur.” Ervan tersenyum kecil, tetapi matanya masih menyiratkan sisa keterkejutan. “Aku kebetulan lewat dan melihatmu hampir jatuh. Instingku langsung bergerak.” Dinda mengangguk kikuk, merasa bodoh karena tidak tahu harus berkata apa. Sementara itu, Ervan juga tampak sama canggungnya. Ia menggaruk tengkuknya, sesuatu yang selalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 167. Membeku

“Ada yang ingin kamu sampaikan?” tanya Naura, sedikit ragu. Ervan membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Raut wajahnya seakan menyimpan sesuatu, tetapi akhirnya ia hanya menggeleng. “Tidak, Ibu Naura.” Naura menatapnya sebentar, lalu tersenyum tipis. “Baiklah. Kalau begitu, aku pamit dulu.” Naura segera melangkah pergi, ia berusaha fokus menyelesaikan pekerjaannya. Ketika jam makan siang tiba, Naura memilih untuk menyendiri. Wanita itu sengaja mencari restoran agak jauh dari kantor. Setiap langkah terasa begitu berat, tetapi Naura tetap berjalan. Suasana restoran itu tidak terlalu ramai, seperti yang ia harapkan. Ia memilih meja di sudut ruangan. Tempat yang biasa ia duduki bersama Reval. Sebuah meja kecil di dekat jendela, dengan pemandangan jalanan kota yang sibuk. Tempat yang penuh kenangan. Naura menghela napas panjang. Kali ini, tidak ada suara tawa Reval, tidak ada tatapan tajamnya, tidak ada obrolan ringan yang biasanya mengisi waktu makan siangnya. Yang ada hanyala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 168. Ini Keputusanmu?

Seseorang yang selama ini berusaha ia hindari. Reval. Mata lelaki itu bertemu langsung dengan mata Naura. Seketika, udara di antara mereka terasa begitu menyesakkan. Dan di saat itu, Naura sadar. Melupakan Reval ternyata jauh lebih sulit dari yang ia bayangkan. Naura segera mengajak Dinda untuk pergi. “Ayo, Dinda. Kita harus segera kembali ke ruangan kita.” Namun tiba-tiba Reval bersuara. “Rupanya kamu di sini, Naura.” Langkah Naura terhenti mendadak. Suara itu. Suara yang selama ini selalu ia rindukan, tetapi juga ingin ia hindari. Napas Naura tercekat. Perlahan, ia menoleh. Reval berdiri di ujung koridor. Tangan lelaki itu dimasukkan ke dalam saku celana, ekspresinya sulit ditebak. Namun, tatapan matanya mengunci Naura di tempat. Ada sesuatu dalam tatapan itu. Bukan kemarahan. Bukan rasa kecewa. Tetapi lebih dari itu. Naura tidak berani menebak. Ia merasakan genggaman tangan Dinda di lengannya, memberi sedikit kekuatan. Namun, Dinda juga tahu kapan harus mundur. “Nau,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 169. Pergi dari Kota

Naura mengangguk pelan. “Iya, Pak. Saya sudah memikirkan ini matang-matang.” Reval mencondongkan tubuhnya ke depan, kedua sikunya bertumpu di atas meja. Ia menghela napas panjang. “Katakan, Naura.” Matanya menatap lurus ke dalam mata wanita itu. “Kamu benar-benar ingin pergi dariku?” Naura menelan ludah. Pertanyaan itu menusuk jauh ke dalam hatinya. Tetapi ia tidak boleh goyah. Keputusannya sudah bulat. “Ini bukan tentang keinginan, Pak. Tapi tentang apa yang seharusnya.” “Dan kamu pikir, seharusnya kamu meninggalkanku?” Naura mengepalkan jemarinya. “Saya memutuskan untuk kembali kepada Mas Dion. Dan Bapak memilih untuk bertunangan dengan Nona Callista.” Ada keheningan yang begitu mencekik di antara mereka. Reval akhirnya membuka mulut, suaranya terdengar parau. “Kamu pikir aku menginginkannya?” Naura mengerjapkan mata. Reval menatapnya, dan kali ini, Naura bisa melihat sesuatu di sana. Rasa sakit. Kemarahan. Dan mungkin juga … kepasrahan. “Aku tidak pernah ingin pertun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 170. Ikut Saja?

Gelap malam telah menyapa ketika Naura sampai di rumah. Hawa dingin menyelimutinya, namun tidak sedingin perasaannya saat ini. Langkahnya sedikit lelah, kepalanya masih dipenuhi banyak pikiran yang sulit ia cerna. Namun, saat matanya menangkap sebuah mobil mewah berwarna hitam terparkir di depan rumah, keningnya mengernyit. Mobil siapa ini? Ia memperlambat langkahnya, menatap mobil itu dengan ragu. Ini bukan mobil Dion. Selama ini, suaminya hanya mengendarai motor butut yang sudah bertahun-tahun mereka gunakan. Tidak mungkin… Tiba-tiba, pintu mobil terbuka, dan sosok Dion muncul dari dalam. “Surprise…!” Dion tersenyum lebar, kedua tangannya terentang seolah menunggu reaksi Naura. Naura membeku. Matanya berpindah dari wajah Dion ke mobil itu, lalu kembali ke suaminya. “Ini apa, Mas?” tanya Naura dengan nada heran. Dion tertawa kecil, jelas terlihat puas dengan reaksi istrinya. “Mobil baru aku, Sayang. Bagaimana? Bagus, kan?” Naura masih sulit mempercayainya. Mobil itu terlihat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status