“Ada yang ingin kamu sampaikan?” tanya Naura, sedikit ragu. Ervan membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Raut wajahnya seakan menyimpan sesuatu, tetapi akhirnya ia hanya menggeleng. “Tidak, Ibu Naura.” Naura menatapnya sebentar, lalu tersenyum tipis. “Baiklah. Kalau begitu, aku pamit dulu.” Naura segera melangkah pergi, ia berusaha fokus menyelesaikan pekerjaannya. Ketika jam makan siang tiba, Naura memilih untuk menyendiri. Wanita itu sengaja mencari restoran agak jauh dari kantor. Setiap langkah terasa begitu berat, tetapi Naura tetap berjalan. Suasana restoran itu tidak terlalu ramai, seperti yang ia harapkan. Ia memilih meja di sudut ruangan. Tempat yang biasa ia duduki bersama Reval. Sebuah meja kecil di dekat jendela, dengan pemandangan jalanan kota yang sibuk. Tempat yang penuh kenangan. Naura menghela napas panjang. Kali ini, tidak ada suara tawa Reval, tidak ada tatapan tajamnya, tidak ada obrolan ringan yang biasanya mengisi waktu makan siangnya. Yang ada hanyala
Terakhir Diperbarui : 2025-02-12 Baca selengkapnya