All Chapters of NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!: Chapter 211 - Chapter 220

280 Chapters

211. FOKUS

“Mas … ber-canda, kan?” Suara Puspita bergetar. Ia mencoba tidak mempercayai apa yang barusan Pram katakan.Pram menatapnya lekat, ada kesedihan dalam sorot matanya. Sungguh, ia tidak tega mengatakan ini pada Puspita dalam kondisinya yang masih belum sepenuhnya pulih. Puspita baru saja bernapas lega karena salah satu cacat di tubuhnya telah berhasil dipulihkan. Kini, siap tidak siap, istrinya harus mendengar berita yang pastinya membuat hatinya hancur.“Mas ….” panggil Puspita lagi dengan bibir bergetar. “Tolong katakan jika barusan aku salah mendengar. Semua baik-baik saja, kan? Opa, Oma, dan Bang Prabu baik-baik saja, kan? Semuanya berjalan lancar dan mereka sedang menungguku sembuh?”Terlihat pergerakan di leher Pram, tanda pria itu menelan ludahnya. Matanya menatap iba, sungguh baru saja mulai bicara, ia sudah tidak tega melihat Puspita seperti ini. Kalau boleh memilih, Puspita lebih baik tidak tahu saja masalah ini agar tidak menjadi beban pikirannya.Namun, ia berhak tahu, bukan
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

212. KANGEN

Puspita berbaring menghadap dinding. Raganya di sini, tapi pikirannya entah di mana. Barusan Prabu menghubungi Pram, tapi sama sekali tidak ingin bicara dengannya. Hanya menitip salam dan memintanya menjaga kesehatan. Sama sekali bukan Prabu yang ia kenal sebelum berangkat ke sini.Ataukah memang ia sama sekali tidak berarti dalam keluarga itu?Ia bahkan tidak berani lagi menghubungi Opa Rangga atau kediaman Bimantara. Mungkin untuk saat ini ia melupakan saja jika bagian keluarga itu. Ya, sepertinya lebih baik seperti itu. Mungkin dengan begitu ia bisa fokus dengan kesehatannya sendiri. Ia ingin cepat sembuh dan kembali ke tanah air. Bukan untuk keluarga itu, tetapi untuk dirinya sendiri. Puspita tak ingin terus-terusan menyusahkan Pram yang harus bolak-balik dua negara.Lagi-lagi ia bersyukur memiliki Pram dalam hidupnya, karena orang lain belum tentu bisa selalu ada untuknya. Namun, seorang suami akan tetap membersamainya selamanya.Puspita mengerjap saat merasakan sebuah tangan mel
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

213.

Pram bangkit setelah melepaskan tangan Puspita dengan hati-hati. Ia mengambil piyamanya yang terserak di lantai, lalu memakainya kembali. Matanya tak lepas menatap wajah pulas itu. Wajah yang terlihat lelah penuh peluh, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum puas.Bibir Pram ikut tersenyum sebelum mendekatkan wajah. Satu kecupan lembut ia daratkan di kening itu. Punggung tangannya mengusap peluh yang membasahi pelipis istrinya. Terbayang bagaimana tegangnya Puspita tadi karena takut kakinya yang belum pulih akan membuatnya kesakitan. Tapi ia terus meyakinkan sang istri bahwa dirinya akan melakukannya dengan sangat hati-hati agar tidak menyakitinya.Seolah kemarau panjang yang terhapus hanya oleh hujan sehari, kerinduan yang menggunung dan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan terbayarkan dengan memadu kasih barusan. Sebenarnya, ia masih bisa bertahan lebih lama jika Puspita memilih menunda lagi. Toh dulu pun bersama Soraya ia bisa bertahan lama. Namun, sambutan yang tulus dari Pus
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

214. APAKAH INI ADIL?

“Apa kamu yakin, Pak Prabu?” tanya Irena dengan pandangan lurus ke depan. Kedua tangannya menggenggam erat handel stir. Pundaknya terlihat tegang meski ia sudah berusaha setenang mungkin.Ya, ia memang sudah berpengalaman berumah tangga. Ia pernah menikah. Ini bukan pertama baginya, tetapi tentu saja situasinya berbeda. Pernikahan pertamanya dengan Radit dilakukan tidak mendadak dan tidak tanpa restu seperti ini. Dulu, ia juga menikah secara normal dengan pesta cukup meriah.Tapi kini, bersama pria yang duduk di sampingnya?“Kamu masih memanggilku Pak?” tanya Prabu jengah. Ia melirik tak berminat. Pria itu justru terlihat lebih tenang dan santai meski ini pengalaman pertamanya baginya. “Aku ini bukan siapa-siapa sekarang, Bu Dokter. Bukan CEO, bukan presdir, bahkan saat ini pekerjaan saja aku tidak punya,” lanjutnya lemah.Irena mengerjap dan menarik napas. Setelah memutuskan pergi dari rumah keluarganya, Prabu memang sangat sensitif.“Mau kupanggil apa?” tanya Irena lirih tetap tanpa
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

215. PEMBANGKANG

Prabu menatap jalan di depannya dengan sorot mata tajam. Irena, yang duduk di sampingnya, menggenggam setir erat, matanya sesekali melirik ke spion dengan gelisah."Ada yang mengikuti kita," ucap Irena dengan suara lirih, nyaris berbisik.Prabu menoleh sekilas ke kaca spion. Ia melihat beberapa mobil hitam yang familier di belakang mereka. Pria-pria berbadan tegap dengan wajah yang tampak tak bersahabat di dalamnya."Jangan panik." Prabu berusaha terdengar tenang. "Tetap melaju seperti biasa. Kita akan lihat apa yang mereka mau."Prabu sangat yakin jika mereka adalah orang-orang Opanya. Sejenak ia menyesali mengapa bukan dirinya yang mengemudi. Ia takut Irena ketakutan dan panik. Tadi, Irena memang memaksa menyetir mungkin karena melihat dirinya yang lelah. Namun, nyatanya wanita itu tetap tenang. Mengemudikan mobilnya seolah tidak terjadi sesuatu.Ya, tentu saja. Irena wanita matang yang ia yakin bukan hanya matang secara umur, tapi juga secara emosional. Apalagi ia seorang dokter ya
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

216. RAGU

Irena terhenyak saat pintu ruangan itu terbuka dengan tiba-tiba. Tubuhnya menegang, pikirannya sempat dipenuhi kemungkinan buruk yang terjadi. Bukan tanpa alasan, pasalnya sejak dipisahkan dengan Prabu, ia digiring masuk ke sebuah ruangan sendirian. Cukup lama ia duduk di sana dengan pintu yang ditutup dan dijaga orang-orang yang mencegat mereka. Bahkan ia sempat mengira akan dibunuh hanya agar Prabu batal menikah dengannya.Namun, begitu melihat sosok yang berdiri di ambang pintu, ia menghela napas lega. Prabu. Pria itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya melangkah mendekat dengan sorot mata tajam. Tanpa peringatan, tangannya meraih pergelangan Irena dan menariknya keluar dari ruangan. Sentuhan itu tak kasar, tapi juga tak lembut. Ada ketegangan yang begitu nyata terpancar dari dirinya.Tak seorang pun yang mengganggu perjalanan mereka menuju keluar. Semua orang berseragam formal serba gelap yang tadi menculik mereka, kini hanya berdiri tegak tanpa kata dan tanpa aksi sama seka
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

217. SAH

Prabu masih menatap Irena dengan sorot mata penuh tanda tanya, tapi perempuan itu mengalihkan wajahnya. Jemarinya sedikit gemetar saat menggenggam ponselnya, ekspresi wajahnya berubah menjadi tegang."Kita ke KUA sekarang," ucapnya buru-buru.Prabu mengernyit, merasa aneh dengan perubahan sikap Irena yang mendadak. "Irena, ada apa? Siapa yang menelepon?""Tidak sekarang, Pak Prabu. Kita harus menikah secepatnya," jawabnya tanpa menoleh.Prabu bisa merasakan ketegangan yang begitu nyata dalam suaranya. Bibirnya hampir saja melontarkan pertanyaan lain, tetapi melihat wajah Irena yang pucat dan sorot matanya yang penuh kegelisahan, ia menahan diri.Tanpa banyak tanya lagi, Prabu menyalakan mesin mobil dan melaju ke KUA yang sudah mereka tunjuk. Sepanjang perjalanan, Irena terus menggigit bibirnya, menggenggam erat ponselnya seolah menahan sesuatu yang besar di dalam hatinya. Prabu meliriknya sesekali, tetapi tak ada kata yang keluar dari bibirnya.Sesampainya di KUA, mereka mengurus admi
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

218. HANCUR

Prabu menambah kecepatan mobil tanpa berkata-kata. Tak perlu Irena menjelaskan panjang lebar, ia sudah tahu apa yang harus dilakukan: mereka harus segera sampai di rumah Radit. Wajahnya memerah, dan napasnya tertahan. Kedua tangannya mencengkeram erat setir mobil.Sementara di sebelahnya, Irena duduk tegang dengan tangan mencengkeram rok panjangnya. Wajah perempuan itu pucat, matanya penuh dengan ketakutan yang nyata. Tidak ada yang lebih menakutkan bagi seorang ibu selain dipisahkan selamanya dari anak semata wayangnya.Irena sangat mengenal Radit. Mantan suaminya itu bisa melakukan apa pun untuk menghukumnya. Ia takut pria itu benar-benar membawa Chiara jauh.Bagaimana dengan hatinya jika hal itu terjadi? Sementara masih satu kota saja ia sudah kesulitan bertemu, apalagi jika benar Radit membawa Chiara pindah.“Bukankah aku sudah menawarkan pernikahan lebih awal padamu, Iren? Mungkin jika kita menikah lebih awal, kita bisa mencegah hal ini terjadi. Kita bisa menjemput Chiara lebih c
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

219. ANDINI

"Mbak … halo?" Suara wanita di seberang memanggil karena Prabu sejak tadi hanya diam tak menyahut. Ia hanya mendengarkan apa pun yang disampaikan wanita itu."Mbak Iren … kamu lagi ngapain, Mbak? Kamu baik-baik aja, kan?" tanyanya lagi. Suaranya mulai diwarnai dengan kecemasan."Mbak Iren … ngomong dong … kamu kenapa?"Prabu mengerjap mendengar suara terakhir si penelepon agak meninggi."Mbak … kamu membuatku takut. Mbak Irena!""Ehemm …." Prabu akhirnya berdehem untuk menjawab. Ia bingung harus bicara apa. Memang lancang mengangkat panggilan orang lain tanpa izin, tetapi ini darurat. Ia takut ini hal penting. Dan ternyata memang penting."Siapa di sana? Mana Mbak Irena?"Andini tersentak mendengar suara laki-laki. Terdengar dari suaranya yang mendadak panik."Kamu bukan Mas Radit, kan?" tuntutnya lagi, suaranya dipenuhi kekhawatiran.Prabu melirik ke samping, memastikan Irena masih tertidur lelap dengan wajah yang pucat. Ia menghela napas, lalu menjawab dengan tenang, "Irena kelelaha
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

220. PERHATIAN

"Shit!"Prabu mengumpat setelah menutup panggilan. Beberapa orang sudah ia hubungi untuk meminta bantuan, tapi tidak ada seorang pun yang mau membantunya mencari Chiara. Semua orang menolak dengan berbagai alasan yang berbeda, padahal ia tahu alasan sebenarnya—karena dirinya bukan lagi seorang Bimantara.Ia yakin jika Rangga sudah menutup aksesnya ke semua relasi. Dunia yang dulu terasa begitu luas kini terasa sempit, seakan semua pintu tertutup baginya.Bahkan asisten pribadinya yang sangat loyal saat ia masih mengurus semua bisnis Bimantara mengatakan bahwa Prabu hanya sedang mempersulit diri sendiri. Prabu mempertanyakan di mana loyalitas dan kesetiakawanannya? Sang mantan asisten hanya tertawa dan menyuruhnya bertanya pada Rangga Bimantara.Uang. Semua orang dulu tunduk dan loyal padanya karena ia punya uang. Ya, uang dan kekuasaan. Kini saat ia melepas semua itu, nyatanya tidak seorang pun mau menolong. Bahkan berpura-pura tidak mengenalnya.Prabu mengusap wajahnya sambil berjala
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
28
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status