Home / Romansa / Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat! / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!: Chapter 41 - Chapter 50

76 Chapters

Bab 41. Pertarungan Dimulai

Rainer bangkit dari kursinya, dengan sorot mata yang penuh dengan kekesalan yang semakin memuncak. "Kalau ini yang dia inginkan, maka aku akan melawannya."Levi menatap bosnya dengan cemas. "Pak Rainer, apa yang akan Anda lakukan?" tanya pria itu.Rainer mendekati jendela besar di kantornya, menatap ke arah langit yang mendung. "Aku tidak akan membiarkan dia menghancurkan semuanya. Jika Camelia ingin bertarung, maka kita akan bertarung."Rainer mengepalkan tangan kuat-kuat, pertempuran ini tidak hanya tentang bisnis. Namun, juga harga diri, rasa kehilangan, dan tentang satu hal yang telah diabaikan terlalu lama, perasaannya terhadap Camelia.Di kantornya, pagi ini Camelia tampak sibuk. Para staf terlihat berlarian ke sana kemari, menyiapkan berkas-berkas penting. Di dalam ruang utama, Camelia dan Danar tengah berdiskusi dengan serius, ada sebuah papan yang penuh dengan diagram dan strategi pemasaran baru. Kesuksesan
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 42. Makan Malam

Camelia terdiam, merasakan ketakutan yang tidak biasa menyusup ke dalam hatinya. Siapa yang mengirim pesan ini? Dan apa maksud dari peringatan ini? Danar yang duduk di depannya, melihat perubahan ekspresi Camelia, segera mendekat. "Apa yang terjadi? Ada masalah apa?" Camelia menyerahkan ponselnya kepada Danar, membiarkannya membaca email tersebut. Danar menatap Camelia dengan ekspresi serius. “Ini bukan hanya tentang Rainer lagi,” kata Danar pelan, “sepertinya ada orang lain yang terlibat.” Camelia menggigit bibirnya, merasa ketegangan semakin mencekik lehernya. “Siapa yang akan melakukan ini? Dan apa masalahnya denganku?” Danar menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu. Tapi yang pasti, kita harus lebih waspada dari sebelumnya. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar persaingan bisnis antara kamu dan Rainer.” Camelia menatap layar ponselnya
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 43. Peringatan

Camelia berpikir sejenak, pilihan yang sulit. Danar masih menatap Camelia, menuntut sebuah jawaban atas pertanyaannya.Dengan ekspresi sedikit tidak enak Camelia menjawab, “Kalau malam ini aku tidak bisa, Kak. Aku ada acara keluarga.”Benar, keluarga Wijaya atau keluarga Rainer bukan hanya sekedar keluarga karena pernikahan, melainkan keluarga yang telah membesarkan, mengayomi dan melindunginya sejak kecil. Mana mungkin Camelia tega menghancurkan harapan orang tua yang ingin bertemu dengan anaknya, padahal itu hanya sekedar makan malam.Danar mengernyitkan keningnya, “Keluarga?”Camelia memaksakan senyum lalu menjawab, “Ibu memintaku untuk makan malam bersama, dia sudah tahu kabar tentangku. Aku tidak bisa mengecewakan orang tua yang ingin bertemu dengan anaknya.”“Ibu?” tanya Danar semakin bingung, yang dia tahu Camelia yatim piatu, seketika dia ingat siapa yang dimaksud.“Maksudmu, Nyonya Daisy, Ibu Rainer?”
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 44. Rindu yang Tak Terucap

Kakek Wijaya tersenyum miring lalu berkata, “Baguslah, kalau kamu paham apa yang aku maksud, kamu memang pintar, Camelia.”Camelia memaksakan senyum, untuk beberapa saat suasana di antara keduanya menjadi canggung, beruntung Daisy datang menghampiri mereka.“Ayah jangan terlalu menekan Camelia, sudah lama dia tidak datang ke rumah ini jangan sampai dia benar-benar pergi,” ucap Daisy seraya menepuk pelan pundak ayah mertuanya, mengisyaratkan menenangkan urat-urat syaraf yang menegang.“Ah, sudahlah, sudahlah. Lebih baik kalian ngerumpi saja di dapur, aku ingin bersantai.” Kakek Wijaya mengusir secara halus.Daisy tersenyum lalu mengajak Camelia meninggalkan kakek tua itu sendirian.“Kamu ‘kan baru pulang kerja, lebih baik segera membersihkan diri. Ibu sudah suruh asisten untuk membersihkan kamar kalian dan menyiapkan pakaian kalian. Sudah lama tidak pernah dipakai, semuanya apek, jadi ibu sudah mencucinya.”“Aku jadi merepotkan ib
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bab 45. Berusaha Sekuat Tenaga

Setelah kejadian malam itu, Camelia benar-benar mengerahkan semua pikiran dan tenaganya agar bisa memberikan yang terbaik saat pertemuan global di Singapura nanti. Dia tidak boleh kalah dari Rainer Wijaya atau semuanya akan sia-sia.“Hei, Lia, sepertinya akhir-akhir ini kamu terlalu memforsir diri,” ucap Danar lalu menghembuskan napas pelan, “apa ada yang terjadi saat makan malam beberapa hari lalu?” “Tidak ada, Kak. Aku hanya harus menang dari Rainer atau dia akan semakin menginjak-injak harga diriku,” jawab Camelia masih fokus pada layar laptopnya. “Biarpun begitu, kamu tidak boleh seperti ini, lihatlah dirimu saat ini, sudah seperti mayat hidup. Jangan sampai di hari H nanti kamu malah sakit,” tutur Danar.Camelia menghela napas kasar dan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Memejamkan mata sejenak seraya mengenyahkan segala gejolak dalam hatinya.“Aku tahu kamu harus menang dan aku akan selalu di sampingmu untuk mewujudkan itu.
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 46. Duduk Berdampingan

“Halo, Sayang, sepertinya dunia ini begitu sempit sampai kita bisa duduk berdampingan seperti ini,” ucap Rainer penuh kemenangan. Tidak sulit bagi Rainer untuk melakukan hal seperti itu, dengan uang dan koneksi dia bisa melakukan yang diinginkan.Camelia mengeraskan rahang seraya menatap kesal suaminya. Dengan sekuat tenaga dia menginjak kaki Rainer dengan ujung highheel-nya. Rainer menahan sakit di punggung kakinya, lalu menatap kesal istrinya.“Menyebalkan!” gumam Camelia. Dia menyilangkan tangan di dada dan fokus ke depan.Sesi pertemuan itu dimulai dengan presentasi dari berbagai pemimpin industri. Hingga tiba perusahaan Camelia melakukan presentasi, dia berusaha untuk tetap fokus, tetapi sulit untuk mengabaikan tatapan dingin Rainer yang terus mengawasinya. Wanita itu tahu Rainer sedang merencanakan sesuatu. Sesuatu yang mungkin bisa menghancurkan segalanya jika dia tidak berhati-hati.Benar saja, baru saja seles
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 47. Makan Malam Romantis

Waktu menunjukkan pukul 19.00, Camelia sudah bersiap di lobi hotel, mengenakan gaun yang dikirim oleh Rainer. Rainer tiba tepat waktu, seperti yang dijanjikan. Saat pintu mobilnya terbuka, senyumnya yang penuh misteri menyambut Camelia."Senang kamu datang, Sayang. Ini akan menjadi malam yang tidak akan kamu lupakan," ucap Rainer.Camelia menatapnya tanpa ekspresi, mencoba menahan kegelisahan yang semakin dalam. "Apa sebenarnya yang kamu inginkan, Rainer?"Rainer hanya tersenyum tipis, memberikan isyarat untuk masuk ke mobil. "Hai, harusnya kamu menanyakan kabarku lebih dulu, bukan menanyakan hal lain," protes Rainer. "Jangan bermain-main, Rai--"Tanpa diduga Rainer menyandarkan kepalanya di bahu Camelia."Tolong biarkan aku seperti ini, Camelia, aku lelah. Benar-benar lelah," ucap Rainer seraya menutup matanya. Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang tercipta. Camelia membiarkan suaminya tetap p
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 48. Berdebat

Camelia tak menampik ucapan suaminya, meski ucapan pria itu tak sepenuhnya benar. “Menyebalkan!” batin Camelia. Meski hati Camelia dipenuhi keraguan, ada sesuatu dalam cara Rainer berbicara yang membuatnya sedikit goyah. Mata suaminya itu, meski sering kali penuh dengan perhitungan, kali ini tampak tulus dan khawatir. "Aku tahu ini sulit untukmu," Rainer melanjutkan, suaranya lebih lembut, "tapi aku hanya ingin kamu aman. Itulah sebabnya aku memastikan malam ini, Danar tidak bisa mengganggu kita." Camelia mengangkat alisnya. "Apa maksudmu?" Rainer menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, dengan santai dia menjawab, "Tidak perlu khawatir aku hanya membuatnya sedikit sibuk dengan masalah pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan. Dia terlalu sibuk sekarang untuk memikirkan kita." "Jangan macam-macam kamu, Rai!"
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 49. Apa yang Harus Kulakukan?

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Camelia, nada suaranya tetap santai meski ada sedikit kekhawatiran. “Aku sudah menghubungi beberapa orang untuk menyelidiki hal ini,” jawab Rainer. "Kamu berhati-hatilah. Jangan percaya siapa pun, bahkan Danar sekalipun,” imbuh Rainer. Kata-kata terakhir Rainer membuat Camelia tersentak. “Kamu masih menuduh Kak Danar? Rai, dia orang yang bisa aku percaya, dan aku tidak melihat alasan mengapa dia akan mengkhianatiku. Aku lihat selama ini kalian juga bersaing secara adil. Kalau begitu aku juga harus berhati-hati denganmu,” balas Camelia. Rainer mendengkus pelan, kesal mendengar istrinya membela Danar mati-matian, apalagi memanggil rivalnya itu dengan sebutan “Kak” sedangkan dengannya wanita itu hanya menyebut nama. “Lia, kamu harus sadar. Dunia ini tidak sehitam dan seputih itu. Orang-orang bisa berubah menjadi abu-abu. Bahkan mereka yang terlihat pa
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 50. Gala Dinner

Rainer hanya menatap datar pada Agnes dan Camelia bergantian.“Maaf, Nona. Tapi kami tidak ingin diganggu oleh siapapun, jadi kalian bisa menggunakan meja lain, di restoran ini masih banyak yang kosong,” sahut Danar.Dia bukan hanya ingin membantu Camelia tetapi juga tidak mau ada orang lain mengganggu sarapannya bersama wanita itu.“Kenapa begitu, aku hanya ingin mengobrol dengan Camelia, kami sudah lama tidak bertemu?” balas Agnes.Tentu saja itu bukan alasan yang sebenarnya, dia hanya ingin menunjukan kepemilikan atas Rainer.“Masih bertanya kenapa? Coba kalau tukar posisi, kalau jadi kami apa Anda juga akan setuju ada orang lain bergabung?” ucap Danar lagi, nada bicara sedikit meninggi.Camelia menyentuh tangan Danar dengan lembut dan berkata, “Kakak, tenangkan dirimu. Aku juga tidak mau ada ulat bulu duduk bersama kita, nanti aku gatal-gatal.”Rainer dan Agnes menatap kesal ke arah Camelia, tetapi berbeda kondisi. R
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status