Home / Romansa / Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat! / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!: Chapter 31 - Chapter 40

76 Chapters

Bab 31. Pengacara

Rainer menarik kemudian mendorong tubuh Camelia kembali ke atas ranjang. Ranjang itu berderit saking kencangnya Camelia jatuh ke atas ranjang. Rainer langsung mengunci tubuh istrinya di bawah kungkungan.“Rai, kamu benar-benar ingin membuatku mati ya?” keluh Camelia. Tubuhnya terkejut, terasa lemas, dada terasa nyeri, tetapi hanya bisa pasrah, tidak cukup memiliki tenaga untuk melawan.“Kamu tidak boleh mati begitu saja, sebelum mempertanggungjawabkan semua kekacauan ini,” jawab RainerCamelia mendengkus dan berkata, “Memangnya kekacauan apa yang sudah kulakukan, aku tidak merasa melakukan apapun. Aku hanya ingin kita segera bercerai dan semua kekacauan yang kamu maksud akan segera berakhir.”Rainer mencengkram kuat kedua tangan istrinya, membuat Camelia meringis kesakitan.“Sampai kapan kamu akan menyiksa jiwa dan ragaku, Rai? Aku sudah memberimu kebebasan, tetapi kamu malah mempersulitnya sendiri.”Ucapan istrinya membuat Rainer mati kutu. Benar, Camelia memang sudah setuju untuk be
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Bab 32. Nyaman

Senyum Danar terkembang, kemudian mengakhiri panggilan teleponnya. Camelia juga membalas senyum itu dengan hangat.“Kak Danar,” bisik Camelia.“Camelia?” Danar mendekatinya dengan senyum yang tetap terukir indah di bibirnya. Sebuah kebetulan bisa bertemu dengan Camelia di sini.“Sedang apa di sini? Bagaimana kabarmu?” tanya Danar. Camelia tersenyum tipis.“Kabarku jauh lebih baik dari terakhir kita bertemu. Aku baru saja menemui pengacara yang pernah kuceritakan. Oh, ya, Kakak sendiri ada urusan apa di sini?”Mereka berbincang sejenak, membahas hal-hal ringan tentang urusan Danar yang tak jauh-jauh dari pekerjaan. “Kebetulan sekali kita bertemu di sini. Apa urusanmu sudah selesai?” tanya Danar.“Sudah, baru saja selesai.” Tanpa rencana sebelumnya, Danar melirik jam tangan mewahnya dan berkata, “Ngomong-ngomong, ini hampir jam makan siang. Mau makan siang bersama? Aku tahu tempat yang enak,
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 33. Egois

“Lalu di mana Camelia sekarang?” tanya Rainer. Suaranya terdengar penuh amarah dan penekanan.“Bu Camelia se-sedang makan siang, bersama Pak Danar Andrian, Pak,” jawab anak buah Rainer.Suara pria itu sedikit gugup saat menjawab pertanyaan Rainer. “Apa? Di mana mereka makan siang?”Pria itu menyebutkan nama sebuah restoran kecil yang tak jauh dari kantor firma hukum yang didatangi oleh Camelia.“Kenapa baru sekarang kamu bilang?” kesal Rainer lalu menutup panggilan tersebut tanpa aba-aba.Pria itu kembali melajukan mobilnya, mencari jalan memutar dan menuju ke lokasi yang disebutkan oleh anak buahnya. Hatinya berkecamuk, Danar seperti mengajaknya berperang, di kondisi seperti ini pria itu selalu muncul di dekat Camelia.Bukan, bukan, bisa jadi Camelia-lah yang mencari perhatian pada Danar seperti yang wanita itu lakukan padanya. Karena tak bisa mendapatkan hatinya, Camelia mencari mangsa baru. Pikiran tentang segala kem
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 34. Merajuk

Setelah sampai di apartemen sahabatnya Camelia langsung masuk ke dalam kamar mengeluarkan semua kekesalan dalam hati dengan menangis sepuasnya. Camelia menarik napas dan menghembuskan secara perlahan untuk mengakhiri tangisnya. Perasaannya sudah sedikit lebih lega, dia hanya tinggal menunggu Maura pulang dan mengeluarkan semua unek-unek dalam hati. Wanita itu keluar dari kamar dan mengambil air minum di dapur. Melihat isi kulkas, mencari sesuatu yang bisa dinikmati atau setidaknya membuat makanan dari bahan yang ada. Saat sedang asyik membuat sesuatu yang manis, perhatian Camelia teralih saat pintu utama terbuka. “Ca? Kenapa kamu di sini?” Maura memindai penampilan sahabatnya, “apa-apaan wajahmu itu? Kamu habis nangis?” Camelia mendesah, lalu menunjukkan es buah yang baru saja dia buat di sebuah mangkuk besar. “Kita makan ini sambil membahas hal itu.” “Ok.” Maura duduk di mini ba
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 35. Bicara

“Diamlah! Sudah kukatakan aku tak pernah main-main.” “Baiklah, baiklah, turunkan aku. Mari kita pulang.” Camelia lebih baik mengalah ketimbang harus digendong sepanjang jalan menuju ke parkiran, malu. Dengan kesal Camelia merapikan diri setelah turun dari gendongan suaminya, dan meraih tas yang berada di tangan Maura. “Terima kasih, Ra.” Maura tersenyum, gemas. Di matanya dua orang itu seperti saling menyayangi hanya saja si pria gengsi atau entah belum menyadari perasaannya sendiri. “Good luck, Ca,” Maura mendekat kemudian berbisik, “pertimbangkan ucapanku tadi.” “Cepatlah sedikit.” Rainer meraih tangan istrinya dan menggenggam erat. Sepasang suami istri itu berjalan menuju parkiran. Rainer terus menggenggam tangan Camelia. Seperti seorang ibu yang menggandeng tangan anaknya, khawatir anaknya akan pergi dan hilang. Keduanya hanya tanpa kata meski j
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 36. Pergi

“Apa semua itu karena Danar? Karena kamu tidak berhasil mendapatkanku, lantas menjadikan pria itu objek barumu?” hardik Rainer.Camelia justru tertawa sumbang dan berkata, “Duh, Rai, jangan denial, sudah jelas kalau semua ini karena dirimu sendiri, kamu yang ingin bercerai sejak satu tahun yang lalu, mungkin kamu lupa, jangan melemparkan sesuatu pada orang lain.”“Seharusnya kamu intropeksi diri, bukan mencari-cari kesalahanku, kalau pun iya aku dan Kak Danar ada apa-apa, tidak ada urusannya denganmu. Kamu punya Agnes yang selalu menjadi prioritasmu, memangnya salah jika aku juga memiliki pria idaman lain dan menjadi objek baruku?” Balas Camelia dengan tenang.Rainer mengepalkan tangan, menahan segala emosi dan rasa dalam dada.“Kamu masih istriku, jangan berbuat sesuka hatimu.” Hanya itu yang bisa Raimer ucapkan.“Istri?” lagi-lagi Camelia tertawa sumbang, “bukankah kamu sendiri yang mengatakan tidak akan pernah menganggapku istri, kamu juga lupa tentang ini?”Sepasang suami istri it
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 37. Kacau

“Aaarrggghhhh!” Rainer memporak-porandakan meja yang masih penuh dengan makanan, menyalurkan segala amarah dalam jiwaMarah! Dia marah pada Camelia yang berani meninggalkannya dan pergi begitu bersama pria lain.“Camelia Agatha!” erang Rainer.Segera pria itu membersihkan tangannya lalu menghubungi seseorang. Memerintahkan orang tersebut untuk mengawasi Camelia dan membereskan kekacauan di rumah makan.Rainer pikir, ini adalah perkara mudah, ternyata setelah Camelia pergi bersama Danar, dia tak bisa lagi menemukan istrinya itu. Anak buahnya tak berhasil menemukan Camelia setelah kehilangan jejak saat wanita itu pergi dari rumah.Beberapa minggu telah berlalu, Rainer selalu saja uring-uringan.Suara ketukan pintu terdengar, membuyarkan konsentrasi yang sudah Rainer bangun setengah mati.Rossa masuk dengan membawa sebuah amplop coklat. “Ada kiriman lagi, Pak,” ujar wanita itu.“Taruh saja.”Set
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 38. Kejutan

Camelia terdiam sejenak, merenungi usalan Danar. Pikiran tentang bagaimana Rainer selalu meremehkan dan tak pernah menganggap keberadaannya kembali memuncak. Tentu saja, perceraian bukan hanya soal kertas dan tanda tangan, ini soal harga diri. Camelia merasa harus membuktikan sesuatu, bukan hanya pada Rainer, tetapi juga pada dirinya sendiri dan dunia.“Aku tidak bisa terus membiarkan dia menggantungku seperti ini. Mungkin kamu benar, aku butuh langkah yang lebih besar,” ucap Camelia pelan, tetapi ada ketegasan dalam nada bicaranya.Danar menatapnya serius dan bertanya, “Kamu siap melakukan apa pun untuk itu?”Camelia mengangguk, matanya penuh tekad. “Aku sudah terlalu lama terperangkap dalam hubungan yang sia-sia. Sekarang saatnya aku bertindak.”Di kantornya yang sunyi, Rainer duduk di belakang meja, menatap dokumen perceraian yang sudah semakin menumpuk. Dia memang sengaja menemui Vanessa Marcella–pengacara yang akan mengurus percerai
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 39. Tak Percaya

Rainer menatap layar tablet itu dengan tatapan tak percaya. Camelia? Wanita yang selama ini dianggapnya lemah dan tidak punya kuasa? Wanita yang dia remehkan selama pernikahan mereka? Kini dia muncul di berita sebagai "Pengusaha Wanita Baru yang Mengguncang Industri Kreatif". Namun, Rainer sempat melupakan jika sejak kecil Camelia selalu menjadi bintang karena otaknya yang cerdas.“Shit!!!” Rainer mengumpat.Rainer membaca lebih lanjut. Artikel itu menjelaskan tentang pencapaian besar Camelia dalam waktu yang singkat sejak kepergiannya dari kehidupan Rainer. Camelia memulai bisnis ilustrasi yang langsung mendapat perhatian besar di dunia kreatif. Banyak perusahaan besar, baik di dalam maupun luar negeri, mulai bekerja sama dengannya. Dia menjadi wajah baru yang diperbincangkan di dunia bisnis, dan tampaknya ini hanya permulaan.Amarah Rainer kembali menggelora. Bukan hanya karena kesuksesan Camelia, tapi karena fakta bahwa dia sama seka
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 40. Provokasi

Di sebuah rumah mewah nan megah yang terletak di pinggiran kota, Kakek Wijaya sedang duduk di beranda, menikmati teh hangat sembari membaca berita pagi ini di tablet pintarnya.Udara pagi yang masih segar dan gemericik air dari kolam kecil di dekatnya membuat suasana pagi itu begitu tenang. Namun, ketenangan itu pecah ketika matanya tertumbuk pada sebuah artikel besar di halaman bisnis. "CAMELIA AGATHA: PENGUSAHA MUDA YANG MENGGUNCANG DUNIA KREATIF."Mata tua Kakek Wijaya membola, tangannya mencengkram kuat tablet pintarnya, lalu tertawa jenaka. Nama Camelia Agatha, cucu menantu yang beberapa bulan belakangan ini menghilang dari kehidupan keluarganya, tiba-tiba muncul dengan cara yang sama sekali tak terduga."Daisy, kemari sebentar!" seru Kakek Wijaya, nada bicaranya terdengar mendesak. Suara yang biasanya tenang kini mengandung kegembiraan yang sulit disembunyikan.Daisy–ibu Rainer, datang dengan langkah cepat dari ruang tengah. Waja
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more
PREV
1234568
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status