Semua Bab Takdir Perjanjian Pernikahan: Bab 11 - Bab 20

40 Bab

BAB 11 - TERLAMBAT KE KAMPUS

William menyandarkan punggungnya di kursi, sembari menyesap wine di tangannya. William menatap tumpukan dokumen di hadapannya. Pikirannya sedang tidak bisa berpikir jernih. Terlebih menjelang hari pernikahannya, membuat William terus memikirkan Alice. Hingga detik ini William masih belum tahu, bagaimana harus menjelaskannya ada Alice. Terdengar suara ketukan pintu membuat William menghentikan lamunannya, William mengalihkan pandangannya, dia menatap ke arah pintu dan langsung menginterupsi untuk masuk."Tuan," sapa Albert menundukan kepalanya saat masuk ke dalam ruang kerja William. "Ada apa Albert?" tanya William dingin. "Tuan, saya ingin menginformasikan jika dua hari lagi grand launching dari perusahaan teknologi Xavier Company," ujar Albert.William membuang napas kasar. "Apa tidak bisa di wakilkan denganmu?" "Maaf tuan, tapi tidak bisa. Jika Tuan Lukas sampai tahu, beliau akan marah," jawab Albert William mengangguk. "Aku akan ke sana.""Tuan, ada hal penting yang ingin saya
Baca selengkapnya

BAB 12 - QUALITY TIME BERSAMA MERTUA

Marsha memarkiran mobilnya di salah satu butik Hermes Toronto. Tadi siang, setelah Marsha menyelesaikan kuliahnya Veronica mengirimkan pesan padanya untuk bertemu di salah satu butik Hermes. Kini Marsha melangkah masuk ke dalam butik. Saat tiba di dalam, Marsha sudah melihat Veronita tengah memilih tas. Marsha melangkah mendekat ke arah Veronica. "Bibi Veronica," sapa Marsha yang kini berada di belakang Veronica. Tentu Veronica belum menyadari kedatangannya. Karena Veronica tengah fokus pada tas-tas yang dipilih olehnya. Veronica mengalihkan pandangannya, seketika senyum di bibirnya terukir saat melihat Marsha sudah berada di hadapannya. "Sayang, kau sudah datang? Maafkan bibi yang tidak melihatmu sayang.." "Tidak apa-apa bibi," jawab Marsha. "Aku juga baru datang." "Baiklah, sayang bibi sudah memilihkan beberapa dress keluaran terbaru untukmu. Dan bibi juga sudah memilihkan tas keluaran terbaru untukmu," ujar Veronica. Marsha mendelik, maenatap tak percaya. Marsha menelan saliv
Baca selengkapnya

BAB 13 - BERSAMA WILLIAM

Pagi hari, Marsha sudah tiba di kampus. Beruntung lah hari ini dia tidak datang terlambat. Sebenarnya semester ini dia tengah dipusingkan dengan menentukan perusahaan untuk magang. Marsha bisa saja memilih magang di perusahaan keluarganya. Tapi Marsha ingin berusaha sendiri, dan tidak mungkin juga dia magang di tempat William itu adalah hal yang paling Marsha hindari. Jika saja Marsha magang di perushaan William, sudah pasti dirinya akan selalu berdebat dengan pria itu.Kini Marsha duduk disebuah kafe terdekat dengan kampus. Hari ini Marsha sengaja tidak sarapan di rumah, dia lebih memilih untuk sarapan di kampus. Marsha memesan hot chocolate dan sandwich tuna untuknya. Karin yang baru saja tiba di kafe, dia menatap Marsha berada di kafe itu, dengan cepat Karin berjalan menghampiri Marsha. "Masha?" panggil Karin, dia langsung duduk di hadapan Marsha. "Tidak biasanya kau pagi hari ini kafe. Biasanya kau selalu sarapan di rumah.""Karin? Kau datang pagi?" tanya Marsha sembari menikmat
Baca selengkapnya

BAB 14 - FIRST KISS

Menjelang hari pernikahan, William semakin sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan beberapa kali, William berpegian keluar kota. William memang tidak memperdulikan pernikahan ini. Dengan bekerja membuat pikiran William teralihkan dari rasa bersalahnya pada Alice. William duduk di kursi kebesarannya, dia baru saja menanda tangani dokumen yang diberikan Albert. Jika biasanya William selalu membaca dokumen yang diberikan Albert, kali ini Wiliam mempercayakan Albert untuk memeriksa dokumen itu."Tuan," panggil Albert yang kini berada di hadapan William. "Ada apa?" tanya William dingin."Maaf tuan, apa tuan akan berniat berbulan madu? Jika tuan ingin berbulan madu, saya akan menunda jadwal meeting tuan dengan client kita," ujar Albert. William membuang napas kasar. "Tidak, aku tidak akan berbulan madu.""Baik tuan," jawab Albert. CeklekSuara pintu terbuka, William dan Albert mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Terlihat raut wajah kesal William karena ada yang membuka pintu ruang kerjany
Baca selengkapnya

BAB 15 - WEDDING DAY

Marsha mematut cermin, hari ini adalah hari pernikahannya. Rasa gugup dan cemas tentu saja dia rasakan. Tidak pernah pernah ada dipikiran Marsha, dia akan menikah diusia yang masih muda. Terlebih pernikahannya bukan dilandasi oleh cinta, memang William adalah pria yang sangat tampan dan Marsha sangat tahu, dia akan hidup sangat baik ketika menjadi istri William. Hanya saja, impian Marsha adalah menikah dengan pria yang dia cintai dan itu bukan William.Marsha menghela napas dalam, dia kembali mengingat jika pernikahan ini disertai dengan kontrak pernjanjian dengan William. Itu artinya, pernikahannya dengan William hanya sebatas status saja. Kini Marsha telah di make up, Veronica khusus mendatangkan make up artist terbaik dari Russia. Veronica ingin penampilan Marsha hari ini sangat sempurna."Perfect,." ucap Debora make up artist yang baru saja selesai merias wajah Marsha. "Kau sangat cantik Nona Marsha," puji Debora sambil menatap Marsha."Benarkah? Apa ini tidak terlalu tebal?" t
Baca selengkapnya

BAB 16 - PINDAH

Setelah acara pernikahan, William kini membawa Marsha ke mansion yang baru dibeli olehnya. Marsha mengedarkan pandangannya pada mansion mewah milik William. Terlebih berderet koleksi mobil sport milik William yang membuat Marsha menelan salivanya susah payah.‘Ternyata dia sangat kaya,’ batin Marsha."William, kenapa kau membeli mansion untuk kita tinggal sangat besar?" tanya Marsha sambil menatap setiap sudut mansion milik William. Mata Marsha tidak henti menatap mansion milik suaminya ini. Bahkan mansion ini jauh lebih besar dari mansion miliknya."Karena aku menyukai mansion ini," jawab William dingin.Marsha mendengus tak suka. "Tapi kita hanya tinggal berdua, kenapa kita tidak mencari mansion lebih kecil saja?""Kita tidak tinggal berdua, ada pelayan, sopir dan keamanan. Jadi tidak mungkin aku membeli mansion yang kecil." balas William yang malas menanggapi ucapan Marsha."Sudah jangan banyak bertanya! Lebih baik aku antar kau ke kamar." William membawa Marsha ke kamar mereka, ka
Baca selengkapnya

BAB 17 - AFTER WEDDING DAY

Cuaca pagi hari begitu cerah. Marsha sudah lebih dulu terbangun. Hari ini adalah hari pertama Marsha menjadi seorang istri. Tidak hanya itu tapi Hari ini juga merupakan hari pertama Marsha magang di Stefano Group. Marsha memang sengaja memilih untuk langsung magang setelah menikah. Lagi pula, William juga tidak mengambil cuti. William tetap bekerja setelah menikah. Jadi tidak masalah bagi Marsha untuk tidak mengambil libur.Marsha melangkah menuju walk in closet. Dia memilih memakai mini dress berwarna mustard lengan pendek, yang di padukan dengan flat shoes merk Gucci. Ya, semua barang-barang Marsha sudah pasti branded stuff karena memang Veronica membelikan banyak sekali barang-barang merk ternama dunia. Setelah berias, Marsha berjalan menuju ruang makan. Pelayan sudah menyiapkan sarapan untuk Marsha dan juga William, tidak lama setelah Marsha tiba di ruang makan, William juga sudah bersiap berangkat ke kantor."Pagi," sapa Marsha saat masuk ke dalam ruang makan, lalu duduk di samp
Baca selengkapnya

BAB 18 - HARI PERTAMA MAGANG

"P-Pagi Mel maksud ku Tuan Melvin," sapa Marsha. Dia menggigit bibirnya hampir saja dia hanya menyebutkan nama."Selamat Pagi Marsha," balas Melvin sambil tersenyum. "Baiklah, Lauren kau ajak Karin untuk memperkenalkan diri dengan divisi lain, ada hal yang harus aku tanyakan dengan Marsha," ujar Melvin yang sengaja meminta Lauren meninggalkannya."Baik tuan," jawab Lauren, dia membawa karin meninggalkan ruang kerja Melvin. Sedangkan Marsha, kini dia hanya berdua di ruang kerja Melvin. Dia sedikit gugup karena sejak tadi Melvin selalu menatap dirinya."P-Pagi Tuan Melvin," sapa Marsha lagi. "Panggil aku Melvin ketika hanya kita berdua saja di kantor," kata Melvin. Dia lebih nyaman saat Marsha memanggilnya dengan sebutan nama."Tapi itu tidak sopan, kau pemilik perusahaan ini," balas Marsha. "Suamimu bahkan seorang pengusaha yang hebat Marsha. Perusahaan milik suamimu jauh lebih besar dari perusahaanku. Aku sendiri sangat tersanjung ketika Nyonya Geovan magang di perusahaanku. Jadi
Baca selengkapnya

BAB 19 - AWKWARD MOMENT

Marsha turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam rumah. Marsha melirik arloji, kini sudah jam empat sore. Sebelumnya Marsha melihat di halaman parkir rumahnya belum ada mobil yang dipakai William hari ini. Itu artinya William masih belum pulang. Saat tiba di dalam kamar, Marsha melepaskan sepatunya dan duduk di sofa. Seketika mengingat dirinya belum menghubungi Veronica. Marsha langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Mencari kontak Veronica dan menekan tombol hijau untuk menghubungi ibu mertuanya itu. "Mama?" sapa Marsha saat panggilan terhubung."Ya sayang?" Suara lembut Veronica terdengar dari sebrang line, "Mama, maaf mengganggu mama." "Tidak sayang, kau tidak sama sekali mengganggu mama. Ada apa sayang?" "Begini ma, aku ingin berterima kasih pada mama karena mama sudah membelikanku banyak barang. Di walk in closet milikku penuh dengan branded stuff yang di belikan oleh mama. Ini sungguh berlebihan ma, aku tidak enak menerimanya. Sebelum menikah saja mama sudah me
Baca selengkapnya

BAB 20 - MENGANTAR MARSHA

Pagi hari, Marsha tengah bersiap-siap. Marsha memilih memakai mini dress berwarna maroon lengan pendek. Dipadukan dengan wedges berwarna cream yang membuat kaki jenjangnya semakin indah. Setelah selesai berias, Marsha sebenarnya ingin lebih dulu ke ruang makan. Tapi dia memutuskan untuk ke walk in closet milik William, sejak tadi William belum juga selesai. Saat Marsha tibda di walk in closet milik William, Marsha menatap William tengah mengancingkan kemejanya. Pria yang telah menjadi suaminya itu masih belum memilih dasi dan juga arloji.Tidak ingin menunggu lama, Marsha langsung berjalan masuk. Dia memilihkan dasi dan juga arloji untuk William. Pilihan Marsha jatuh pada dasi berwarna navy dan arloji merk Rolex berwarna silver. Seketika William terkejut melihat Marsha membantunya memakai dasi. Dalam hidup William, ini pertama kali ada seorang wanita yang memasang dasi untuknya. Alice kekasihnya saja tidak pernah memakaikan dasi untuknya. Biasanya jika William tidur bersama Alice d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status