“Gak pernah, Dik.”“Bohong.” “Kamu nanya, apa ngajak ribut, sih?” “Nanya, tapi jawaban kamu gak meyakinkan, Mas.” “Ck,” Mas Denis berdecak. “Repot, ya, debat sama cewek. Tanya, dijawab jujur salah. Gak dijawab salah. Apalagi kalau nanti jawabnya bohong, bisa tambah salah,” gerutunya kemudian. Baru setelah mendengar gerutuan itu dari Mas Denis, aku bisa sedikit mempercayai ucapannya. “Jadi beneran, belum pernah sekalipun sama Mbak Indah.”“Belum, Dik. Kenapa emangnya? Aku bukan tipe cowok gila yang tertarik buat begituan di segala tempat.” “Tapi aku mau kamu sedikit gila kalau sama aku,” desisku lirih. “Hah, apa?” tanya Mas Denis entah sungguhan tidak mendengar atau hanya memastikan pendengarannya saja. “Em, enggak, kok, Mas. Gak ada apa-apa,” elakku. Aku memang menginginkan kegilaan Mas Denis sedikit untukku, tetapi aku tahu bukan sekarang waktunya. Mas Denis belum ada rasa denganku. Memintanya berbuat gila tanpa cinta, jelas hal yang mustahil akan dilakukannya. “Dokumennya
Last Updated : 2024-12-01 Read more