Home / Romansa / ISTRI YANG TAK DIAKUI / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of ISTRI YANG TAK DIAKUI: Chapter 71 - Chapter 80

111 Chapters

Serangan mendadak

Eliza langsung menutup telepon dengan tangan gemetar setelah mendapatkan informasi penting tentang rencana penculikan Kelvin. Wajahnya tegang, namun fokus. Dia segera menghubungi anak buah Antonio, memberikan perintah singkat namun tegas untuk melindungi Kelvin dengan segala cara."Ada apa, Eliza?" tanya Diego dari belakang, nada suaranya dipenuhi rasa ingin tahu dan kekhawatiran."Mereka berencana menculik Kelvin," jawab Eliza cepat tanpa menoleh."Kapan ini terjadi? Apa yang kau tahu?" tanya Diego lagi, mencoba memahami situasi.Eliza menatapnya sekilas, matanya penuh ketegangan. "Tidak ada waktu untuk penjelasan panjang! Aku harus pergi sekarang juga!" katanya tegas sambil mengambil tas kecilnya.Dia berlari keluar rumah tanpa menunggu respons dari Diego, langkahnya penuh determinasi. Diego, yang masih kebingungan, segera mengejarnya. "Eliza, tunggu! Apa rencanamu? Setidaknya biarkan aku ikut!"Namun, sebelum Diego berhasil mendekat, Eliza sudah masuk ke dalam mobil hitamnya dan me
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Di rumah sakit

“Dokter! Tolong istriku!” Diego berteriak panik, mendorong brankar Eliza yang penuh luka ke ruang IGD. Nafasnya tersengal-sengal, dadanya berdebar kencang melihat kondisi Eliza yang tidak sadarkan diri.“Bapak tunggu di luar, kami akan segera menangani,” kata seorang perawat sebelum menutup pintu ruangan.Diego terdiam di depan pintu sejenak, masih memegangi kepala sambil menatap kosong. Dengan langkah berat, ia berjalan menuju kursi ruang tunggu dan langsung duduk, mencoba menenangkan dirinya yang tidak karuan. Tangannya mengepal erat, berusaha meredam emosi yang campur aduk.“Yoona…” gumamnya lirih sambil menggelengkan kepala. Ia tak habis pikir, bagaimana wanita yang dulu begitu memikat hatinya bisa berubah sebrutal ini. “Bagaimana aku bisa terlibat dengan orang seperti dia?” Diego bertanya pada dirinya sendiri, rasa sesal bercampur marah menghantam pikirannya.Pikirannya lalu teralih ke Miko. Anak kecil itu, dengan senyum cerianya yang selalu mengingatkan Diego akan sesuatu yang t
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Omong kosong

Sesampainya di rumah Renzo, Diego langsung mengetuk pintu dengan keras, tidak sabar menunggu. Ketukan demi ketukan, hingga akhirnya pintu terbuka. Renzo dan Isabel berdiri di sana, menatap Diego dengan tatapan heran."Diego?" Renzo mengangkat alis. "Ada apa kau datang malam-malam begini?"Diego menarik napas dalam, mencoba menahan emosinya. "Aku nggak akan basa-basi. Aku datang untuk memperingatkanmu."Renzo menyilangkan tangan di dadanya, sikapnya santai tapi penuh sinis. "Peringatan apa? Kau pikir aku peduli?"Diego mendekat, menatap tajam. "Ada yang berencana menculik putramu."Renzo tertawa pendek, nadanya penuh ejekan. "Aku pikir cuma istrimu yang aneh, ternyata kau juga ikut-ikutan delusional."Diego langsung mengepalkan tangan, menahan amarahnya. "Hati-hati bicaramu, Renzo."Renzo mendekat, menatap Diego tanpa rasa takut. "Kalau kau cuma mau omong kosong seperti ini, lebih baik kau pergi. Aku nggak percaya satu pun kata-katamu."Diego mendekat lebih lagi, suaranya mulai meningg
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Skandal

Di ruang rawat Eliza, suasana terasa tenang, hanya suara televisi yang menayangkan berita terkini mengenai skandal besar yang sedang menggemparkan masyarakat. Antonio duduk di kursi dekat ranjang, menatap layar dengan ekspresi serius.“Berita ini semakin liar,” gumam Antonio sambil melirik Eliza, yang terlihat santai bersandar di bantal.Eliza hanya tersenyum tipis, matanya berbinar penuh kemenangan. “Biarkan saja. Semakin mereka banyak bicara, semakin sulit bagi mereka untuk menyembunyikan kebenaran.”Antonio mengangguk pelan. “Tapi, kau tahu, Eliza, berita ini juga menyeret namamu. Banyak yang tidak percaya, orang jujur seperti letnan Quenza bisa terlibat skandal besar."Eliza tertawa kecil. “Itu bagian dari permainan, Antonio. Bukankah aku sudah mati sebagai letnan Quenza? Sekarang aku, Eliza. Tidak perduli dengan nama besar, yang terpenting putraku aman."Ketika nama besar seperti aku terlibat, semua orang akan memperhatikan. Dan saat perhatian itu tertuju, kebenaran yang sebenarn
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Sama sama bingung

Sementara itu, Eliza yang tak sabar menunggu di rumah sakit memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Meski harus dibantu tongkat, langkahnya mantap menuju rumah.Sesampainya di rumah, Eliza tertegun melihat Diego duduk di sofa. Wajahnya lebam, sudut bibirnya pecah, dan ada noda darah kering di kausnya. Pemandangan itu membuat Eliza mengerutkan kening."Diego?" panggilnya, suara Eliza terdengar cemas.Diego membuka matanya yang tampak lelah. Dia mengangkat kepalanya perlahan dan menatap Eliza dengan ekspresi kaget bercampur khawatir."El? Kenapa kau pulang? Bukankah dokter menyuruhmu istirahat di rumah sakit?" tanyanya sambil segera berdiri dan memapah Eliza duduk di kursi.Eliza menghela napas, mencoba mengabaikan rasa nyeri di kakinya. "Aku tidak tahan hanya berbaring di sana. Banyak yang harus aku lakukan, Diego. Kelvin—""Kelvin baik-baik saja," potong Diego, suaranya terdengar tegas. "Kau seharusnya memikirkan kesehatanmu dulu."Eliza menatap Diego lekat-lekat. "Aku bisa menjaga
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Kebenaran tentang Miko

Eliza mematung di depan pintu kamar Miko, menatap Diego yang duduk di tepi ranjang sambil memegang sebuah foto kecil di tangannya. Wajahnya tampak lelah, dan matanya memerah, seolah dia baru saja menangis. Diego tidak menyadari kehadiran Eliza sampai suara langkah kakinya memenuhi ruangan."Kau rindu Miko?" tanya Eliza lembut sambil melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. Ia mendekati Diego dengan hati-hati.Diego menggelengkan kepala pelan tanpa menatap Eliza. "Bukan itu," gumamnya, suaranya hampir tak terdengar."Lalu kenapa kau menangis?" Eliza duduk di sampingnya.Diego terdiam beberapa saat, seolah mencoba menata pikirannya. Akhirnya, ia menyerahkan sebuah amplop kepada Eliza dengan tangan gemetar. "Ini...," ucapnya pelan.Eliza membuka amplop itu dan menemukan hasil tes DNA di dalamnya. Dahinya berkerut saat membaca dokumen itu, kemudian matanya membelalak. "Ini... hasil tes DNA Miko dan aku?" tanyanya bingung.Diego mengangguk lemah. "Selama ini, aku telah ditipu Yoona,"
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Miko di culik

Eliza berdiri di depan gerbang rumah Yoona, napasnya terengah-engah setelah berlari mengejar Diego. Ketegangan semakin memuncak saat matanya menangkap sosok Diego yang tengah memeluk Miko dengan erat. Miko, yang tampak ketakutan, dibalut dalam pelukan Diego yang penuh kecemasan.Namun, para penjaga rumah Yoona, yang nampak siap menghadapi situasi ini, segera menghampiri Diego. Mereka memukulnya dengan kasar, berusaha memaksanya menjauh dari Miko. Diego berusaha bertahan, tidak peduli dengan pukulan itu. Mata Eliza tajam menatap adegan itu, perasaan marah dan khawatir bercampur dalam hatinya."Diego!" teriak Eliza, berlari menghampiri mereka dengan cepat.Diego, yang mendengar suara Eliza, sejenak menoleh. Namun satu pukulan telak tepat di dada Diego, membuat ia jatuh tersungkur.Eliza tidak bisa tinggal diam, ia maju menghadapi anak buah Yoona.Satu persatu musuh terpental terkena pukulan Eliza."Kalian cari mati!" Pekik Eliza sambil menodongkan senjata api ke arah mereka semua, matan
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Kebakaran

"Apa yang teerjadi?" tanya Eliza dengan cemas, matanya terfokus pada kerumunsn orang, dan pemadam kebakaran. Asap tebal membumbung tinggi ke langit.Diego memandang lebih dekat dan wajahnya berubah pucat. "Eliza, rumah kita kebakaran!" teriaknya, suaranya penuh panik.Eliza menepikan mobilnya di tepi jalan, dan tanpa berpikir panjang, mereka bergegas keluar dari dalam mobil. Keduanya berjalan tergesa-gesa menyingkirkan kerumunan orang yang menghalangi jalan.Keduanya tertegun, menatap rumahnya yang sudah menjadi puing-puing reruntuhan."Rumah kita, El." Diego mengusap wajahnya pelan."Mereka selangkah lebih maju," jawab Eliza singkat. Ia sudah tahu, siapa pelakunya."Sekarang kita tidak punya apa-apa lagi, Eliza." Eliza diam tak menjawab, matanya kosong menatap asap tebal yang masih menyelimuti rumahnya yang terbakar habis oleh api, yang telah menghanguskan segalanya. "Diego, maafkan aku," ucap Eliza. "Semuanya salahku."Diego memegang bahu Eliza, mencoba memberi kekuatan pada dirin
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Kelvin di culik

“Siapa yang marah-marah di telepon tadi?” tanya Diego, memperhatikan ekspresi serius Eliza.“Renzo,” jawab Eliza singkat, menurunkan telepon dari telinganya.“Kenapa dia?” Diego menyipitkan mata, penasaran.“Dia bilang ada hal penting yang harus dibicarakan denganku,” Eliza menjelaskan sambil menghela napas.Antonio, yang duduk di sudut ruangan, mendengar percakapan itu. “Suruh saja dia datang ke sini. Lebih aman kalau kita bicara di sini.”Eliza mengangguk, lalu kembali menempelkan telepon ke telinganya. “Renzo, datang ke rumah Antonio. Kita bicara di sini.”Setelah menutup telepon, Diego memiringkan kepala. “Apa menurutmu ini soal Victor atau Yoona?”Eliza mengangkat bahu. “Aku belum tahu, tapi kalau Renzo sampai menelpon dengan nada seperti itu, pasti ada yang mendesak.”“Baiklah,” kata Antonio. “Kita tunggu dia. Sambil menunggu, kita bisa mulai menyusun rencana.”Diego hanya diam, tampak berpikir, sementara Eliza berusaha menenangkan pikirannya yang mulai dipenuhi berbagai kemungk
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Renzo menghilang

Renzo berjalan perlahan menuju tepi jalan raya, mencoba menghilangkan rasa suntuk yang menguasainya. Tanpa ia sadari, Diego mengikuti dari kejauhan, memperhatikan dengan diam-diam.Renzo berhenti di depan mobilnya, lalu duduk di kap mobil. Ia menatap ponselnya yang tergeletak di tangan, pandangannya kosong.“Kelvin, anakku...” gumamnya pelan, suaranya bergetar. “Papa harap kau baik-baik saja di manapun kau berada.”Renzo menghela napas panjang. Ia menatap ke arah langit yang mulai gelap, seperti berbicara kepada seseorang yang tidak terlihat.“Quen... sejak kau pergi, semuanya berantakan. Tidak ada yang baik-baik saja. Aku... aku bahkan tidak bisa menjalani hari tanpa memikirkanmu.”Diego, yang berdiri tak jauh, mendengar gumaman Renzo. Ia maju perlahan, lalu berbicara, mencoba memecah keheningan.“Kau masih mencintainya, ya?” tanya Diego, suaranya datar namun sarat makna.Renzo menoleh, sedikit terkejut. “Apa yang kau lakukan di sini? Menguping?”Diego mengangkat bahu. “Aku hanya mem
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status