Home / Romansa / ISTRI YANG TAK DIAKUI / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of ISTRI YANG TAK DIAKUI: Chapter 41 - Chapter 50

111 Chapters

Pertemuan penjahat kelas kakap

Victor, ketua Black Mamba, duduk di ruang kerjanya yang megah namun suram. Dinding ruangan dihiasi lukisan abstrak bernuansa gelap, sementara meja kayu besar di depannya dipenuhi dokumen dan segelas wiski yang hampir kosong. Suasana tenang dipecahkan oleh ketukan pintu."Masuk," perintah Victor dengan suara rendah dan dingin.Pintu terbuka, dan Komisaris John melangkah masuk. Pria paruh baya itu mengenakan jas hitam rapi, namun sorot matanya yang tajam menunjukkan ada hal mendesak yang membebani pikirannya."Victor," sapa John sambil menutup pintu dengan hati-hati. "Kau terlihat terlalu santai untuk situasi sebesar ini."Victor tersenyum tipis, menunjuk kursi di depannya. "John, kau selalu dramatis. Duduklah dan katakan apa yang membuatmu datang malam-malam begini."John duduk tanpa basa-basi, meletakkan topinya di atas meja. Ia menghela napas, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. "Kasus lama itu... kasus Letnan Quenza. Kau tahu? Itu sedang diungkit lagi."Senyum Victor langsung memu
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Misteri Quenza.

Komisaris John pulang ke rumahnya yang megah di kawasan elite. Begitu masuk ke ruang tamu, dia disambut oleh raut wajah kesal putrinya, Isabel, yang duduk di sofa.John melepas jasnya dan menggantungnya di dekat pintu. "Ada apa dengan wajahmu, Sayang? Siapa yang membuatmu kesal?" tanyanya dengan nada penuh perhatian, seperti biasa ketika menghadapi putrinya.Isabel mendesah keras, lalu menjentikkan rambutnya ke belakang dengan gerakan dramatis. "Papa, aku benar-benar tidak tahan lagi. Wanita itu... wanita bernama Eliza. Dia mengganggu hidupku!" John, yang tadinya hendak melangkah ke dapur untuk mengambil minuman, mengurungkan niatnya. Wajahnya berubah serius. Ia berjalan mendekati Isabel dan duduk di sebelahnya di sofa. "Eliza, kau bilang? Ceritakan lebih banyak. Apa yang dia lakukan padamu?" tanyanya sambil menatap putrinya dengan penuh perhatian.Isabel mengerutkan alisnya, jelas terganggu. "Dia muncul di rumah Renzo, Papa. Entah dari mana, seperti hantu! Kelvin jadi lengket padany
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Manipulatif

Victor datang ke rumah Diego dengan langkah penuh perhitungan. Pintu terbuka dengan gesekan halus, dan di hadapannya berdiri Eliza, mengenakan ekspresi yang sulit dibaca. Kali ini, dia tahu Diego tidak ada di rumah, memberikan Victor kesempatan untuk masuk tanpa gangguan."Kau datang lagi," ujar Eliza, suaranya datar, tetapi ada rasa tajam yang terkandung dalam kata-katanya.Victor tersenyum ramah, meski di balik senyum itu, ada ketegangan yang tertahan. "Nyonya Eliza, saya ingin bertemu dengan Yoona," jawabnya sopan, namun penuh makna.Eliza mendengus, nada suaranya dingin dan tajam. "Sudah sepantasnya kau bawa putrimu yang tak tahu malu itu," sindirnya tanpa berpikir panjang.Victor tetap tenang dan melangkah masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Eliza yang tampak tidak senang, namun tak menghalangi. "Ini rumahku, anda bisa keluar sekarang!" kata Eliza, suaranya sedikit meninggi, mencoba menegaskan dominasi.Victor menatapnya dengan senyum miring yang seolah mengandung tawa yang tersem
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Kedatangan Daniel

Pagi itu, matahari baru saja naik ketika Daniel memasuki gedung perusahaan besar milik Renzo. Dengan langkah mantap, dia membawa sebuah map tebal di tangannya, ekspresinya penuh tekad. Daniel meminta untuk bertemu Renzo, dan meskipun awalnya Renzo enggan menerima tamu di jam kerja, asistennya menyebut nama Letnan Quenza. Nama itu menghentikan Renzo sejenak.“Bawa dia masuk,” perintahnya singkat.Tak lama kemudian, Daniel berdiri di depan Renzo, mengulurkan tangan. "Pak Renzo, terima kasih sudah mau meluangkan waktu. Saya Daniel, sahabat Letnan Quenza sekaligus rekan kerjanya di divisi yang sama."Renzo tak menyembunyikan raut dingin di wajahnya. "Apa yang kamu inginkan?" tanyanya tanpa basa-basi, tangannya terlipat di dada.Daniel menatap Renzo serius. "Saya mau membicarakan sesuatu yang sangat penting. Saya sedang membuka kembali kasus kematian Letnan Quenza. Saya yakin, dia adalah korban konspirasi besar, dan—""Berhenti." Suara Renzo memotong tajam, membuat Daniel terdiam. Mata Ren
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Tipu daya Isabel

Isabel berdiri di ambang pintu kamar Kelvin, memperhatikan bocah kecil itu yang tengah duduk di kursi, menatap ke luar jendela dengan pandangan kosong. Ada sesuatu dalam ekspresi Kelvin yang membuat Isabel menarik napas panjang, seolah menyusun rencana di kepalanya.Dengan senyum manis yang tampak dibuat-buat, Isabel melangkah masuk. "Kelvin," panggilnya dengan suara lembut. "Apa yang sedang kamu pikirkan?"Kelvin menoleh perlahan, wajah polosnya menunjukkan sedikit kebingungan. "Tidak apa-apa, Tante Isabel. Aku cuma melihat burung di pohon itu."Isabel tersenyum, lalu jongkok di hadapan Kelvin, agar bisa menatapnya langsung. "Kau pasti bosan di dalam kamar terus, ya? Bagaimana kalau kita pergi ke taman bermain? Tante bisa mengajakmu main ayunan atau perosotan."Mata Kelvin berbinar, antusiasme mulai tumbuh di wajah kecilnya. "Benarkah, Tante? Kita bisa pergi sekarang?""Tentu saja," jawab Isabel sambil mengusap lembut kepala Kelvin. "Tapi kau harus berjanji akan menjadi anak yang man
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Fitnah

Renzo berdiri di samping ranjang rumah sakit, menatap tubuh kecil Kelvin yang terbaring lemah dengan perban melilit di keningnya. Wajah putranya pucat, napasnya terdengar pelan, membuat dada Renzo terasa sesak. Ia mengepalkan tangannya, lalu menoleh ke arah Isabel yang berdiri di pojok ruangan dengan kepala tertunduk."Jelaskan padaku, Isabel!" Renzo berkata dengan suara bergetar, campuran antara amarah dan kesedihan. "Bagaimana ini bisa terjadi?!"Isabel mengangkat wajahnya, matanya merah seperti habis menangis. Ia mengambil napas dalam, dan mulai memberikan penjelasan palsu. "Renzo... aku benar-benar minta maaf... Ini semua salahku."Renzo melangkah maju, sorot matanya tajam menusuk. "Salahmu? Maksudmu apa? Kau janji akan menjaga Kelvin, Isabel! Kau tahu dia segalanya bagiku!"Isabel mulai menangis, air matanya mengalir deras di pipinya. "Aku tidak tahu, Renzo! Aku hanya meninggalkannya sebentar... ada panggilan telepon penting... Aku tidak sadar kalau Eliza tiba-tiba membawa Kelvin
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Teror

Di sudut kafe yang tenang, Daniel dan Eliza duduk berhadapan. Suara pelan obrolan pengunjung lain bercampur dengan aroma kopi segar. Daniel menatap Eliza serius, mencoba membaca ekspresi wanita di depannya."Eliza," Daniel memulai dengan nada hati-hati, "apakah kamu bisa mengingat sesuatu atau punya ingatan tentang Letnan Quenza?"Eliza menghela napas dalam-dalam, mencoba mengurai kekacauan di pikirannya. Matanya tampak menerawang jauh, berusaha merangkai kepingan-kepingan mimpi yang terus membayangi."Aku coba," katanya akhirnya, suara sedikit bergetar. "Tapi aku kesulitan. Entah mengapa, aku tidak pernah bermimpi lagi. Tapi..." Eliza berhenti sejenak, menatap meja di depannya, lalu menatap Daniel penuh keyakinan. "Aku merasa... akulah Quenza."Daniel menegakkan tubuh, keningnya berkerut. Kata-kata itu menggantung di udara, menyisakan kebisuan yang berat. Ia terdiam cukup lama, antara percaya dan tidak. Namun, semua keterangan yang pernah diberikan Eliza, detail-detail kecil yang ia
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Kau bukan suamiku

Sesampainya di rumah, Diego membanting pintu dengan amarah yang meledak-ledak. Ia menatap Eliza dengan tatapan tajam, suaranya meninggi."Kau pikir kau bisa bertingkah seperti wanita jalang? Mendekati Daniel, dan sekarang mengganggu Renzo!" bentaknya.Eliza, yang masih berdiri dengan tenang, menatap Diego dingin. "Apa buktinya?" tanyanya tajam.Diego menggeram, melangkah mendekat hingga wajahnya hampir sejajar dengan Eliza. "Baru saja Renzo datang ke rumah. Kau mencelakai putranya hanya untuk mendapatkan perhatian darinya! Apa kau sudah gila?!"Eliza tersentak mendengar tuduhan itu, tetapi dia tidak mundur. "Jaga mulutmu, Diego. Renzo adalah suamiku, sementara kau? Kau bukan siapa-siapa bagiku!" teriaknya lantang.Diego terpaku, matanya membelalak marah. "Apa yang kau katakan? Aku ini suamimu, bukan Renzo! Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?!"Eliza mendekat, menantang Diego dengan penuh keberanian. "Percaya atau tidak, aku tidak peduli! Kau tidak akan pernah bisa memaksaku untuk t
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Eliza sudah gila

"Diego! Buka pintunya sekarang!" Eliza berteriak sambil menghantam pintu kayu sekuat tenaga. Napasnya memburu, tangannya mulai memerah, tapi ia tidak peduli."Diego! Kalau kau tidak buka pintu, aku bersumpah akan menghancurkan semuanya!" teriaknya lagi, suaranya pecah oleh amarah.Dari luar, Diego menjawab dengan nada tajam, "Aku tidak akan membiarkanmu keluar, Eliza! Kau hanya akan membuat masalah lagi. Apa kau mau lari ke Daniel, pria yang sama gilanya denganmu?""Diego, kau tidak mengerti!" Eliza memukul pintu lebih keras, hampir putus asa. "Kelvin, anakku, dia dalam bahaya! Aku harus keluar sekarang!"Diego tertawa sinis, meskipun matanya menyiratkan kebingungan. "Kelvin? Anak yang mana, hah? Kau bahkan tidak punya anak, Eliza! Apa kau benar-benar sudah kehilangan akal?"Eliza berhenti sejenak, suaranya gemetar, tapi tekadnya tetap kuat. "Kau tidak akan pernah mengerti, Diego. Tapi aku tahu, Kelvin adalah anakku. Aku bisa merasakannya. Dan aku tahu dia membutuhkan aku!"Diego meng
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Rintangan

Daniel sudah bekerja keras selama berbulan-bulan, menyelidiki keterlibatan Letnan Quenza dengan Black Mamba. Namun, tidak ada bukti yang mengarah pada pembelotan Quenza. Penyelidikannya justru berhenti di Viktor, Komisaris John, dan beberapa anggota dewan pemerintah kota.Sebuah konspirasi besar tengah dijalankan dalam senyap. Siapa pun yang mencoba mengungkap kebenarannya, taruhannya adalah nyawa. Daniel yakin Letnan Quenza bukanlah pengkhianat, melainkan korban dari sistem yang korup."Aku harus menemui Eliza. Dia pasti tahu sesuatu tentang ini," gumam Daniel sambil mengetukkan jarinya ke meja.Di dalam ruang kerjanya yang kecil, Daniel mengumpulkan semua dokumen yang telah dia telusuri. Wajahnya terlihat letih, tapi tekadnya masih membara. Sebuah suara tiba-tiba memecah keheningan—atasannya, Kapten Mahendra, muncul di depan pintu."Daniel, aku dengar kau masih terus mengorek kasus Quenza," ujar Kapten Mahendra, nada suaranya dingin.Daniel menoleh. "Saya hanya ingin kebenaran, Pak.
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status