Home / Romansa / ISTRI YANG TAK DIAKUI / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of ISTRI YANG TAK DIAKUI: Chapter 21 - Chapter 30

111 Chapters

Siapa aku?

Eliza duduk di depan cermin, menatap pantulan wajahnya yang terlihat asing baginya. Jari-jarinya yang kurus, perlahan menyentuh pipinya yang tirus, terlihat lingkaran hitam di sekitar matanya."Eliza?" ucapnya pelan. "Benarkah itu namaku?" Ia memejamkan matanya sesaat, mencoba mencari kepingan ingatan yang hilang."Benarkah, ini aku? tanyanya kembali memandang wajahnya di cermin. "Kalau memang aku, Eliza. Lantas siapa, Quenza?"Quenza, satu nama yang selama ini mengganggu pikirannya. Setiap saat selalu muncul di ingatannya dalam mimpi ataupun terjaga. "Quenza.." gumamnya pelan. Selama ini, ia selalu berusaha untuk menerima bahwa dirinya adalah Eliza, seperti yang orang orang sebutkan.Tetapi hatinya selalu menolak, ia merasa bahwa Eliza bukanlah namanya. Hanya satu nama, yang bisa ia terima, Quenza. "Quenza, aku yakin itu namaku. Mungkin ada alasan lain mengapa mereka memanggilku, Eliza." Eliza menarik napas panjang, ia mencoba untuk meyakinkan dirinya meski ada keraguan. Eliza, nam
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Pura-pura bodoh.

Eliza tersadar dari pingsannya, tangannya refleks memegang kepala yang terasa berdenyut hebat. Matanya menyapu ruangan, berhenti pada sosok Diego dan Yoona yang berdiri di tepi ranjang, menatapnya."Apa yang terjadi padamu?" tanya Diego, suaranya terdengar datar saat ia duduk di tepi tempat tidur.Eliza mengangkat tangannya, menunjuk Yoona dengan tatapan penuh amarah. "Dia! Semalam dia membawa pria asing ke kamarnya!" Nafasnya memburu, mencoba mengendalikan emosi. "Pria itu memukulku, Diego!"Diego menoleh pada Yoona, alisnya terangkat, meminta penjelasan tanpa kata.Yoona tersenyum tipis, seperti mencoba menenangkan situasi. "Sayang, kau tak perlu terlalu tegang. Mungkin Eliza hanya salah paham.""Sayang?" Eliza memotong, suaranya dingin dan tajam. "Artinya, kalian memang punya hubungan lebih dari sekadar teman, bukan?"Diego menghela napas, wajahnya seolah berusaha menyembunyikan sesuatu. "Eliza, kau terlalu lelah. Jangan tambah beban pikiranmu dengan hal-hal yang tidak penting."El
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Ilusi

Bab 24 Ilusi?Keesokan harinya, ketika suasana rumah benar-benar sepi, Eliza pergi meninggalkan rumah, tanpa sepengetahuan siapa pun. Ia memutuskan untuk menuju kantor polisi tempat Daniel bekerja. Ada banyak pertanyaan yang membebani pikirannya, dan hanya Daniel yang mungkin memiliki jawaban.Saat mobil berhenti di halaman kantor polisi, Eliza turun perlahan. Kakinya terasa berat, seolah ragu untuk melangkah lebih jauh. Ia berdiri di sana sejenak, memejamkan mata, mencoba mengatur napas yang terasa memburu. Namun, tiba-tiba sebuah kilasan ingatan melintas di benaknya—sesuatu yang samar tapi nyata, seolah ia pernah berada di tempat ini sebelumnya."Dejavu... atau hanya ilusi?" gumamnya, membuka matanya perlahan. Matanya menatap liar ke sekitar kantor polisi, lalu melangkahkan kakinya menuju pintu utama kantor polisi.Namun, saat ia membuka pintu, langkahnya terhenti. Pandangannya terpaku pada pemandangan di dalam kantor. Suara dering telepon yang bersahutan, petugas polisi yang berlal
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Letnan Queenza

"Eliza?"Eliza terlonjak kaget, tubuhnya berbalik dengan cepat. Di hadapannya, Daniel sudah berdiri, menatapnya dengan ekspresi hangat yang penuh perhatian."Daniel? Kau mengagetkanku saja!" rutuk Eliza sambil memegang dadanya yang masih terasa berdegup kencang.Daniel tersenyum tipis, sedikit merasa bersalah. "Maaf, tadi aku sedang menghadiri peringatan kematian beberapa rekan seniorku," jelasnya dengan nada serius, mencerminkan kesedihan yang terselip di balik ucapannya."Pantas saja aku menunggumu lama sekali," balas Eliza, suaranya sedikit kesal namun tidak benar-benar marah."Maaf..." ucap Daniel lagi, kali ini lebih tulus. Ia mengusap belakang lehernya, seolah mencoba meluruhkan ketegangan yang muncul. "Tapi ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu. Ayo ikut aku," katanya sambil memberi isyarat agar Eliza mengikutinya.Tanpa menunggu jawaban, Daniel mulai berjalan menuju ruangannya. Eliza, meski sedikit bingung dengan maksudnya, memutuskan untuk mengikuti langkah pria itu, ra
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Di kafe

Di dalam mobil, suasana hening menyelimuti perjalanan. Daniel dan Eliza sama-sama larut dalam pikirannya masing-masing. Hanya suara mesin mobil yang terdengar di antara mereka.Tiba-tiba, Eliza memecah keheningan. "Aku tidak mau pulang dulu," katanya pelan.Daniel meliriknya sekilas sambil tetap fokus mengemudi. "Mau kemana?" tanyanya singkat."Entahlah..." jawab Eliza. Ia sendiri bingung mau kemana.Daniel menghela napas panjang. Sepertinya dia mengerti bahwa Eliza butuh waktu untuk menenangkan pikirannya. Setelah beberapa detik berpikir, ia melontarkan sebuah usulan."Kalau kita berhenti di kafe untuk minum kopi? Bagaimana menurutmu?" Tanya Daniel.Eliza menoleh, memandang Daniel sejenak, lalu mengangguk pelan. "Oke, itu ide bagus," jawabnya dengan suara yang lebih tenang.Daniel tersenyum tipis. Ia segera membelokkan mobil menuju sebuah kafe kecil yang tampak nyaman di sudut jalan. Mungkin secangkir kopi bisa membantu mengurai kebingungan di kepala Eliza, dan memberi mereka waktu u
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Rumit

"Eliza!!"Daniel berteriak sambil berlari mengejar Eliza yang berlari menuju tepi jalan raya."Eliza!"Namun, Eliza sudah terlalu jauh. Daniel menghentikan langkahnya, mengatur napas sejenak, sebelum memutuskan kembali ke kafe. Ia segera menuju mobilnya yang terparkir.Renzo, yang berdiri di ambang pintu kafe, menyaksikan semua itu dengan tatapan bingung."Ada apa dengan wanita itu..." gumamnya pelan.Sementara itu, Eliza terus berlari hingga tiba di sebuah taman. Ia duduk di bangku, napasnya tersengal, dan air mata mulai mengalir tanpa sebab. Ia memegangi dadanya yang terasa nyeri, mencoba mengendalikan emosi yang tak terbendung."Ada apa denganku..." bisiknya lirih, suaranya bergetar. "Kenapa semua ini terasa begitu menyakitkan...."Dia menangis tanpa suara, sesak di dada bercampur kebingungan yang sulit dijelaskan.Plok... plok... plok.Eliza mengangkat wajah, matanya tertuju pada Yoona yang berdiri tak jauh darinya, bertepuk tangan dengan senyum penuh ejekan."Kau menangis?" tanya
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bukan Eliza yang dulu

Bab 28 Bukan Eliza yang dulu."Kalian akan membayarnya!" teriak Eliza saat Yoona dan Jasmina menenggelamkan wajahnya ke dalam bak mandi.Air dingin mengalir masuk ke hidung dan mulut Eliza, membuatnya tersedak, namun ia tetap bertahan. Sesekali, pandangannya terarah ke Diego, yang hanya berdiri mematung di ambang pintu kamar mandi, tanpa melakukan apa-apa. Tatapan Eliza penuh dengan kebencian dan kemarahan yang terpendam."Baiklah," gumam Eliza dalam hati, "aku ingin tahu apa yang sebenarnya telah kalian lakukan padaku selama ini."Setelah puas menyiksa, Yoona melepaskan cengkeramannya, menghempaskan tubuh Eliza ke lantai basah dengan kasar."Aku harap, setelah ini ingatanmu pulih," ujar Yoona sambil menyeringai.Eliza, yang terbaring sejenak, tiba-tiba mengangkat wajahnya. Ia tersenyum menyeringai, senyuman yang membuat Yoona dan Jasmina mundur selangkah tanpa sadar. Mereka tidak bisa mengabaikan perubahan di matanya.Dulu, Eliza selalu merengek dan memohon ampun. Tapi kali ini? Tida
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Butuh paranormal?

Eliza masih tertidur pulas akibat pengaruh obat bius. Wajahnya tampak tenang, tenggelam ke dalam dunia mimpi yang selama ini menghantuinya.Eliza merasa tubuhnya ringan, seperti terseret oleh cahaya putih dan terjatuh, tepat di tengah medan pertempuran, suara benturan, jeritan, dan debu berterbangan di udara. Di sana, ia melihat sosok yang sudah sering muncul dalam mimpinya, seorang wanita dengan tubuh berlumuran darah, melambaikan tangan padanya."Kau, siapa?" tanya Eliza, berjalan perlahan mendekati wanita itu.Wanita itu mengangkat wajahnya, penuh luka tetapi dengan tatapan penuh tekad. "Aku... aku adalah kamu...""Tidak! Kau bukan aku!" Eliza mundur beberapa langkah, tubuhnya gemetar ketakutan saat wanita itu—Quenza—berusaha bangkit, meski tubuhnya jelas terluka parah. Dengan langkah tertatih, Quenza berjalan mendekat."Jangan mendekat!" teriak Eliza panik, memeluk tubuhnya sendiri seolah mencoba melindungi diri.Quenza terus berjalan, darah menetes dari tubuhnya, tetapi matanya t
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Kebingungan

Lihatlah dia! Pulang ke rumah seperti tak ada yang terjadi!" seru Yoona, menunjuk ke arah Eliza. Nada bicaranya tajam, menusuk, seperti racun yang sengaja dituangkan untuk memanaskan suasana. Diego, yang sudah gelisah sejak tadi, akhirnya tidak mampu menahan emosinya."Apa maksudmu?" tanya Eliza. la melangkah mendekat, matanya menatap lurus ke arah Yoona."Diego mencarimu ke mana-mana seperti orang gila! Dan kau? Kau malah asyik bersenang-senang dengan detektif gila itu!" tuduh Yoona tanpa ragu, senyumnya sinis. Kata-katanya tajam, seolah ingin merobek harga diri Eliza."Jaga bicaramu!" Eliza memperingatkan, nadanya naik satu tingkat, tapi tetap berusaha menahan diri.Namun sebelum ia bisa melanjutkan, plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya, membuat ruangan langsung hening. Eliza terdiam, menatap Diego dengan tatapan tak percaya."Kau yang diam!" bentak Diego, suaranya menggema di ruangan. "Kau memang pantas ditampar! Bahkan aku seharusnya sudah menceraikanmu sejak lama! Dasa
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Memori yang terpendam.

Diego berpamitan kepada Jasmina pagi itu, wajahnya tampak lelah. "Mama, tolong jaga Eliza baik-baik selama aku keluar kota. Ini cuma dua hari, aku tidak mau ada masalah saat aku kembali."Jasmina tersenyum lembut, berusaha tampak penuh kasih sayang. "Tenang saja, Nak. Eliza akan baik-baik saja di rumah. Mama akan memastikan dia tidak kekurangan apa pun."Diego mengangguk, merasa yakin. Namun, begitu mobilnya meninggalkan halaman, Jasmina langsung wajahnya berubah dingin. la melangkah ke ruang keluarga di mana Casandra dan Yoona sudah menunggunya."Kita lakukan sekarang," kata Jasmina.Casandra, adik Diego, menyeringai. "Sudah waktunya dia tahu tempatnya."Yoona melipat tangan di dada, senyum sinis menghiasi wajahnya. "Pastikan dia tidak bisa melawan. Aku sudah membawa sesuatu untuk membungkam mulutnya."Tanpa membuang waktu, ketiganya menuju kamar Eliza. Jasmina memutar kunci dan mereka bertiga masuk, mengunci pintu dari dalam. Eliza, yang sedang duduk di tepi ranjang, menatap mereka
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more
PREV
123456
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status