Home / Romansa / Milyader, Mari Bercerai / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Milyader, Mari Bercerai: Chapter 151 - Chapter 160

210 Chapters

Bab 151

Sudut pandang Bella:Aku mengernyit, merasa jijik saat melihat nama penelepon. Apa yang dia inginkan? Kenapa dia meneleponku? Pikirku dengan kesal. Mengapa aku masih menyimpan kontaknya di ponselku?Aku menatap lurus ke depan, tatapanku terpaku pada wajah-wajah tersenyum orang-orang yang baru saja keluar dari gerbang. Karena dia terus meneleponku tanpa henti, aku memutuskan untuk mengangkat panggilan sialan itu."Apa yang kamu inginkan?" jawabku dengan dingin."Halo, bestie. Lama nggak bertemu ya?"Aku mendengus, si idiot ini berbicara seolah-olah kami masih berteman. Bahkan, apa dia benar-benar pernah menjadi temanku? Dia selalu mengaku bahwa dia membenci Sydney demi aku, tetapi sepanjang waktu dia hanya mengincar pria yang aku inginkan."Apa yang kamu inginkan, Sandra?" ucapku dengan geram sambil menggenggam benda yang ada di kantong jumpsuit jeans longgarku. Betapa kesalnya aku hanya dengan mendengar suaranya, jika dia berdiri di depanku, aku tidak akan ragu untuk menggunakan benda
Read more

Bab 152

Hari ini adalah hari yang dijadwalkan untukku bertemu dengannya. Aku memeriksa diriku di cermin, tersenyum lebar pada pantulanku sambil memastikan pakaian dan segala hal lainnya tidak melanggar kebijakan penjara.Aku memanggil taksi dan memberi tahu sopir tujuanku. Sopir itu memandangku, namun tidak mengatakan apa-apa.Setibanya di sana, aku diarahkan ke ruang tunggu dan diminta untuk menunggu di sana. Ada beberapa orang lain yang juga datang untuk menemui salah satu narapidana. Selama sekitar dua puluh menit, aku memperhatikan sekitar, perlahan merasa lelah sampai seorang polisi datang dan memanggil nama terakhir dari orang yang akan dipertemukan.Aku sontak berdiri saat mendengar polisi yang sama memanggil nama belakang Isaac. Aku memaksakan senyuman di wajahku saat aku mendekati ruang kunjungan. Ada meja kecil di tengah ruangan dengan dua kursi di setiap sisi."Dua puluh menit," ucap polisi itu sambil berjalan menjauh beberapa langkah.Pada menit-menit awal, Isaac dan aku hanya sali
Read more

Bab 153

Dia tertawa pelan. Kenangan tentang saat kami baru mulai berkencan terlintas di pikiranku. Dulu, dia selalu tertawa dengan setiap lelucon yang aku buat. Mungkin, mendapatkannya kembali bukanlah ide yang buruk atau ... mungkin saja."Aku sudah berpikir," kataku setelah dia agak tenang. Sambil menggenggam tangannya, aku berkata, "Aku akan menarik gugatan yang aku ajukan terhadapmu."Isaac terdiam dan menatapku dengan mulut terbuka. "Apa kamu serius?" Hatiku dipenuhi kegembiraan saat aku melihat harapan yang bersinar terang di matanya.Aku mengangguk."Kamu benar-benar mau memberiku kesempatan lagi?"Aku tertawa, "Ya, Isaac. Kamu mencintaiku, 'kan?""Ya. Aku mencintaimu, dengan seluruh hatiku.""Kamu siap untuk berubah menjadi pria yang aku cintai?"Dia mengangguk."Kita bisa mulai dari awal lagi."Mata Isaac membelalak dan senyumannya semakin lebar. "Bella, aku bersumpah akan selalu mencintaimu. Aku mengakui bahwa aku telah memperlakukanmu dengan buruk dan aku salah, aku siap untuk berub
Read more

Bab 154

Sudut pandang Sydney:"Wow!" Akhirnya aku mengalihkan pandanganku dari ponselku.Aku baru saja menerima telepon dari departemen kepolisian. Mereka menangkap Bella karena membunuh Isaac. Beberapa minggu terakhir, banyak hal yang terjadi. Dari Doris, Mark, hingga hal-hal sepele yang harus aku hadapi, baik di tempat kerja maupun di rumah sakit tempat Mark dirawat. Banyak sekali yang terjadi dan aku menghadapinya seolah-olah aku sudah diprogram untuk melakukannya.Aku hanya terdiam kaku ketika mendengar berita itu, tidak bisa memproses apa yang dikatakan oleh petugas polisi. Setelah kupikir-pikir, kata-kata petugas itu terulang kembali di kepalaku. Aku bertanya-tanya, mengapa mereka meneleponku. Bagaimana dengan orang tua kami? Hebatnya, berita itu tidak mengejutkanku seperti yang seharusnya. Mungkin itu sebabnya butuh waktu lama bagiku untuk bereaksi. Aku rasa tidak ada yang bisa mengejutkanku lagi. Jujur, aku salut pada Bella. Pasti memerlukan banyak keberanian dan tekad untuk mela
Read more

Bab 155

"Halo, Bu Sydney," sapa dokter dengan senyuman saat melihatku masuk ke ruangannya. "Apakah kamu datang untuk menanyakan tentang pa ....""Nggak, nggak." aku menggeleng. Sudah menjadi kebiasaanku untuk mengunjungi dokter setiap kali aku datang untuk melihat Mark. Aku akan bertanya gimana kondisinya dan kapan dia akan bangun, tetapi nada bicara dokter selalu terdengar sedih saat menjawabku.Aku duduk di hadapannya. "Aku datang untuk menanyakan tentang pasien lain." Dokter itu terhenti sejenak, lalu mengangguk. "Apa itu?" "Selain Mark dan dua orang lainnya yang ada di mobilnya, apakah ada pasien lain yang dibawa ke sini malam itu?" Dokter itu mengernyit dan menggeleng. "Apakah seharusnya ada orang lain?" "Aku nggak tahu. Itulah alasan kenapa aku ada di sini. Sebuah mobil menabrak mobil Mark dan kemudian menabrak tiang setelah kehilangan kendali. Aku ingin melihat pengemudi yang mengendarai mobil itu." "Oh. Tenaga medis yang tiba di lokasi hari itu melaporkan bahwa nggak ada o
Read more

Bab 156

Mark mengernyit semakin kuat. Matanya melihat ke seluruh tubuhku dari atas ke bawah selama hampir satu menit sebelum dia berkata, "Aku mungkin amnesia, tapi aku nggak bodoh. Gimana mungkin aku bisa punya ibu yang masih muda seperti kamu? Memangnya umurku berapa?"Aku tidak bisa menahan tawaku. Aku sedih karena dia kehilangan ingatannya, tapi rasanya sangat menyenangkan, akhirnya dia kembali. Mendengarnya melontarkan pernyataan tajam yang blak-blakan.Ternyata, yang hilang hanya ingatannya. Syukurlah. Aku rasa aku tidak akan bisa menghadapinya jika dia kehilangan ingatannya dan menjadi bodoh juga. Setidaknya dia masih punya kecerdasan.Aku duduk di samping tempat tidurnya, lalu dia bergeser dan duduk. "Tentu saja, aku nggak mungkin melahirkan anak sebesar kamu. Aku ibu tiri kamu." Aku tidak tahu kenapa aku terus melakukannya, tetapi rasanya menyenangkan. Sepertinya aku ingin memanfaatkan kesempatan ini. Sekarang, aku hanya seorang wanita biasa dan dia hanya pria biasa ... mungkin seor
Read more

Bab 157

Aku mengangkat alisku. Ekspresi marah di wajahnya tiba-tiba menghilang dan berubah menjadi ekspresi lembut begitu dia menatap Mark. Dia mengernyit karena khawatir sambil berkaca-kaca. Dia mendekat ke tempat tidur dan duduk. "Mark." Suaranya bergetar saat berbicara. "Ada apa? Kamu nggak mengenaliku?" Dia meletakkan telapak tangannya di wajah Mark, tetapi Mark menepisnya."Apa kamu ibu kandungku?" Dia bertanya dengan nada agak kasar. Rose mengangguk. "Ya, Nak, aku ibumu. Ibu kandungmu. Aku mengandungmu selama berbulan-bulan, apa kamu nggak ingat?" Mark mengernyit. "Gimana aku bisa ingat kalau aku ada di perutmu?" Suara aneh keluar dari bibirku saat aku berusaha menahan tawa. Sebelum Rose sempat melontarkan hinaan, Mark, yang tampaknya tidak menyadari dampak kata-katanya bertanya, "Kalau begitu siapa dia?" Tatapan bingung itu kembali tertuju padaku. Aku buru-buru menyela sebelum Rose melontarkan jawaban bodoh, "Aku kreditormu. Kamu berhutang padaku." "Apa?" Rose dan Mark terk
Read more

Bab 158

Rose akhirnya datang untuk mengklaim perannya sebagai anggota keluarga Mark, yang berarti aku tidak punya urusan lagi di sana. Aku mendorong diriku melewati tubuh orang-orang itu yang memakai pakaian mencolok dan parfum menyengat yang membuatku mengernyit jijik, hingga aku mencapai ujung koridor. Entah kenapa, aku menoleh kembali ke pintu bangsal Mark sambil tertawa sinis. Lihat saja semua orang ini, bertingkah seperti penjilat kelas bawah, padahal beberapa hari lalu mereka sama sekali tidak terlihat. Kita tidak pernah tahu siapa teman sejati kita sampai segalanya benar-benar berantakan. Aku menghela napas, lalu masuk ke dalam mobil dan menutup pintu. Aku melempar tas ke kursi penumpang dan menatap keluar melalui kaca depan, melihat orang yang keluar masuk rumah sakit.Yang terus terlintas di benakku saat duduk di sana adalah adegan kecelakaan Mark, di mana aku melihat Luigi. Aku ingat melihat sosoknya yang kurus, tepat di arah jam lima dariku hari itu, sebelum dia menghilang.
Read more

Bab 159

Dia kemudian membaringkanku ke tempat tidur sambil menekanku."Kamu nggak tahu sudah berapa lama aku menunggu ini. Terlalu lama," bisik Lucas sambil mulai mencium leherku. "Aku juga," jawabku dengan penuh semangat. Ini adalah sesuatu yang sangat kunanti-nanti, dan aku berharap momen ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Aku telah melalui begitu banyak hal. Aku pantas mendapatkan kebahagiaan sebesar ini setelah semuanya. Perasaan melayang bebas yang membuatku lupa akan segalanya, meski hanya untuk sementara. Oh, Lucas benar-benar pemandangan yang menakjubkan.Wajahnya yang tampan, mata tajam yang membuatku jatuh cinta, dan rambut panjangnya yang jatuh begitu alami, seolah meminta jariku untuk menyentuhnya.Aku merasakan gelombang keinginan yang baru saat melihat pakaiannya yang memperlihatkan otot-ototnya, serta bagian dadanya yang sedikit terbuka karena beberapa kancing yang terlepas. Sebuah liontin perak tergantung di rantai di lehernya. Tanpa bisa menahan diri lagi, aku
Read more

Bab 160

Sudut pandang Sandra:Aku berjalan cepat keluar dari lift, suara sepatu hak tinggiku menggema seirama dengan ayunan pinggulku saat melangkah menyusuri lorong menuju kantor ayahku. Pada saat yang sama, aku bisa merasakan tatapan orang-orang mengikuti setiap gerakanku.Beberapa pekerja yang berpapasan menyapaku, tetapi aku tidak menoleh ataupun menjawab, tetap melangkah lurus melewati mereka. Ketika sampai di pintu kantor ayahku, aku langsung masuk tanpa mengetuk. Di dalam, ayahku sedang duduk di mejanya dengan dua pria di depannya. Mereka serempak menoleh saat aku masuk. Ayahku mengangkat alisnya melihat kedatanganku sebelum mengakhiri percakapan dengan tamunya. "Aku akan mengurus sisanya. Kalian berdua bisa pergi sekarang." Kedua pria itu mengangguk dan meninggalkan ruangan, sementara aku melihat mereka keluar. Kemudian, aku kembali menghadap ayahku, berjalan ke salah satu kursi di depan mejanya dan melempar tas tanganku ke atas meja dengan lelah.Ayahku, James Henderson, adala
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status