Share

Bab 158

Author: BELLA
Rose akhirnya datang untuk mengklaim perannya sebagai anggota keluarga Mark, yang berarti aku tidak punya urusan lagi di sana. Aku mendorong diriku melewati tubuh orang-orang itu yang memakai pakaian mencolok dan parfum menyengat yang membuatku mengernyit jijik, hingga aku mencapai ujung koridor.

Entah kenapa, aku menoleh kembali ke pintu bangsal Mark sambil tertawa sinis. Lihat saja semua orang ini, bertingkah seperti penjilat kelas bawah, padahal beberapa hari lalu mereka sama sekali tidak terlihat.

Kita tidak pernah tahu siapa teman sejati kita sampai segalanya benar-benar berantakan.

Aku menghela napas, lalu masuk ke dalam mobil dan menutup pintu. Aku melempar tas ke kursi penumpang dan menatap keluar melalui kaca depan, melihat orang yang keluar masuk rumah sakit.

Yang terus terlintas di benakku saat duduk di sana adalah adegan kecelakaan Mark, di mana aku melihat Luigi. Aku ingat melihat sosoknya yang kurus, tepat di arah jam lima dariku hari itu, sebelum dia menghilang.

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 159

    Dia kemudian membaringkanku ke tempat tidur sambil menekanku."Kamu nggak tahu sudah berapa lama aku menunggu ini. Terlalu lama," bisik Lucas sambil mulai mencium leherku. "Aku juga," jawabku dengan penuh semangat. Ini adalah sesuatu yang sangat kunanti-nanti, dan aku berharap momen ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Aku telah melalui begitu banyak hal. Aku pantas mendapatkan kebahagiaan sebesar ini setelah semuanya. Perasaan melayang bebas yang membuatku lupa akan segalanya, meski hanya untuk sementara. Oh, Lucas benar-benar pemandangan yang menakjubkan.Wajahnya yang tampan, mata tajam yang membuatku jatuh cinta, dan rambut panjangnya yang jatuh begitu alami, seolah meminta jariku untuk menyentuhnya.Aku merasakan gelombang keinginan yang baru saat melihat pakaiannya yang memperlihatkan otot-ototnya, serta bagian dadanya yang sedikit terbuka karena beberapa kancing yang terlepas. Sebuah liontin perak tergantung di rantai di lehernya. Tanpa bisa menahan diri lagi, aku

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 160

    Sudut pandang Sandra:Aku berjalan cepat keluar dari lift, suara sepatu hak tinggiku menggema seirama dengan ayunan pinggulku saat melangkah menyusuri lorong menuju kantor ayahku. Pada saat yang sama, aku bisa merasakan tatapan orang-orang mengikuti setiap gerakanku.Beberapa pekerja yang berpapasan menyapaku, tetapi aku tidak menoleh ataupun menjawab, tetap melangkah lurus melewati mereka. Ketika sampai di pintu kantor ayahku, aku langsung masuk tanpa mengetuk. Di dalam, ayahku sedang duduk di mejanya dengan dua pria di depannya. Mereka serempak menoleh saat aku masuk. Ayahku mengangkat alisnya melihat kedatanganku sebelum mengakhiri percakapan dengan tamunya. "Aku akan mengurus sisanya. Kalian berdua bisa pergi sekarang." Kedua pria itu mengangguk dan meninggalkan ruangan, sementara aku melihat mereka keluar. Kemudian, aku kembali menghadap ayahku, berjalan ke salah satu kursi di depan mejanya dan melempar tas tanganku ke atas meja dengan lelah.Ayahku, James Henderson, adala

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 161

    Mark, sayang sekali tidak akan pernah bisa memuaskan nafsu seksualku. Aku tahu berapa banyak pria yang sudah kucampakkan hanya karena mereka selalu meninggalkanku dalam ketidakpuasan.Sekarang, pria yang akan kunikahi akan hidup di kursi roda? Kemudian, aku akan menjadi orang yang merawatnya seperti seorang pengasuh? Oh, tidak mungkin. Ini mustahil terjadi dalam hidupku.Hanya memikirkan terjebak dalam aliansi dengannya saja sudah membuat kulitku merinding. Kalau saja aku tidak setuju dengan ikatan itu sejak awal, semua ini tidak akan terjadi.Kemarahanku makin memuncak saat membayangkan tatapan mengejek dan bisikan-bisikan pelan dari lingkaran teman-temanku yang kaya ketika berita tersebar bahwa "Sandra Henderson yang sok suci" mendapatkan suami yang pincang dan impoten. Aku akan menjadi bahan tertawaan dalam setiap lelucon mereka.Aku tidak bisa menerimanya. Aku tidak sanggup. Bagaimanapun caranya, aku harus membuat ayahku membuka matanya terhadap kekurangan Mark yang mencolok itu.D

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 162

    Sudut pandang Sydney:Aku memperhatikan sosok Sandra yang menjauh dengan ekspresi geli. Wanita itu berbakat untuk masuk dan keluar secara dramatis, bahkan ketika hal itu tidak diperlukan. Begitu Sandra tidak terlihat, aku melirik kembali ke arah Mark yang telah berbalik di atas roda kursi rodanya untuk memperbaiki ritsleting celana rumah sakitnya.Amnesianya setidaknya tidak menghilangkan rasa kesadaran dirinya, pikirku. Entah apa yang telah terjadi beberapa detik sebelum aku tiba di pintu. Aku mendengar Sandra mengeluh tentang Mark yang tidak aktif secara seksual atau semacamnya.Mark berbalik menghadapku, alisnya terangkat seolah-olah dia diam-diam menantangku untuk mengomentari keadaannya. Aku merasakan panas menjalar ke leherku akibat menahan tawa. Bahkan saat ingatannya hilang, Mark masih saja bersikap sok tangguh. Konsistensi egois yang mengalir dalam pembuluh darahnya.Aku melipat tanganku di dada dan melangkah memasuki ruangan itu dengan sesantai mungkin. Dengan tatapan tajam,

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 163

    Minggu-minggu terakhir ini sangat membahagiakan. Akhirnya, aku merasa seperti mendapatkan kembali hidupku dan aku benar-benar menikmatinya.Setelah membantu Mark semampuku, yakin bahwa dia baik-baik saja dan posisinya sebagai CEO masih bisa diselamatkan, aku akhirnya bisa fokus pada pekerjaan dan diriku sendiri.Hatiku dipenuhi kehangatan dan perutku bergejolak karena gembira hanya dengan memikirkan kencan yang lebih sering kulakukan bersama Lucas. Aku juga punya lebih banyak waktu untuk bertemu Lucas. Rasanya seperti kami berdua punya kesepakatan diam-diam untuk meluangkan sedikit waktu setiap kali kami tidak bekerja dan lebih fokus pada hubungan kami.Sejak aku mengenal Lucas, jauh sebelum kami berpisah, aku selalu tahu dia anak yang manis dan akan tumbuh menjadi pria yang lebih manis, tetapi Lucas tetap saja membuatku terpesona.Meskipun sesekali ada berita dan beberapa kabar terbaru dari pengacaraku tentang Bella yang terkadang membingungkanku, tiada hari yang berlalu tanpa aku ter

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 164

    Pada akhirnya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan perawatan yang memadai, bukan ke penjara. Bahkan sebelum hakim berbicara, aku sudah tahu apa keputusannya.Aku menghela napas lega. Ini adalah hasil terbaik, mungkin yang aku harapkan dalam hati kecilku.Meskipun Bella dan aku telah menjadi orang asing karena Mark, aku merasa telah menghukumnya dengan caraku sendiri.Memang menyedihkan, namun hubungan Bella dengan Isaac sudah lama dan Bella tetaplah saudaraku. Isaac sudah merusak Bella begitu parah dan Bella harus bertindak serius untuk mengatasi hal itu. Jadi, mengirim Bella ke rumah sakit jiwa itu seperti sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.Pertama, aku menyingkirkannya untuk sementara waktu dan memberinya hukuman dengan merampas kebebasannya. Kedua, dia mendapatkan perawatan yang tepat dan menjadi orang yang lebih baik.Teleponku berdering. Aku keluar dari dapur, menari mengikuti alunan nada deringku sambil berjalan ke tempat teleponku berada di ruang

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 165

    Saat itulah aku menyadari gaun rumah sakit hijau yang dikenakan Bella. Namun, kerutan di dahiku masih terlihat. "Jadi, bagaimana kamu bisa masuk ke rumahku?"Dia menyeringai lagi. "Itulah sebabnya kamu harus punya orang-orang yang gesit di sekitarmu. Tetanggamu yang malang itu seorang wanita tua dengan penglihatan yang sama rentanya. Dia mengira aku ini orang yang tinggal bersamamu. Aku bilang lupa bawa kunci dan kamu nggak mengangkat telepon, jadi dia membiarkanku memanjat temboknya."Wow! Aku mencatat dalam hati untuk berbicara serius dengan wanita tua itu."Tapi, bagaimana kamu bisa masuk ke rumah?" tanyaku lebih lanjut."Kamu terlalu banyak bertanya, Jalang." Bella menekan pistol yang sekarang berada di pelipisku lebih keras.Aku memutar mata saat merasakan moncong logam di pelipisku. Jika dia berniat menembak kepalaku, dia pasti sudah melakukannya sekarang dan tidak akan terlibat dalam percakapan bodoh yang tidak ada hubungannya dengan kematianku.Aku mengambil risiko dan berjalan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 166

    Sekali lagi, aku terbangun dengan sakit kepala terparah sepanjang sejarah. Itu memang terlalu hiperbolis, tetapi ya, sakit sekali. Aku sedikit meringis saat menoleh ke samping. Aku bisa melihat tiang, tirai biru, dinding putih, dan aku sudah tahu bahwa aku berada di rumah sakit. Ingatan tentang apa yang terjadi dan menyebabkanku dibawa ke rumah sakit menyerbu pikiranku.Siapa yang membawaku ke sini? Aku penasaran, tetapi aku terus menyebut nama yang tepat untuk benda-benda yang bisa kulihat di sini. Komputer yang berbunyi bip, tirai biru lainnya, dinding putih lainnya …."Ya Tuhan, Sydney!"Tiba-tiba, aku merasakan pegangan di lenganku. Aku memejamkan mata, kepalaku sakit saat aku berbalik menghadap ke arah datangnya suara itu.Itu Grace. Aku berusaha tersenyum, tetapi senyumku memudar saat aku melihat matanya yang bengkak dan merah, bibirnya yang menahan tangis, dan lingkaran hitam di bawah matanya. Grace tidak pernah punya mata panda atau mata yang bengkak. Tidak peduli seberapa lama

Latest chapter

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 182

    Mataku dipenuhi air mata yang tak akan pernah jatuh, terutama di hadapan Mark. Menjadi rentan sudah menjadi hal biasa di sekitar Mark, tetapi segala sesuatu ada batasnya. Setelah aku selesai berbicara, ada keheningan panjang yang nyaman. Mark meraih tanganku dan memberiku genggaman yang menenangkan. Aku menghargainya. Aku selalu menghargai kehadirannya dalam hidupku. "Jadi, apa yang kamu harapkan saat bertemu dengannya?" Aku tersenyum. Tenggorokanku tidak lagi terasa sesak, mataku tidak lagi dipenuhi air mata dan yang terpenting, suaraku tidak lagi bergetar. "Tentu saja, aku berharap kami bisa berdamai. Kalau itu terjadi, aku akan kembali dengan Lucas. Kami akan menghabiskan waktu di sini untuk berkemas dan menyelesaikan semua hal, lalu kami akan membawa Aiden dan menetap di Idelia." Kali ini, aku benar-benar melihat kilatan luka di mata Mark. "Aduh, Sydney. Aduh." "Apa?" Aku tertawa dan mengangkat bahu. "Aku harus jujur. Kalau kalian berdamai, itu akan sangat menyakitkan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 181

    Sudut pandang Sydney:Dengan lembut, Mark mendekati keranjang bayi dan menurunkan Aiden yang telah tertidur di pelukannya. Dia menyelimuti Aiden dengan baik dan masih menepuknya beberapa kali sebelum menjauh. Mark meregangkan bahu dan memutar leher serta lengannya, mungkin terasa pegal karena menggendong Aiden begitu lama. Kemudian dia duduk santai di ujung tempat tidur, tangannya sempat menyentuh kakiku sebelum dia meletakkannya di pahanya."Kenapa kamu begitu ingin mencari Lucas?" tanyanya sambil menghadap tiang di ujung tempat tidur. Dia menoleh padaku dan mengangkat bahunya sedikit. "Maksudku, sudah begitu lama sejak dia menghubungimu atau mencoba menghubungimu. Dia nggak pernah berusaha sejak dia pergi.""Kamu nggak bisa bilang begitu." Aku merasa bodoh karena membelanya. "Gimana kalau sesuatu terjadi padanya dan dia nggak bisa menghubungi siapa pun?" Aku mengangkat bahu. "Ada banyak kemungkinan, kamu tahu."Mark mengangguk, "Kamu benar. Aku setuju denganmu dalam hal itu. Selalu

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 180

    Mark mengangkat bahunya sambil berkata, "Aku nggak tahu, Sydney, tapi percayalah, aku nggak mengatakan apa pun kepada siapa pun." Mark berhenti sejenak dan dengan hati-hati menopang berat badan Aiden dengan tangan yang satunya sebelum melanjutkan. "Para jurnalis hiburan sering berbicara omong kosong, itu nggak ada hubungannya denganku.""Siapa tahu? Mungkin salah satu perawat yang memberi tahu mereka. Nggak adil kalau kamu menyalahkanku soal ini.""Aku nggak peduli apakah kamu melakukannya atau nggak," sahutku dengan marah. "Berita palsu seperti itu harus segera dihapus begitu muncul di berita."Mark mengatupkan bibirnya dan mengangguk. "Aku setuju denganmu.""Sudah berapa lama berita palsu ini beredar di mana-mana? Aku sudah keluar dari ruang bersalin berapa lama dan berita palsu seperti itu masih dibuat ulang dan disebarkan. Jangan bilang bahwa sebagai CEO GT Group, tanpa persetujuanmu, berita ini bisa bertahan begitu lama?""Aku akui bahwa aku mungkin memiliki motif egois." Mark men

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 179

    Sudut Pandang Sydney:Mark pasti menyadari bahwa aku telah mengalihkan pandanganku dari sosok Grace yang semakin menjauh dan kini menatapnya, karena ia menoleh dari Aiden dan langsung berkata, "Apa?" "Kamu serius menanyakan itu padaku?" Aku melotot padanya. Mark tersenyum dan bertanya dengan lembut, "Ayolah, ada apa? Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu kesal?" Sejak aku memutuskan untuk memiliki Aiden, Mark selalu ada untukku tanpa henti. Aku dan Grace sama-sama terkejut, dan aku terus menahan napas …. Aku terus berharap dalam diam, berpikir bahwa suatu hari nanti dia akan lelah berpura-pura atau sekadar bosan merawat seorang wanita yang bukan miliknya dan pergi. Tetapi dia tetap tinggal dan bertahan sampai akhir. Mark menawarkan segala bantuan yang bisa dia berikan. Kapan pun aku merasa sendirian atau merasakan sedikit pun rasa sakit dan tidak bisa menghubungi Grace, aku akan menelepon Mark dan dia akan segera datang.Aku ingat suatu waktu, kurasa saat itu bulan keempat k

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 178

    Aku menggeleng melihat dramanya. Aku menatap mereka berdua, Aiden dengan mata tertutup dan Grace yang sepenuhnya fokus padanya. Hatiku menghangat melihat mereka bersama. Aku sudah bisa merasakan bahwa Aiden akan memiliki begitu banyak dukungan dan cinta dalam hidupnya. Dia akan dikelilingi oleh itu semua, aku akan memastikannya.Senyumku perlahan memudar. Aku menggigit bibirku saat dia terlintas dalam pikiranku. Aku berkata kepada Grace, "Aku berpikir untuk pergi ke Idelia." Grace terdiam sesaat, lalu menghela napas dan terus mengayun Aiden dalam pelukannya. "Untuk apa, Sydney?" tanyanya dengan nada lelah. Aku tahu Grace sudah tahu alasanku ingin ke sana, tetapi karena dia bertanya, aku akan menjawabnya juga. "Untuk mencari Lucas." Aku merasa kecewa dan terkejut ketika setelah sebulan, Lucas tidak kembali atau bahkan menghubungiku. Berminggu penantianku berubah menjadi berbulan-bulan, dan tetap tidak ada kabar dari bajingan itu. "Kamu bercanda, 'kan?" Grace berbalik ke arahku

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 177

    Beberapa bulan kemudian. Sudut pandang Sydney:"Selamat datang ke dunia ini, Aiden. Mama sangat menyayangimu," bisikku ke telinga kecilnya. Dia menyipitkan matanya padaku sebelum kembali menutupnya. Aku bertanya-tanya apakah dia mendengarku, apakah dia bisa merasakan dan mengetahui bahwa dia berada dalam pelukan ibunya. Mataku mulai berkaca-kaca, dipenuhi air mata kebahagiaan saat aku membelai pipi putraku. Hanya dengan berpikir bahwa dia adalah milikku, hatiku langsung dipenuhi dengan begitu banyak cinta dan kebahagiaan. Astaga, dia terlihat begitu polos. Terlalu suci untuk dunia ini. Tanpa kesulitan apa pun, aku berhasil melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat di rumah sakit yang sama saat aku pertama kali mengetahui bahwa aku hamil. Aku tersenyum. Beberapa bulan terakhir ini benar-benar penuh dengan banyak hal. Bulan-bulan yang dipenuhi dengan gejolak emosi, bulan-bulan di mana aku menerima dukungan dan cinta, bahkan dari orang-orang yang tidak aku duga. Sebenarnya, beb

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 176

    Aku berbalik dan melihat bangku yang selalu ada di sana, di ujung kedai kopi di sebelah gedung GT Group. Syukurlah, tidak ada orang di sana. Aku langsung berjalan mendekat dan perlahan duduk di kursi itu. Mataku terfokus ke kejauhan, tetapi pikiranku ke mana-mana, dipenuhi dengan keraguan dan ketakutan. Tak lama kemudian, mobil Grace muncul. Syukurlah, aku tidak perlu berteriak memanggil namanya atau berjalan kembali ke depan gedung GT Group karena dia sudah melihatku duduk di sana. Dia mengangguk dan menghentikan mobilnya. Aku berdiri dengan lemas, membuka pintu yang sudah setengah terbuka oleh Grace, lalu naik ke dalam mobil dan duduk di sebelahnya. Tak ada satu kata pun yang terucap saat Grace mengarahkan mobilnya ke tempat parkir GT Group dan berbalik arah. Saat dia mengemudi menuju apartemen, aku tetap menatap jendela di sampingku. Tetapi aku bisa merasakan tatapan Grace yang terus mengarah padaku. Akhirnya, dia memecah keheningan dengan suara lembut, "Kamu mau bicara te

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 175

    Sudut pandang Sydney:Mark tampak membeku di tempat. Tangannya yang memegang korek api tetap berada di ujung rokok yang masih terselip di antara bibirnya saat dia menatapku, atau lebih tepatnya, saat dia ternganga menatapku.Tangannya terkulai ke samping. Ucapannya dipenuhi oleh ketidakpercayaan. "Kamu nggak bercanda."Aku menatapnya kosong. Sejak kapan kami menjadi sahabat karib sampai-sampai aku harus membuat lelucon seperti itu? Pikirku. Dia pasti berpikiran sama karena dia menggelengkan kepala dan kami hanya saling menatap seperti itu selama beberapa saat.Tiba-tiba, Mark tampaknya memahamiku saat dia dengan cepat menyimpan rokok dan korek api ke sakunya.Dia tampak khawatir, sedikit panik saat melangkah mendekat. Tatapannya beralih dari lorong ke wajahku. Aku penasaran, sedikit geli di tengah semua kekacauan emosional ini, apakah dia akan lari. Apakah pembicaraan tentang bayi atau pemandangan wanita hamil membuatnya begitu takut?Sebaliknya, Mark melangkah maju dan bertanya dengan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 174

    Apa maksudnya ini? Apakah aku dicampakkan lagi? Setelah akhirnya aku menemukan pria impianku, sekarang harus begini? Setelah begitu banyak ucapan "aku nggak akan pernah melepaskanmu lagi" darinya?Lucas memasukkan tangannya ke saku. Meskipun dia berdiri tidak jauh dariku, aku bisa melihatnya menjauh dariku.Lucas mengangguk dan menatap mataku sambil menjawab, "Ya, aku akan kembali sendiri. Kalau aku berhasil, aku akan menghubungimu.""Kalau!" kataku tidak percaya. "Apa-apaan ini, Lucas?" Suaraku bergetar. "Semacam kesepakatan bisnis?"Dia membuang muka dan aku ingin memegang wajahnya, menatap matanya dan melihat bahwa dia bercanda. Dia akan tertawa terbahak-bahak dan aku juga. Kemudian, dia akan menciumku dan kami akan pulang. Namun, aku tidak bisa memegang wajahnya dan menatap matanya karena semua itu tidak akan terjadi kecuali dalam khayalanku.Aku menelan ludah dan melangkah maju. Meskipun hatiku hancur dan yang ingin kulakukan hanyalah berlari menyusuri lorong, mencari toilet, dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status