Home / Romansa / DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU : Chapter 11 - Chapter 20

47 Chapters

11

Perlahan hujan mereda meninggalkan aroma tanah, sedikit gerimis masih menari di udara tapi itu tak mengapa. Matahari mengintip dari celah awan membuat situasi seketika benderang. Orang-orang kembali sibuk melanjutkan kegiatan, termasuk aku yang akan beranjak pergi membawa sisa barang-barang. Tukang becak kembali mengayuh becaknya. Pedagang kaki lima menggelar lapak serta anak jalanan yang menjual tisu berhamburan ke lampu merah. "Eh, Mbak, kamu yang pemilik toko kue kemarin ya?" Sewaktu mau melangkah pergi wanita itu menahanku"Iya." Aku menjawab tanpa menatap matanya. "Ya ampun, senang bertemu denganmu. Kue yang dibawakan suamiku Untuk mamaku sangat enak sekali. Akan memintaku untuk membeli lagi."Dia bercerita dengan antusias sambil menghampiri dan memaksa tatapan kami beradu.Ah...malas sekali. "Terima kasih atas apresiasinya.""Sama sama, tapi bolehkah saya minta kontak Anda," tanya wanita yang dikuncir kuda itu. "Oh, tentu, tapi... saya baru saja kehilangan ponsel saya."
Read more

12

Malam merangkak dengan keheningan yang memeluk bumi. Di bawah jendela aku duduk di kursi sendirian, sambil memikirkan yang terjadi sore tadi tatapanku menerawang ke langit. Di sana, rembulan bersinar lembut memancarkan cahaya perak, menembus awan kelabu yang menggantung rendah. Ah, hatiku hampa. Masih terbayang bagaimana Mas Arham memeluk Mariana, mendaratkan kecupan mesra saat kedua mata mereka bertautan dan senyum di bibir mereka mengulas garis yang sama. Teringat olehku bagaimana tatapan mata lembut Mas Arham kepada istrinya, hatiku sungguh terluka. Bahkan ingatan tentang mereka berdua lebih mendominasi akalku dibandingkan perampokan yang kuhadapi sore tadi.Mungkin saja saja kejadian itu aku menjadi melankonis, terlalu sering menangis dan terkesan cengeng. Sebenarnya itu bukan diriku, episode tangis menangis dan kesedihan dramatis telah berlalu 12 tahun yang lalu, di tahun-tahun pertama kehilangan lelaki itu. Mestinya sekarang, kunikmati hari-hari bahagia bersama kedua putrik
Read more

13

"Apa?" Aku terhenyak melihat begitu banyak box yang diturunkan dari Alphard, ada begitu banyak bahan kue, terigu, gula dan coklat yang dibawakan oleh stafnya. Dia juga membawakan beberapa set pakaian untuk putriku, juga gadget dan laptop terbaru. Beberapa orang pria meletakkan semua itu di atas meja pelanggan yang kebetulan sedang kosong. Kini aku bisa melihat deretan paper bag dan barang-barang itu memenuhi tokoku. "Ini semua untuk kamu. Aku mengganti semua yang dirampas pencopet kemarin!""Tapi kenapa? Apa aku bilang Aku membutuhkan bantuanmu?!" Aku ingin marah tapi kemarahan itu tak bisa kulampiaskan begitu saja di hadapan begitu banyak stafnya dan asistenku sendiri. Mustahil aku menghardik seseorang di hadapan para karyawannya, dia bisa kehilangan kehormatannya. Mendadak udara di cafe terasa begitu berat seperti dipenuhi debu-debu kenangan pahit yang tak kunjung mengendap. Aku jatuh terduduk di sudut sementara tatapan mataku menerawang mengamati segala hal yang terjadi di sek
Read more

14

Sinar senja semakin memudar, berarak dengan awan yang menuju ufuk Barat. Hari menjelang petang saat kuputuskan pulang dan mengunci kembali kedaiku. Anak-anak dan Kayla sudah pulang lebih dahulu, sementara aku menghitung pemasukan serta memeriksa kembali barang-barang yang dikirimkan Mas Arham. Seberapa bagian akan kupergunakan dan beberapa lagi akan kukembalikan. Mau bagaimana lagi Aku tak punya pilihan lain, sebagian uang dan kartu atm-ku hilang, hanya ada sisa sedikit untuk persiapan Lita magang. Uang yang tadinya aku gunakan untuk modal harus kupakai untuk membeli persiapan magang dan pakaian putriku, jadi, akan kumanfaatkan bahan-bahan yang ada daripada dibuang begitu saja.Tidak, bukan aku munafik! kurasa aku harus mulai berdamai dengan kenyataan dan akan kuanggap apa yang kudapatkan hari ini adalah sebagian rezeki pemberian Tuhan. Atau sementara akan kugunakan terigu dan bahan-bahan kue bawaan Mas arham tadi. Tapi sebelum itu, aku harus membuat kesepakatan padanya bahwa ini h
Read more

15

Jam dinding berdetak nyaring menyaingi deru angin yang menerobos jendela. Di luar hanya lampu-lampu jalan yang menerangi kegelapan, sementara aku terbaring sendirian di ranjang dengan jejak bayangan Mas Arham di sisa akhir kesadaran.Tiba-tiba seseorang menarik selimutku dengan kasar, mengguncang tubuhku dan memaksa diri ini untuk segera terbangun. Perlahan aku membuka mata, samar-samar ada seorang yang sepertinya kukenal, berpakaian merah dengan rambut yang tergerai panjang. "Jadi, kau orangnya! Beraninya kau merayu suamiku!" Tiba-tiba Mariana berdiri di hadapanku! wanita itu memakai piyama dan membawa sebilah benda tajam di tangannya. Aku langsung tersentak, bangun dan mencoba menggeser diriku ke sisi lain tempat tidur, aku terkejut dengan tatapan mengerikan dari bola mata istri Mas Arham, tersengal diantara kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya dan jantungku yang berdegup kencang. "A-apa yang kau lakukan di sini, bagaimana kau masuk!""Aku akan melenyapkan kalian, aku akan
Read more

16

Pikiranku mengambang ke udara antara harus mengutarakan kejadian sebenarnya ataukah aku harus menahan diri demi kebahagiaannya. Sejak awal aku tidak ingin mengusik rumah tangga seseorang tapi aku sadar betul bahwa suatu saat semuanya akan mencuat ke permukaan. Apapun yang disembunyikan pasti akan ketahuan terlebih ini adalah hubungan yang terkait dengan semua orang termasuk keluarga besar. Mertuaku tak akan sanggup menyembunyikan ini dari menantu barunya. Sebenarnya aku tidak tinggal di kota yang sama dengan mertua, 10 tahun lalu aku menyeret koper dan kedua anakku 30 km jauhnya dari lokasi mereka, kami tinggal di sebuah kota kecil yang permai dengan pemandangan arsitektur masa lalu yang terjaga. Rumah kami tak jauh dari balai kota, cukup berjalan 1 km tibalah di alun-alun, ada deretan toko-toko lama dan restoran es krim legendaris, juga peninggalan sejarah seperti bangunan khas Belanda. Mereka seperti cagar budaya yang dijaga. Mungkin itulah daya tarik kotaku, peninggalan sejarah se
Read more

17

Begitu dia pergi aku langsung membuka laptop dan mencari tahu tentang latar belakang Mariana Husain. Aku penasaran seberapa kaya dan terkenalnya wanita itu. Ternyata benar, namanya bisa ditemukan dengan mudah di Google dan portal berita. Nilai kekayaan dan bisnisnya yang semakin menanjak membuat wanita itu semakin populer. Dia terkenal sebagai sosialita, penggiat kemanusiaan serta donatur tetap bagi beberapa yayasan besar.Selain mewarisi perusahaan otomotif milik ayahnya yang terkenal, wanita itu punya pusat perbelanjaan, bisnis fashion dan kuliner, ditambah bisnis perhiasan dan perhotelan. Dia benar-benar kaya. Menyaksikan fakta yang terpampang di depan mata, aku hanya bisa duduk dengan lemasnya, apa yang terjadi jika dia tahu siapa aku? maka hidup kami akan hancur dalam satu malam. Dia akan melenyapkan bisnisku dan menghancurkan sendi kehidupan kami dalam satu jentikan jari. Bukan cuma itu... dia mungkin akan menghancurkan reputasi dan menyingkirkan kami sejauh mungkin, serta me
Read more

18

Setelah ku utarakan keinginan bahwa kami harus bertemu dan membicarakan beberapa hal lelaki itu kemudian mengakhiri panggilannya padaku, dengan berbagai perasaan di hatiku. Resah bercampur dengan ... Entahlah. Dibilang rindu itu benar tapi kekecewaan lebih besar mendominasi hati sebab situasi hubungan di antara aku dan ia tidak akan berjalan lancar karena suamiku memiliki istri baru di sisinya. Mungkin benar kami saling mencintai dan juga saling merindukan, ada bagian masa lalu yang tertinggal, sisa cinta dan kenangan yang masih ingin dilanjutkan. Tapi sungguh tidak etis jika aku bersikap egois, aku tidak bisa memaksakan untuk bersama lelaki itu lalu mengorbankan perasaan wanita lain yang mencintainya. Wanita itu tidak bersalah sampai harus menanggung luka akibat kehadiran wanita dari masa lalu suaminya. Akulah yang harus mengalah dan menjaga jarak. Sejak kemarin aku berkomitmen untuk tidak berjumpa lagi dengannya, tapi ada beberapa hal yang akan membuatku terpaksa menemui pria itu.
Read more

19

"aku serius dan aku bertekad untuk melakukan itu!""Kurasa kau sama sekali tidak berubah... Masih kekanak-kanakan dan berpikiran sempit. Perlukah aku tegaskan dengan teriakan bahwa aku tidak mau kau membangkitkan kembali masa lalu atau kita melanjutkan hubungan kita. Yang lalu sudah berlalu, jalani apa yang ada, kau paham?!""Jadi kita harus bercerai?""Sudah bertahun-tahun aku tidak mendapatkan nafkah lahir dan batin darimu jadi kupikir... Mungkin secara agama kita sudah berpisah.""Tapi aku tidak ridho dengan perceraian seperti itu, sampai saat ini kau masih istriku dan aku akan menganggapnya seperti itu selamanya.""Apa kau tidak mengerti bahwa tindakanmu ini akan membuatku celaka dan mengancam masa depan kami? Aku sungguh tidak mau dipermalukan, tidak pula ingin bermasalah dengan istrimu yang berkuasa. Aku hanya ingin hidup tentram dan hidup dari toko kue milikku.""Kau tidak ingin berubah dan bintang hidupmu naik ke level yang lebih baik?""Tentu saja tapi aku akan lebih bahagia
Read more

20

Cuaca sore yang lembab dengan debu-debu mengendap di udara semakin terasa menyesakkan dada, bunyi kendaraan di luar sana menambah runyamnya fokus diantara pikiran untuk menenangkan diri dan menghadapi kenyataan yang ada. Di hadapanku, Mas Arham dan istrinya siap mengungkap yang sebenarnya. Aku takut, kegelisahan itu menghantarkan keringat dingin yang bercucuran di punggung serta sensasi panas di telapak tangan. Aku mulai gemetar dan resah. Aku takut dengan konsekuensi yang mungkin terjadi setelah Mas Arham mengungkapkan tentang siapa kami yang sesungguhnya."Sebenarnya ada apa? kenapa tiba-tiba situasi jadi canggung dan menegangkan di antara kita semua? Aku benar-benar tidak mengerti," ucap istri Mas Arham dengan nada terbata.Mas Arham menggenggam tangan istrinya dengan, wanita itu tersenyum tapi senyumnya terlihat kaku penuh kekhawatiran. Kini kedua anakku juga ikut bergabung di bersama kami di meja dan penasaran akan apa yang terjadi. "Sebenarnya ini ada apa bunda? Kenapa nyonya
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status