Semua Bab DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU : Bab 31 - Bab 40

47 Bab

31

"Pak, Bu, sebaiknya kalian menenangkan diri dan salah satunya boleh pergi dari kafe ini." Kayla yang sudah bosan mendengar keributan kami, akhirnya mendatangi meja dan memberikan saran."Iya, iya, maafkan saya.""Saya bukan anggota keluarga Ibu Iriana Tapi saya tahu betapa beratnya perjuangan beliau. Jika tak bisa memberikan kebahagiaan maka jangan tambahkan penderitaan. Itu saja Pak, mohon maaf bila kata-kata saya menyinggung," ujar kaila sambil menyeret tanganku meninggalkan lelaki itu. Oleh kaila aku dibawa ke dapur, diberikan segelas air dan diminta untuk duduk menenangkan diri. Bahkan saat dia menyodorkan gelas air aku menerimanya dengan tangan yang gemetar, berusaha mengarahkan benda itu ke ujung bibirku dan meneguk isinya. Aku sungguh gemetar di puncak kemarahan dan segara kekalutanku. Aku kesal disalahkan dan dipaksa untuk berada dalam pilihan yang sulit. Tentu saja aku mau suamiku kembali tapi aku tak pernah ingin merugikan apalagi menyakiti orang lain. Bila dia mau kembal
Baca selengkapnya

32

"Aku malu pada kenyataan bahwa Mba adalah istri yang telah menantinya dengan setia, sementara aku mengalihkan poros dunia lelaki itu pada keluarga dan bisnisku.""Aku tidak menyalahkanmu, kau melakukannya tanpa sengaja.""Bagaimana kalau aku sengaja, Apakah mba akan memberikan pengampunan yang sama?!" "Aku tak bisa membaca pikiran dan niat seseorang, jadi, akan kuanggap semua orang jujur dan baik sepertiku. Kuanggap kau tidak tahu apa-apa saat menikahi suamiku, itu lebih baik daripada membesar-besarkan dendam dan sakit hati. Lebih banyak mengorek detail akan membuatku semakin terluka." Aku bisa merasakan tangan wanita itu gemetar di antara genggaman tanganku. Lalu dia menarik telapak tangannya dan meremasnya berkali-kali. "Kenapa mba baik sekali? Kenapa Mbak tidak marah atau mengakui segalanya saat kita pertama kali jumpa di toko kue?!""Aku tidak mau merusak kebahagiaanmu dan anak anakmu.""Tapi hatimu dan anak-anakmu bagaimana?" Wanita itu menelan ludah dengan wajah khawatir."Mu
Baca selengkapnya

33

"Aku akan menghancurkan semuanya seperti kau menyusahkan anak-anakku!"dengan amarah yang membara aku mulai menghancurkan segala sesuatu yang ada di hadapanku, mengambil sebuah gagang besi panjang yang jadi penyangga motor lalu menghantamnya dengan brutal, kaca-kaca display pecah berantakan, motor-motor berjatuhan dan perabotan showroom menjadi puing-puing. "Tolong tenangkan dirimu, apa yang terjadi?""Jangan pura-pura tidak tahu. Aku tahu keluarga dan istrimu yang merencanakan ini. Mertuamu tidak suka melihat anakku yang berbakat dan berpotensi! Mereka ingin menyingkirkan anakku agar tak pernah mendekatimu!" "Itu tidak benar!""Tidak benar apanya, liat yang terjadi pada putriku, dia dipecat dari program magangnya, tidak bisa mengikuti ujian akhir. Dia bahkan dikeluarkan dari sekolahnya tanpa alasan!""Tapi kami tak tahu apa apa?!" Mas Arham masih mengelak dengan polosnya. "Kalian semua berusaha menyingkirkan Delia dan Lita, agar anak-anakku tidak mengalahkan anak kalian sendiri!"P
Baca selengkapnya

34

Kejadian semalam meninggalkan jejak kelam padaku dan suasana rumah ini. Kabut tipis yang menyelimuti kota perlahan menguap digantikan oleh sinar matahari yang setengah tertutup awan. Udara dingin masih menusuk, seakan ingin merenggut sisa kehangatan yang hampir sirna.Aroma mie instan dan telur goreng tercium samar dari dapur namun tak mampu mengundang selera makan. Aku hanya duduk di teras sambil menggenggam secangkir kopi yang entah sejak kapan mulai dingin. Tiba-tiba deru mobil mewah mengagetkan kami, sebuah mobil hitam mengkilap berhenti tepat di depan pergola bunga bugenvil.Seorang pemuda membukakan pintu pagar untuk laki-laki paruh baya dengan jas mahal dan syal coklat di lehernya. Ia turun dari mobil dengan senyum yang terkesan sinis. Rambutnya yang sudah mulai menipis dan berwarna keperakan tersisir rapi, wajahnya tegas dan matanya tajam, aura kekayaan dan kekuasaan terpancar jelas dari dirinya. "Iriana!" Suaranya berat berwibawa sekaligus membuat tungkaiku lemah seketika.
Baca selengkapnya

35

Dari jendela, aku masih mengintip keadaan di luar sana. Mertua Mas Arham dikelilingi oleh beberapa stafnya yang berusaha untuk membopongnya dan membawanya pergi. Nafas lelaki itu tersengal, nafas tua yang seharusnya ia gunakan untuk istirahat dan menikmati udara kekayaan yang tak terbatas, terpaksa ia gunakan untuk berlomba mengintimidasi orang lain.Sebenarnya si Bodoh itu tidak perlu harus ikut campur sejauh ini, karena aku dan Mas Arham pasti bisa menyelesaikan masalah pribadi kami.Tapi berhubung ini telah melibatkan keluarga, mungkin Mariana meminta bantuan ayahnya, mungkin para karyawan yang ada di showroom telah melapor kepada Tuan mereka. Mungkin... dan banyak kemungkinan lainnya yang telah mendorong lelaki itu untuk datang ke rumah kami, mengunjungi kemiskinan dan ketidak-berdayaan kami. Pria tua itu ingin memastikan bahwa aku masih dalam keadaan rapuh dan hancur, tapi aku membuktikan bahwa aku mampu setangguh itu. Untuk pertama kalinya diri ini berhasil menghujat seseorang
Baca selengkapnya

36

"Bu, jangan menangisi orang-orang bejat seperti mereka. Seharian ini, sudah dua orang yang datang dan berusaha memisahkan Ibu dengan Pak Arham. Ibu masih boleh berjuang bila Ibu ingin melakukan itu!""Aku tak berdaya lagi. Aku lelah Kaila!* "Bila Ibu menyerah orang-orang akan menertawakan ibu. Ingatkan ancaman dan perlawanan ibu yang begitu sengit. Apa Ibu akan menyerah begitu saja?""Entahlah kaila, rasanya langkah kakiku semakin berat. Aku ingin suamiku kembali demi kebahagiaan anak-anakku, tapi, harta dan tahta telah membutakan matanya.""Maka, relakanlah adalah pria itu pergi. Memang berat melakukan dibandingkan hanya mendengarkan caranya. Tapi, ibu bisa lakukan dengan perlahan.""Ya, kurasa aku mampu melakukannya pelan-pelan."Tidak kubicarakan urutan kejadian hari ini kepada anak-anakku, khawatir Itu akan mengganggu fokus mereka pada ujian sekolah yang sebentar lagi menyita pikiran. Aku memiliki banyak tugas di hari esok, pergi menemui Mas Arham Untuk mengantarkan surat persetu
Baca selengkapnya

37

Udara siang yang terik, kendaraan yang berlalu lalang dengan klakson yang memekakkan, serta bunyi gitar dari pengamen jalanan melengkapi kebisingan di sekitarku. Aku tetap fokus dengan kegiatan dapur serta mendekorasi kue, melayani di kasir, juga sesekali membantu Kayla untuk melayani pelanggan. Bila pelanggan mulai sepi, aku akan merapikan kembali tatanan kursi dan meja, menghitung omset dan mencatat bahan-bahan yang sudah berkurang.Aku berusaha mengalihkan perhatian dengan fokus bekerja, berusaha menyibukkan diri, menikmati tontonan favorit atau musik-musik yang kusukai. Aku berusaha mengalihkan dan tidak terfokus pada hatiku yang terluka, juga tidak lagi membayangkan wajah Mas Arham yang setiap kali terlintas dibenakku, maka hatiku selalu bergetar.Bila mengenang kembali yang sudah terjadi, tentang rindu dan kesetiaan yang kupupuk, tentang mesranya suamiku pada istrinya, serta kalimat keluarganya yang manuduhku sebagai perusak keluarga, membuat lara yang ada semakin membuncah
Baca selengkapnya

38

Udara siang yang terik, kendaraan yang berlalu lalang dengan klakson yang memekakkan, serta bunyi gitar dari pengamen jalanan melengkapi kebisingan di sekitarku. Aku tetap fokus dengan kegiatan dapur serta mendekorasi kue, melayani di kasir, juga sesekali membantu Kayla untuk melayani pelanggan. Bila pelanggan mulai sepi, aku akan merapikan kembali tatanan kursi dan meja, menghitung omset dan mencatat bahan-bahan yang sudah berkurang.Aku berusaha mengalihkan perhatian dengan fokus bekerja, berusaha menyibukkan diri, menikmati tontonan favorit atau musik-musik yang kusukai. Aku berusaha mengalihkan dan tidak terfokus pada hatiku yang terluka, juga tidak lagi membayangkan wajah Mas Arham yang setiap kali terlintas dibenakku, maka hatiku selalu bergetar.Bila mengenang kembali yang sudah terjadi, tentang rindu dan kesetiaan yang kupupuk, tentang mesranya suamiku pada istrinya, serta kalimat keluarganya yang manuduhku sebagai perusak keluarga, membuat lara yang ada semakin membuncah
Baca selengkapnya

39

Cahaya lampu gantung menerangi ruang makan, pendar lilin menari-nari memantul pada permukaan meja kayu yang mengkilat. Diantara hidangan lezat yang tersaji di sana Aroma kari ayam dan sambal kentang bercampur dengan wangi rempah-rempah yang membangkitkan selera dan kenangan lama. Melihat anak-anakku bercanda dengan ayahnya sesaat aku terdiam. Terhanyut dalam lautan kebahagiaan serta suasana romantis yang mengingatkanku akan masa di saat aku dan Mas Arham masih muda dan penuh harapan. Di mana kami masih saling mencintai dan bermimpi membangun keluarga yang bahagia. "Sayang, kenapa diam?" Pria itu meraih jemariku lalu menggenggamnya dengan hangat. Aku meresapi pegangan tangan itu sambil menghalau perasaan canggung di hati ini.Bagaimanapun konflik yang terjadi beberapa hari yang lalu serta kedatangannya yang tiba-tiba seperti fluktuasi suasana yang berganti dengan dramatis, begitu cepat, sehingga aku sulit mencernanya. Intinya aku belum bisa menyesuaikan diriku dalam keadaan yang me
Baca selengkapnya

40

Suasana pagi di toko kue begitu semarak dengan kehadiran pengunjung yang ramai dan roti keju coklat yang mengembang sempurna. Aku dan Kayla sibuk bahu membahu melayani tamu membawakan kopi dan pesanan sarapan mereka serta menyapa orang-orang yang datang dari Komunitas Lansia. ada beberapa wanita muda yang baru pulang dari Gym dan memesan dua set salad buah dan jus kale tanpa gula. Tringg!Tiba-tiba pintu cafe terbuka dengan keras, gebrakan lonceng di pintu kaca membuat semua orang memandang ke entry utama toko kami. Diantara tegangan semua orang Mariana tampil di sana. Istri kedua Mas Arham datang dengan wajah merah menahan amarah. Matanya berkilat tajam dan menunjukkan kemurkaan mendalam. "Beraninya kamu mencuri suamiku!" Dia menghampiriku, merebut jus kale yang ada di nampan, lalu menyiramnya ke wajahku. Byurr!!Aku terkejut, semua orang juga terkesiap dan bangun dari bangku mereka, mereka terperanjat dan kaget karena untuk pertama kalinya aku diperlakukan seperti itu oleh se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status