"Aku akan menghancurkan semuanya seperti kau menyusahkan anak-anakku!"dengan amarah yang membara aku mulai menghancurkan segala sesuatu yang ada di hadapanku, mengambil sebuah gagang besi panjang yang jadi penyangga motor lalu menghantamnya dengan brutal, kaca-kaca display pecah berantakan, motor-motor berjatuhan dan perabotan showroom menjadi puing-puing. "Tolong tenangkan dirimu, apa yang terjadi?""Jangan pura-pura tidak tahu. Aku tahu keluarga dan istrimu yang merencanakan ini. Mertuamu tidak suka melihat anakku yang berbakat dan berpotensi! Mereka ingin menyingkirkan anakku agar tak pernah mendekatimu!" "Itu tidak benar!""Tidak benar apanya, liat yang terjadi pada putriku, dia dipecat dari program magangnya, tidak bisa mengikuti ujian akhir. Dia bahkan dikeluarkan dari sekolahnya tanpa alasan!""Tapi kami tak tahu apa apa?!" Mas Arham masih mengelak dengan polosnya. "Kalian semua berusaha menyingkirkan Delia dan Lita, agar anak-anakku tidak mengalahkan anak kalian sendiri!"P
Kejadian semalam meninggalkan jejak kelam padaku dan suasana rumah ini. Kabut tipis yang menyelimuti kota perlahan menguap digantikan oleh sinar matahari yang setengah tertutup awan. Udara dingin masih menusuk, seakan ingin merenggut sisa kehangatan yang hampir sirna.Aroma mie instan dan telur goreng tercium samar dari dapur namun tak mampu mengundang selera makan. Aku hanya duduk di teras sambil menggenggam secangkir kopi yang entah sejak kapan mulai dingin. Tiba-tiba deru mobil mewah mengagetkan kami, sebuah mobil hitam mengkilap berhenti tepat di depan pergola bunga bugenvil.Seorang pemuda membukakan pintu pagar untuk laki-laki paruh baya dengan jas mahal dan syal coklat di lehernya. Ia turun dari mobil dengan senyum yang terkesan sinis. Rambutnya yang sudah mulai menipis dan berwarna keperakan tersisir rapi, wajahnya tegas dan matanya tajam, aura kekayaan dan kekuasaan terpancar jelas dari dirinya. "Iriana!" Suaranya berat berwibawa sekaligus membuat tungkaiku lemah seketika.
Dari jendela, aku masih mengintip keadaan di luar sana. Mertua Mas Arham dikelilingi oleh beberapa stafnya yang berusaha untuk membopongnya dan membawanya pergi. Nafas lelaki itu tersengal, nafas tua yang seharusnya ia gunakan untuk istirahat dan menikmati udara kekayaan yang tak terbatas, terpaksa ia gunakan untuk berlomba mengintimidasi orang lain.Sebenarnya si Bodoh itu tidak perlu harus ikut campur sejauh ini, karena aku dan Mas Arham pasti bisa menyelesaikan masalah pribadi kami.Tapi berhubung ini telah melibatkan keluarga, mungkin Mariana meminta bantuan ayahnya, mungkin para karyawan yang ada di showroom telah melapor kepada Tuan mereka. Mungkin... dan banyak kemungkinan lainnya yang telah mendorong lelaki itu untuk datang ke rumah kami, mengunjungi kemiskinan dan ketidak-berdayaan kami. Pria tua itu ingin memastikan bahwa aku masih dalam keadaan rapuh dan hancur, tapi aku membuktikan bahwa aku mampu setangguh itu. Untuk pertama kalinya diri ini berhasil menghujat seseorang
"Bu, jangan menangisi orang-orang bejat seperti mereka. Seharian ini, sudah dua orang yang datang dan berusaha memisahkan Ibu dengan Pak Arham. Ibu masih boleh berjuang bila Ibu ingin melakukan itu!""Aku tak berdaya lagi. Aku lelah Kaila!* "Bila Ibu menyerah orang-orang akan menertawakan ibu. Ingatkan ancaman dan perlawanan ibu yang begitu sengit. Apa Ibu akan menyerah begitu saja?""Entahlah kaila, rasanya langkah kakiku semakin berat. Aku ingin suamiku kembali demi kebahagiaan anak-anakku, tapi, harta dan tahta telah membutakan matanya.""Maka, relakanlah adalah pria itu pergi. Memang berat melakukan dibandingkan hanya mendengarkan caranya. Tapi, ibu bisa lakukan dengan perlahan.""Ya, kurasa aku mampu melakukannya pelan-pelan."Tidak kubicarakan urutan kejadian hari ini kepada anak-anakku, khawatir Itu akan mengganggu fokus mereka pada ujian sekolah yang sebentar lagi menyita pikiran. Aku memiliki banyak tugas di hari esok, pergi menemui Mas Arham Untuk mengantarkan surat persetu
Udara siang yang terik, kendaraan yang berlalu lalang dengan klakson yang memekakkan, serta bunyi gitar dari pengamen jalanan melengkapi kebisingan di sekitarku. Aku tetap fokus dengan kegiatan dapur serta mendekorasi kue, melayani di kasir, juga sesekali membantu Kayla untuk melayani pelanggan. Bila pelanggan mulai sepi, aku akan merapikan kembali tatanan kursi dan meja, menghitung omset dan mencatat bahan-bahan yang sudah berkurang.Aku berusaha mengalihkan perhatian dengan fokus bekerja, berusaha menyibukkan diri, menikmati tontonan favorit atau musik-musik yang kusukai. Aku berusaha mengalihkan dan tidak terfokus pada hatiku yang terluka, juga tidak lagi membayangkan wajah Mas Arham yang setiap kali terlintas dibenakku, maka hatiku selalu bergetar.Bila mengenang kembali yang sudah terjadi, tentang rindu dan kesetiaan yang kupupuk, tentang mesranya suamiku pada istrinya, serta kalimat keluarganya yang manuduhku sebagai perusak keluarga, membuat lara yang ada semakin membuncah
Udara siang yang terik, kendaraan yang berlalu lalang dengan klakson yang memekakkan, serta bunyi gitar dari pengamen jalanan melengkapi kebisingan di sekitarku. Aku tetap fokus dengan kegiatan dapur serta mendekorasi kue, melayani di kasir, juga sesekali membantu Kayla untuk melayani pelanggan. Bila pelanggan mulai sepi, aku akan merapikan kembali tatanan kursi dan meja, menghitung omset dan mencatat bahan-bahan yang sudah berkurang.Aku berusaha mengalihkan perhatian dengan fokus bekerja, berusaha menyibukkan diri, menikmati tontonan favorit atau musik-musik yang kusukai. Aku berusaha mengalihkan dan tidak terfokus pada hatiku yang terluka, juga tidak lagi membayangkan wajah Mas Arham yang setiap kali terlintas dibenakku, maka hatiku selalu bergetar.Bila mengenang kembali yang sudah terjadi, tentang rindu dan kesetiaan yang kupupuk, tentang mesranya suamiku pada istrinya, serta kalimat keluarganya yang manuduhku sebagai perusak keluarga, membuat lara yang ada semakin membuncah
Cahaya lampu gantung menerangi ruang makan, pendar lilin menari-nari memantul pada permukaan meja kayu yang mengkilat. Diantara hidangan lezat yang tersaji di sana Aroma kari ayam dan sambal kentang bercampur dengan wangi rempah-rempah yang membangkitkan selera dan kenangan lama. Melihat anak-anakku bercanda dengan ayahnya sesaat aku terdiam. Terhanyut dalam lautan kebahagiaan serta suasana romantis yang mengingatkanku akan masa di saat aku dan Mas Arham masih muda dan penuh harapan. Di mana kami masih saling mencintai dan bermimpi membangun keluarga yang bahagia. "Sayang, kenapa diam?" Pria itu meraih jemariku lalu menggenggamnya dengan hangat. Aku meresapi pegangan tangan itu sambil menghalau perasaan canggung di hati ini.Bagaimanapun konflik yang terjadi beberapa hari yang lalu serta kedatangannya yang tiba-tiba seperti fluktuasi suasana yang berganti dengan dramatis, begitu cepat, sehingga aku sulit mencernanya. Intinya aku belum bisa menyesuaikan diriku dalam keadaan yang me
Suasana pagi di toko kue begitu semarak dengan kehadiran pengunjung yang ramai dan roti keju coklat yang mengembang sempurna. Aku dan Kayla sibuk bahu membahu melayani tamu membawakan kopi dan pesanan sarapan mereka serta menyapa orang-orang yang datang dari Komunitas Lansia. ada beberapa wanita muda yang baru pulang dari Gym dan memesan dua set salad buah dan jus kale tanpa gula. Tringg!Tiba-tiba pintu cafe terbuka dengan keras, gebrakan lonceng di pintu kaca membuat semua orang memandang ke entry utama toko kami. Diantara tegangan semua orang Mariana tampil di sana. Istri kedua Mas Arham datang dengan wajah merah menahan amarah. Matanya berkilat tajam dan menunjukkan kemurkaan mendalam. "Beraninya kamu mencuri suamiku!" Dia menghampiriku, merebut jus kale yang ada di nampan, lalu menyiramnya ke wajahku. Byurr!!Aku terkejut, semua orang juga terkesiap dan bangun dari bangku mereka, mereka terperanjat dan kaget karena untuk pertama kalinya aku diperlakukan seperti itu oleh se
Melihat mereka saling menerima kembali, ada keharuan yang membasahi sudut mata ini, aku ikhlas dan bahagia untuk mereka. Bahagia melihat mereka bahagia. "Alhamdulillah, kalian sudah saling menerima kembali, Kalau begitu akan kubiarkan keadaan bicara dan aku berpamitan.""Mau ke mana Mbak?" Tanya Mariana."Aku harus kembali ke toko," jawabku sambil mengangguk tulus padanya. "Tapi, mbak ga bisa pulang sendirian, kami harus mengantar mba," ujar Mariana."Tidak usah." Aku menggeleng sambil mengisyaratkan kedua tanganku agar mereka tetap bersama di tempat itu."Tapi Mbak mau pulang dengan siapa?""Denganku!" Suara berat di belakangku menyadarkan bahwa yang datang adalah Mas Arkan. Pria tampan dengan jas marun dan sapu tangan biru yang terselip indah di dada kirinya membuat pria itu terlihat tampan dan keren.Ya, langkahnya, gestur kedatangannya, dan cara dia membuka kacamata hitamnya itu membuat semua orang terpana. "Pak Arkan," ujar Mas arham menyapa lelaki itu dengan senyum hangat da
Aku ceritakan pada anak-anak bahwa semalam aku bicara pada ayah mereka, di meja makan saat kami sarapan pagi, kedua putriku terdengar menyimak semua cerita yang kuutarakan. "Apa Ayah bisa menerima dengan baik semua perkataan Bunda?""Iya, sepertinya pikirannya sedang jernih, jadi aku bisa masuk ke alam bawah sadar dan memberinya afirmasi bahwa dia harus kembali pada keluarganya." "Apa Bunda berhasil?""Bunda rasa Ayahmu mulai terpengaruh dan mau tergerak untuk menemui istrinya.""Sebenarnya ini bukan tugas kita untuk bersikap sejauh itu, tapi kita melakukannya karena kepedulian. Apa kalian setuju?" tanyaku pada anak-anak. "Ya, kami setuju Bunda."*Anak-anak telah berangkat ke kampus dan sekolahnya saat masa Arham tiba-tiba mengirimkan pesan padaku dan memintaku untuk menemaninya menemui Mariana. (Aku tahu ini canggung tapi hanya kau yang bisa kuandalkan untuk menengahi kami.)Aku terdiam sambil membaca pesan tersebut, agak ragu perasaanku karena aku tidak ingin mengambil langkah
Senja menyapa kota ini dengan langit jingga yang memudar meninggalkan jejak warna jingga di cakrawala. Aku terduduk di teras rumahku sambil menatap gedung pencakar langit yang menjulang tinggi dari kejauhan. Di antara semua gedung itu ada gedung Mariana dan tempat yang dulu dikelola Mas Arham dengan begitu bangganya. Karirnya bagus sebagai direktur, hubungan dengan keluarga istrinya juga baik karena secara teknis ia suami yang sempurna. Beberapa bulan lalu ia sangat bangga berada di sana, menghabiskan sebagian besar waktu untuk mencurahkan pikiran dan ide-ide dalam bisnis, tapi kini semuanya tertinggal dalam kesunyian.Pikiranku tenggelam membayangkan apa yang terjadi antara Mariana dan Mas Arham, dia yang selalu terobsesi untuk kembali padaku dan kecemburuan Mariana telah memicu pertengkaran hebat dan perpisahan di antara mereka. Mungkin Mas arham merasa seperti terdampar di Pulau terpencil, sendirian tak memiliki siapapun. Tak ada kawan atau keluarga yang bisa diajak untuk mencura
Angin berhembus dengan sejuk di antara siang menjelang sore. Berbincang dengan Mas Arkan sampai 3 jam lamanya sama sekali tidak terasa seakan baru lima menit berlalu. Karena aku harus menutup toko, maka aku mau minta beliau untuk mengantarku kembali ke cafe delta. Kami meluncur dengan mobil BMW milik Mas Arkan. Menyusuri jalanan kota yang terasa mulai sesak di sore hari, juga terik matahari yang langsung jatuh ke kaca depan mobil. Begitu berhenti di lampu merah yang di sebelah kirinya ada toko ritel aku terkejut dengan seseorang yang sedang duduk di bangku depan toko tersebut. Aku berusaha menajamkan pandangan mata padahal lelaki yang menggunakan celana jeans sobek di bagian lutut, baju kaos hitam dan topi., cambangnya nampak lebat, mungkin lebih bagus disebut jenggot. Dia duduk dengan sebotol kopi kemasan. Dia Mas Arham.Tatapannya kosong, duduk sambil menatap lalu lalang orang di jalanan, Dia terlihat sedih dan sesekali meneguk kopi dari botol tersebut. Melihatku ada di dalam semu
Jadi apa yang kudapatkan dalam dua belas tahun penantianku? Mungkin aku tidak cukup beruntung dengan cinta, tapi aku mendapatkan modal dan toko baru. Aku telah mengamankan masa depan anak anak dan memastikan mereka kuliah di tempat terbaik yang mereka inginkan. Dan ya, untung saja aku berkonflik dengan Mas Arham, andai kami tidak bertengkar di showroom mungkin aku tak akan bertemu dengan Mas Arkan yang istimewa, lelaki yang telah memberiku alasan baru untuk tersenyum dan lebih kuat menjalani segalanya. Karena perannya juga, aku berani mengambil keputusan untuk membuka cabang dan berspekulasi dengan keberuntunganku. Nyatanya, aku hanya butuh dorongan karena keraguan terbesarku selama ini hanya takut merugi.Cabang baru berkembang dengan pesat, Kaila mengelolanya dengan baik, sedang aku dan anak anak fokus pada toko delta di saint Maria. Popularitas toko dan testimoni kelezatan melejit membuat pesanan menumpuk dan pelanggan yang tak pernah sepi. Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan
Jadi apa yang kudapatkan dalam dua belas tahun penantianku? Mungkin aku tidak cukup beruntung dengan cinta, tapi aku mendapatkan modal dan toko baru. Aku telah mengamankan masa depan anak anak dan memastikan mereka kuliah di tempat terbaik yang mereka inginkan. Dan ya, untung saja aku berkonflik dengan Mas Arham, andai kami tidak bertengkar di showroom mungkin aku tak akan bertemu dengan Mas Arkan yang istimewa, lelaki yang telah memberiku alasan baru untuk tersenyum dan lebih kuat menjalani segalanya. Karena perannya juga, aku berani mengambil keputusan untuk membuka cabang dan berspekulasi dengan keberuntunganku. Nyatanya, aku hanya butuh dorongan karena keraguan terbesarku selama ini hanya takut merugi.Cabang baru berkembang dengan pesat, Kaila mengelolanya dengan baik, sedang aku dan anak anak fokus pada toko delta di saint Maria. Popularitas toko dan testimoni kelezatan melejit membuat pesanan menumpuk dan pelanggan yang tak pernah sepi. Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan
Mustahil dia adalah inspirasiku, inspirasi sesungguhnya adalah dendam dan luka di hatiku. Aku tidak mau kemurungan menghancurkan hidupku jadi kepedihan yang ada akan kuubah sebagai cambuk yang akan membuatku melejit jauh ke atas dan membuatnya menyesal menyakitiku. Aku tidak membalas pesannya, sekalipun dia mengirimkan spam chat sampai puluhan jumlahnya. Dia bilang dia mencintaiku, dia mohon agar aku memaafkannya. Juga dia bilang bahwa hubunganku dan Mas Arkan tidak ada pengaruhnya untuk dia, dia mau bersaing dengan sehat pada lelaki itu. Konyol sekali. Idiot!"Aku yakin kau belum tidur karena centangnya sudah biru." "Aku terbangun karena denting ponselku. Kau telah mengganggu tidurku," balasku."Dengar sayangku, aku akan memaafkan perbuatan Tuan Arkan dan bagaimana sikap kau dan anak-anak. Aku mau berlapang dada dan bersabar. semoga itu membuatmu paham bahwa aku benar-benar masih menyayangi kalian.""Omong kosong itu... Sudah ratusan kali aku mendengarnya dan aku tidak tertarik me
Mas Arham bergeming begitu kening yang mendapatkan tinjuan yang sangat keras. Dia terkapar di paving lokasi parkir depan toko Delta. Orang-orang memandang kejadian diantara kami dengan decak terkejut dan komentar mereka mulai riuh.Anak-anak dan Kayla yang tadinya sibuk melayani pelanggan akhirnya juga ikut keluar dan menyaksikan semua itu."Anak-anak maafkan kami, maaf karena kalian harus melihat ini semua," ucap Mas Arkan pada Delia."Nggak apa-apa Om beliau memang harus diberikan pengertian," jawab Delia sambil memeluk nampan di tangannya.Mas Arkan terkulai dan berusaha bangkit tapi kurasa kepalanya sakit, kondangannya berkunang-kunang dan pukulan telak itu mungkin nyaris mengambil kesadaran dan membuatnya hampir pingsan."Apa yang terjadi sebenarnya?" ucap seorang wanita yang sudah lama kenal denganku dia nyonya Telia, pemilik toko pakan kucing di seberang jalan."Tidak ada, Bu. Lelaki yang sudah bercerai denganku kini terus datang dan memberikan terornya.""Astaga, kuharap sekar
Matahari menjulang di langit dengan terik yang terasa nyata di kulit. Aku berjalan perlahan menuruni puluhan anak tangga dari gedung pengadilan agama. Akta perceraian yang kugenggam di tangan menjadi bukti dan titik balik bahwa sekarang aku telah menyandang status sendirian. Aku janda dan aku harus melawan stigma.Mulai sekarang aku akan berjuang sendirian tanpa keyakinan dan penegak jiwa bahwa aku memiliki suami. Orang yang kucintai dan kutunggu selalu bertahun-tahun ternyata bukan jodohku, bukan sama sekali.Sekarang langkah kaki terasa ringan meski hati sedikit sedih. Kutegarkan perasaanku sambil berdoa dan bertekad pada diri sendiri bahwa aku akan kuat menjalani hidupku. P*"Apa semuanya lancar Bu?""Akta cerai mana!""Di tasku.""Ibu tidak ketemu Pak Arham kan?""Dia bisa ambil akta cerainya sendiri.""Oh, syukurlah semuanya sudah selesai.""Ya, dan hakim juga memutuskan perintah untuk menjaga jarak. Mas Arham tidak akan mendekati Kita selamanya.""Syukurlah Bu, tinggal jalani s