Semua Bab DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU : Bab 21 - Bab 30

47 Bab

21

Bersama kepergian Mariana awan bergerak mengubah awan cerah menjadi mendung. Hujan rintik-rintik menyapa sore, seperti bisikan hati yang tak terucap. Airnya menetes membasahi jalanan kota, menciptakan genangan kecil yang memantulkan langit senja yang muram. Antara aku dan anak-anak serta lelaki yang kini duduk lesu di meja sudut cafe, ada hal yang tak tersampaikan yang tersirat dalam benak kami. Tatapan kami bertemu terbingkai oleh derasnya air mata dan isyarat kata yang tak lagi mampu terucap. Aku mengerti di hatiku dan hatinya terukir sebuah kisah yang mengalir dalam tiap helaan napas, namun badai telah menghapus segalanya bersama dengan lelakiku yang menemukan pelabuhan cinta baru.Pria bertubuh tegak dengan garis senyum yang selalu menggetarkan hati itu memandangku kemudian berdiri dari posisinya. Pandangan matanya menyapu ke arah kedua putriku ayahnya dengan penuh kekecewaan. Jangan tanya air mata yang berurai dari netra mereka. Kekecewaan, keterkejutan, serta berbagai hal yang
Baca selengkapnya

22

Bersama dengan jawaban itu percakapan kami berakhir, anakku beralih ke kamar mereka denganmu bibir yang terkunci rapat. Pintu kamar tertutup mengisahkan diriku yang hanya bisa menghela nafas.Aku tahu ini akan terjadi tapi aku tak menyangka secepat ini. Begitu cepat mas Arham memutuskan untuk jujur pada semua orang tanpa menyiapkan mental masing-masing dan menjelaskan pada istrinya tentang situasinya. Aku tahu ada hal yang membuatnya harus mengambil keputusan secepat itu. Menghalau berbagai asumsi dan fitnah yang mungkin saja terjadi karena dia sering mengunjungiku, mungkin itulah salah satu alasan yang membuatnya segera jujur pada Mariana. Ditambah, lelaki itu sangat rindu pada kedua putrinya dan ingin mengakui mereka dengan bangga di muka umum sebagai anaknya. **Mentari pagi menyapa lagi, menyingkirkan kabut tipis yang menyelimuti kota dengan pendar cahaya yang menerobos ke sudut jalan dan deretan rumah. Kicau burung selaras dengan bunga yang bermekaran menunjukkan pesona tercant
Baca selengkapnya

23

Dia masih menangis di hadapanku, sementara aku hanya mendengarkan dalam diam. Aku mengerti perasaan wanita itu. Perasaan gelisah yang merayap perlahan, berawal dari setitik ketidaknyamanan, berubah menjadi keresahan yang memacu degup jantung berdetak cepat. Beberapa orang kehilangan selera makan dan kemampuan untuk melelapkan mata. Tapi entah apa yang dirasakan Mariana. Membayangkan semua rentetan kejadian membuat pikiranku tak menentu, bagai daun yang diputar angin, bayang masa lalu berputar dan menggerogoti ketenanganku. Aku tahu, Anakku berharap kehidupan yang lebih baik setelah kedatangan ayahnya, satu-satunya yang mungkin jadi penghiburan untuk mereka, adalah iktikad baik dan kehadiran lelaki itu untuk mengisi kehampaan yang hilang selama belasan tahun. Bukan cuma uang, tapi waktu dan perhatian Mas Arham juga mereka nantikan. Aku tidak layak mencegah karena anak-anakku berhak mendapatkannya. Di sisi lain ada wanita yang sangat mencintai suamiku, dia tergila-gila dan mungkin tak
Baca selengkapnya

24

Mendengar ucapanku, mungkin pikiran dan gejolak dalam dada wanita itu tidak menerimanya dengan baik, emosinya yang bertumpuk serta keburu-buruannya untuk menyelesaikan semua masalah ini membuat pikirannya kacau. Aku yakin dia sibuk antara mempertahankan cinta dan menjaga rahasia suaminya agar tidak diketahui oleh semua orang, membuatnya semakin tertekan.Pada akhirnya Mariana terkulai lemas di teras rumahku, dia terjerembab ke lantai dan terlentang tak sadarkan diri. Tas mewah yang selalu melengkapi penampilannya jatuh ke atas wajahnya dan menumpahkan semua isinya. Aku yang tak bisa mengangkatnya terpaksa memanggil beberapa orang tetangga, untuk membantu memindahkan wanita itu ke ruang tamu, kutelepon juga Kaila untuk menjaga toko karena aku akan datang terlambat."Ini siapa ya, Mba?" Tetangga depan rumahku bertanya tentang siapa Mariana. "Dia kerabat jauh saya yang baru berkunjung, dia memang sedang sakit dan lemah.""Dia kelihatan orang kaya.""Hahaha. Iya.""Kalau begitu bawa ke
Baca selengkapnya

25

"Memang Ayah ingin jujur padanya... tapi Ayah menunggu waktu yang tepat." Percakapan yang direkam Anakku masih bergulir sementara Kami bertiga mendengarnya dengan seksama. Suasana di meja makan dan seluruh rumah menjadi sangat hening berkat suara yang kini jadi fokus kami dari ponsel. "Sudah 12 tahun berlalu ayah tak pernah jujur, bahkan, jika ayah tidak datang ke toko, ayah tetap akan menyembunyikan rahasia itu rapat-rapat. Iya kan!" "Lita, aku berhadapan bukan dengan orang sembarangan. Jika ayah ceroboh maka ayah akan kehilangan kehidupanku juga menyengsarakan kalian semua.""Apa bedanya sekarang! begitu Ayah jujur, semuanya kacau! Ayah melibatkan kami padahal kami tidak bersalah! Entah apa penilaian istri ayah dan apa tindakannya pada Bunda?""Aku akan melindungi kalian!""Tidak usah, dari awal ayah emang laki-laki yang tidak berguna!""Ayah menyesal!""Juga nenek! Beliau sama jahatnya dengan ayah. Bertahun-tahun kami mencari keberadaan ayah dan dia tetap bungkam. Aku tahu beli
Baca selengkapnya

26

Malam bergulir dengan gerimis dan nyanyian jangkrik di latar belakang. Di kejauhan kelap kelip lampu kota dan kedip sinar menara pembangkit listrik seperti panorama cahaya dalam kegelapan. Aku masih di pembaringan, belum sanggup memejamkan mata oleh begitu banyak pikiran yang berputar dalam benakku.Aku tahu, aku terlalu lama mengalah dan selalu bersikap sopan pada semua orang, tapi aku tahu itu tidak akan menguntungkan selamanya, jika aku tidak melawan perundung atau segelintir orang yang menekan dengan ancaman maka aku akan terus menderita. Alih alih diam saja, kenapa aku tidak melampiaskan kemarahan akibat penghianatan Mas Arham. Aku juga sadar bahwa cerita tidak akan seru tanpa tokoh antagonis atau drama yang menyakitkan hati penontonnya. Begitulah alur kehidupan, setiap kali ingin mencapai ketenangan, baru saja bersyukur atas ketentraman dan keberkahan hidup, tiba-tiba seseorang akan ditemui oleh ada saja masalah yang timbul!Hidup seakan dibanting berkali-kali tapi kita dipa
Baca selengkapnya

27

Gawat!!Hanya itu yang terlintas dalam benakku, aku ingin menyusul putriku dan segera menariknya. Menyeret dan membawanya kembali ke meja, tapi dia sudah terlalu dekat ke arah kerumunan di mana ayahnya sedang bicara dengan para pengusaha. "Ah, kepalaku sakit," ujar Delia sambil memijiti kepalanya. "Aku ragu ini akan berhasil dengan baik, Bunda.""Mari kita lihat apa yang terjadi di sana." Aku tak bisa duduk di meja saja, aku harus segera menjemput putriku sebelum dia mengacaukan suasana. Beberapa orang yang memegang ponsel siap kapanpun untuk merekam, karena setiap kejadian aneh, aib yang terungkap dan konflik adalah tontonan yang mahal."Halo!" Lita menyapa ayahnya dengan sikap santai dan percaya diri, gadis itu menepuk punggung Mas Arham dan membuat lelaki itu membalikan badan. Mas Arham yang baru menyadari kehadiran kami nampak kikuk melihat anaknya yang tersenyum manis dan mengedipkan mata. "Selamat malam, apa kabar Ay...." ucap Lita sekali lagi. "Kami baik!!! senang melihatm
Baca selengkapnya

28

Seperti sesuatu yang sedang dialiri oleh tegangan tinggi, aku bisa merasakan tensinya langsung berubah. Suasana pesta yang tadinya hangat dan penuh keakraban, berubah menjadi panas dan canggung. Keadaan di ballroom sedikit hening, hanya alunan biola dan piano syahdu mengiringi di latar belakang.Beberapa orang hanya saling terdiam, saling lirik satu sama lain tapi tidak tahu harus memulai pembicaraan dengan topik apa. Pembicaraan yang terjadi di tengah-tengah pesta telah menyebar seperti kobaran api yang memakan rumput kering, rahasia itu terdengar ke seluruh sudut ruangan dan membuat semua orang memandang kami. "Benarkah?""Apa Alhamdulillah punya istri dan anak sebelum menikahi Mariana?""Astaga, ini akan kacau!" Bisik-bisik terdengar di latar belakang dan membuatku makin tak nyaman, bagaimanapun aku mulai malu dengan tindakan anakku tapi aku tidak bisa menyalahkannya. "Kau anaknya Arham?" tanya seorang wanita dengan gaun putih, dia mendatangi Lita dan menyentuh tangannya. Wanita
Baca selengkapnya

29

Taksi melaju pelan di jalanan sepi, melewati jalan setengah basah berkat curah hujan November. Gedung-gedung bersinar dan lampu-lampu jalan berkelap-kelip seperti bintang jatuh. Dalam keheningan yang menyelimuti kami, ada perasaan takut dan tak nyaman mencengkeram hati. Terutama aku, sebagai ibu dari kedua putriku. Sesekali kulirik Delia, gadis itu hanya menghela nafas dengan tatapan sendu. Senyum yang seharusnya menghiasi wajah, digantikan oleh perasaan khawatir yang mendalam. Pesta yang seharusnya kami nikmati, berubah menjadi mimpi buruk yang tak terkendali. "Apa Bunda percaya perkataan wanita tadi?" Pertanyaan Delia memecah keheningan diantara kami. Di sebelah kakaknya, Lita hanya menyandarkan kepalanya ke sisi jendela sambil memandangi gedung-gedung yang seakan berlarian di belakang kami. "Ya, Bunda tidak meragukan itu, mereka orang kaya dan punya sumber daya. Jika mereka tak suka, mereka akan menyingkirkannya.""Apa mereka akan meneror kita dan menghancurkan toko kue kita?"
Baca selengkapnya

30

"Dengarkan aku!" "Aku tidak mau, percakapan kita berakhir sampai di sini dan tidak perlu diperpanjang lagi." Aku nyaris melempar nampanku wajahnya Andai Kayla tidak memberi isyarat bahwa aku tidak boleh melakukan hal-hal yang di luar batas. "Kau tidak tahu apa yang kuhadapi, betapa masalah dan tekanan dari hari ke hari." Lelaki itu mulai merengek, dan terlihat putus asa. "Itu urusanmu, andai sejak awal pura-pura saja tidak mengenalku maka semua ini tidak akan terjadi. Sebaliknya, kau terus menemuiku dan menggangguku, kau juga memperkenalkan dirimu pada anak-anak dan berniat untuk mengakui segalanya. Kenapa kau tidak mengakui kesalahanmu dan bersikap munafik, apa bagimu harta dan wanita itu lebih penting dari kami?" "Bukan begitu. Reaksi yang ditunjukkan Mariana dan keluarganya sangat tidak terduga. Mereka begitu murka dan mengancamku."Lelaki itu menundukkan wajahnya sambil mendecak perlahan, rautnya begitu gelisah bahkan bicaranya pun tak tenang. Seperti orang yang terkena seran
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status