Share

22

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2024-11-10 06:44:41

Bersama dengan jawaban itu percakapan kami berakhir, anakku beralih ke kamar mereka denganmu bibir yang terkunci rapat. Pintu kamar tertutup mengisahkan diriku yang hanya bisa menghela nafas.

Aku tahu ini akan terjadi tapi aku tak menyangka secepat ini. Begitu cepat mas Arham memutuskan untuk jujur pada semua orang tanpa menyiapkan mental masing-masing dan menjelaskan pada istrinya tentang situasinya.

Aku tahu ada hal yang membuatnya harus mengambil keputusan secepat itu. Menghalau berbagai asumsi dan fitnah yang mungkin saja terjadi karena dia sering mengunjungiku, mungkin itulah salah satu alasan yang membuatnya segera jujur pada Mariana. Ditambah, lelaki itu sangat rindu pada kedua putrinya dan ingin mengakui mereka dengan bangga di muka umum sebagai anaknya.

**

Mentari pagi menyapa lagi, menyingkirkan kabut tipis yang menyelimuti kota dengan pendar cahaya yang menerobos ke sudut jalan dan deretan rumah. Kicau burung selaras dengan bunga yang bermekaran menunjukkan pesona tercant
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    23

    Dia masih menangis di hadapanku, sementara aku hanya mendengarkan dalam diam. Aku mengerti perasaan wanita itu. Perasaan gelisah yang merayap perlahan, berawal dari setitik ketidaknyamanan, berubah menjadi keresahan yang memacu degup jantung berdetak cepat. Beberapa orang kehilangan selera makan dan kemampuan untuk melelapkan mata. Tapi entah apa yang dirasakan Mariana. Membayangkan semua rentetan kejadian membuat pikiranku tak menentu, bagai daun yang diputar angin, bayang masa lalu berputar dan menggerogoti ketenanganku. Aku tahu, Anakku berharap kehidupan yang lebih baik setelah kedatangan ayahnya, satu-satunya yang mungkin jadi penghiburan untuk mereka, adalah iktikad baik dan kehadiran lelaki itu untuk mengisi kehampaan yang hilang selama belasan tahun. Bukan cuma uang, tapi waktu dan perhatian Mas Arham juga mereka nantikan. Aku tidak layak mencegah karena anak-anakku berhak mendapatkannya. Di sisi lain ada wanita yang sangat mencintai suamiku, dia tergila-gila dan mungkin tak

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    24

    Mendengar ucapanku, mungkin pikiran dan gejolak dalam dada wanita itu tidak menerimanya dengan baik, emosinya yang bertumpuk serta keburu-buruannya untuk menyelesaikan semua masalah ini membuat pikirannya kacau. Aku yakin dia sibuk antara mempertahankan cinta dan menjaga rahasia suaminya agar tidak diketahui oleh semua orang, membuatnya semakin tertekan.Pada akhirnya Mariana terkulai lemas di teras rumahku, dia terjerembab ke lantai dan terlentang tak sadarkan diri. Tas mewah yang selalu melengkapi penampilannya jatuh ke atas wajahnya dan menumpahkan semua isinya. Aku yang tak bisa mengangkatnya terpaksa memanggil beberapa orang tetangga, untuk membantu memindahkan wanita itu ke ruang tamu, kutelepon juga Kaila untuk menjaga toko karena aku akan datang terlambat."Ini siapa ya, Mba?" Tetangga depan rumahku bertanya tentang siapa Mariana. "Dia kerabat jauh saya yang baru berkunjung, dia memang sedang sakit dan lemah.""Dia kelihatan orang kaya.""Hahaha. Iya.""Kalau begitu bawa ke

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    25

    "Memang Ayah ingin jujur padanya... tapi Ayah menunggu waktu yang tepat." Percakapan yang direkam Anakku masih bergulir sementara Kami bertiga mendengarnya dengan seksama. Suasana di meja makan dan seluruh rumah menjadi sangat hening berkat suara yang kini jadi fokus kami dari ponsel. "Sudah 12 tahun berlalu ayah tak pernah jujur, bahkan, jika ayah tidak datang ke toko, ayah tetap akan menyembunyikan rahasia itu rapat-rapat. Iya kan!" "Lita, aku berhadapan bukan dengan orang sembarangan. Jika ayah ceroboh maka ayah akan kehilangan kehidupanku juga menyengsarakan kalian semua.""Apa bedanya sekarang! begitu Ayah jujur, semuanya kacau! Ayah melibatkan kami padahal kami tidak bersalah! Entah apa penilaian istri ayah dan apa tindakannya pada Bunda?""Aku akan melindungi kalian!""Tidak usah, dari awal ayah emang laki-laki yang tidak berguna!""Ayah menyesal!""Juga nenek! Beliau sama jahatnya dengan ayah. Bertahun-tahun kami mencari keberadaan ayah dan dia tetap bungkam. Aku tahu beli

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    26

    Malam bergulir dengan gerimis dan nyanyian jangkrik di latar belakang. Di kejauhan kelap kelip lampu kota dan kedip sinar menara pembangkit listrik seperti panorama cahaya dalam kegelapan. Aku masih di pembaringan, belum sanggup memejamkan mata oleh begitu banyak pikiran yang berputar dalam benakku.Aku tahu, aku terlalu lama mengalah dan selalu bersikap sopan pada semua orang, tapi aku tahu itu tidak akan menguntungkan selamanya, jika aku tidak melawan perundung atau segelintir orang yang menekan dengan ancaman maka aku akan terus menderita. Alih alih diam saja, kenapa aku tidak melampiaskan kemarahan akibat penghianatan Mas Arham. Aku juga sadar bahwa cerita tidak akan seru tanpa tokoh antagonis atau drama yang menyakitkan hati penontonnya. Begitulah alur kehidupan, setiap kali ingin mencapai ketenangan, baru saja bersyukur atas ketentraman dan keberkahan hidup, tiba-tiba seseorang akan ditemui oleh ada saja masalah yang timbul!Hidup seakan dibanting berkali-kali tapi kita dipa

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    27

    Gawat!!Hanya itu yang terlintas dalam benakku, aku ingin menyusul putriku dan segera menariknya. Menyeret dan membawanya kembali ke meja, tapi dia sudah terlalu dekat ke arah kerumunan di mana ayahnya sedang bicara dengan para pengusaha. "Ah, kepalaku sakit," ujar Delia sambil memijiti kepalanya. "Aku ragu ini akan berhasil dengan baik, Bunda.""Mari kita lihat apa yang terjadi di sana." Aku tak bisa duduk di meja saja, aku harus segera menjemput putriku sebelum dia mengacaukan suasana. Beberapa orang yang memegang ponsel siap kapanpun untuk merekam, karena setiap kejadian aneh, aib yang terungkap dan konflik adalah tontonan yang mahal."Halo!" Lita menyapa ayahnya dengan sikap santai dan percaya diri, gadis itu menepuk punggung Mas Arham dan membuat lelaki itu membalikan badan. Mas Arham yang baru menyadari kehadiran kami nampak kikuk melihat anaknya yang tersenyum manis dan mengedipkan mata. "Selamat malam, apa kabar Ay...." ucap Lita sekali lagi. "Kami baik!!! senang melihatm

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    28

    Seperti sesuatu yang sedang dialiri oleh tegangan tinggi, aku bisa merasakan tensinya langsung berubah. Suasana pesta yang tadinya hangat dan penuh keakraban, berubah menjadi panas dan canggung. Keadaan di ballroom sedikit hening, hanya alunan biola dan piano syahdu mengiringi di latar belakang.Beberapa orang hanya saling terdiam, saling lirik satu sama lain tapi tidak tahu harus memulai pembicaraan dengan topik apa. Pembicaraan yang terjadi di tengah-tengah pesta telah menyebar seperti kobaran api yang memakan rumput kering, rahasia itu terdengar ke seluruh sudut ruangan dan membuat semua orang memandang kami. "Benarkah?""Apa Alhamdulillah punya istri dan anak sebelum menikahi Mariana?""Astaga, ini akan kacau!" Bisik-bisik terdengar di latar belakang dan membuatku makin tak nyaman, bagaimanapun aku mulai malu dengan tindakan anakku tapi aku tidak bisa menyalahkannya. "Kau anaknya Arham?" tanya seorang wanita dengan gaun putih, dia mendatangi Lita dan menyentuh tangannya. Wanita

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    29

    Taksi melaju pelan di jalanan sepi, melewati jalan setengah basah berkat curah hujan November. Gedung-gedung bersinar dan lampu-lampu jalan berkelap-kelip seperti bintang jatuh. Dalam keheningan yang menyelimuti kami, ada perasaan takut dan tak nyaman mencengkeram hati. Terutama aku, sebagai ibu dari kedua putriku. Sesekali kulirik Delia, gadis itu hanya menghela nafas dengan tatapan sendu. Senyum yang seharusnya menghiasi wajah, digantikan oleh perasaan khawatir yang mendalam. Pesta yang seharusnya kami nikmati, berubah menjadi mimpi buruk yang tak terkendali. "Apa Bunda percaya perkataan wanita tadi?" Pertanyaan Delia memecah keheningan diantara kami. Di sebelah kakaknya, Lita hanya menyandarkan kepalanya ke sisi jendela sambil memandangi gedung-gedung yang seakan berlarian di belakang kami. "Ya, Bunda tidak meragukan itu, mereka orang kaya dan punya sumber daya. Jika mereka tak suka, mereka akan menyingkirkannya.""Apa mereka akan meneror kita dan menghancurkan toko kue kita?"

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    30

    "Dengarkan aku!" "Aku tidak mau, percakapan kita berakhir sampai di sini dan tidak perlu diperpanjang lagi." Aku nyaris melempar nampanku wajahnya Andai Kayla tidak memberi isyarat bahwa aku tidak boleh melakukan hal-hal yang di luar batas. "Kau tidak tahu apa yang kuhadapi, betapa masalah dan tekanan dari hari ke hari." Lelaki itu mulai merengek, dan terlihat putus asa. "Itu urusanmu, andai sejak awal pura-pura saja tidak mengenalku maka semua ini tidak akan terjadi. Sebaliknya, kau terus menemuiku dan menggangguku, kau juga memperkenalkan dirimu pada anak-anak dan berniat untuk mengakui segalanya. Kenapa kau tidak mengakui kesalahanmu dan bersikap munafik, apa bagimu harta dan wanita itu lebih penting dari kami?" "Bukan begitu. Reaksi yang ditunjukkan Mariana dan keluarganya sangat tidak terduga. Mereka begitu murka dan mengancamku."Lelaki itu menundukkan wajahnya sambil mendecak perlahan, rautnya begitu gelisah bahkan bicaranya pun tak tenang. Seperti orang yang terkena seran

Latest chapter

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    47

    Entah apa yang terjadi setelah kegelapan panjang menelanku, akibat kata-kata Iriana. Aku seperti tersedot dalam pusaran hitam di mana waktu berhenti dan dunia memudar.Seperti cahaya yang muncul dari ujung lorong, seolah bayang kecil yang tiba tiba datang dari kejauhan lalu perlahan membesar, aku seperti dikejar oleh mimpi-mimpi buruk yang mengerikan, perlahan aku mampu mendengarkan suara samar yang kemudian berkumpul seperti gemuruh ombak memecah pantai. Pada akhirnya, aku terbangun dengan satu teriakan minta tolong dan menyadari tubuhku telah berada di tempat yang berbeda. Kuedarkan pandangan ke sekelilingku dengan mata yang dibuka perlahan, tapi begitu terpapar oleh cahaya menyilaukan, aku hanya bisa menutupnya dengan sebelah tanganku."Di mana aku?""Di rumah sakit," Jawab suara bariton dari sosok pria yang ada di sisiku, itu papa. Aku tersadar bahwa aku tengah berada di rumah sakit. "Kenapa aku bisa di sini?""Justru aku yang harus bertanya padamu, kenapa kau tidak jujur tent

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    46

    Toko Delta dengan segala pesona dan popularitas kelezatan kuenya, telah mencuri perhatian dan perasaanku. Toko kecil yang ada di seberang jalan Saint Maria, pusat pertokoan lama dan cagar budaya yang masih dijaga pemerintah itu, telah membuatku tertarik dan ingin berinvestasi kepada pemiliknya. Kue kue yang mereka tawarkan, suasana kafe yang nyaman serta suguhan makanan jadul yang otentik, membuatku terpedaya.Aku pernah begitu ingin melihat sosok Iriana sukses dan menjadi wanita yang kaya. Tanpa menyadari kalau wanita itu adalah bagian dari masa lalu suamiku yang paling penting, ya! dia wanita yang sangat dicintai Mas Arham.Mobil yang meluncur seakan berjalan di tempatnya, Aku berjalan begitu lambat sementara aku ingin menyudahinya. Aku duduk bersisian dengan suamiku dalam mobil yang akan membawa kami ke toko Delta. Aku harus menghitung detakan jantungku, memikirkan kalimat apa yang akan kukatakan di sana, serta bagaimana reaksiku jika suasana mulai tidak terkendali. "Kau baik-baik

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    45

    "Aku terpaksa menahan perasaanku dan menyakitinya demi tidak menyakitimu!"Alasan lagi, selalu dan selalu penuh alasan yang terdengar tak masuk akal"Oh wow, dan wanita itu juga menahan tangisan dan kejujurannya demi tidak menyakitiku. Aku bisa bayangkan betapa bergejolak hati wanita itu saat pertama kali berjumpa denganmu. Wah, Aku tidak tahu apa aku harus terharu atau merasa terhina, karena dua orang yang saling mencintai sedang mengasihani diriku. Apa aku semenyedihkan itu sampai kalian begitu prihatin atas perasaan ini?!""Aku tidak bermaksud meremehkanmu! Aku hanya ingin menjaga agar kau tetap bahagia!""Jika demikian kenapa kau harus jujur? Jaga saja rahasia masa lalumu sampai mati dan jangan beritahu aku, agar aku tidak menderita. Apa yang kau harapkan dengan jujur padaku dan memintaku untuk memaklumi pernikahan poligami. Apa kau gila?!""Ucapanmu sangat membuatku malu Mariana, Aku tidak tahu aku harus bagaimana," jawab lelaki itu sambil menggeleng lemah dan menahan kesedihan

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    44 POV Mariana

    Sinar keemasan mentari menerobos lewat celah kaca jendela, bayangan gorden menari di lantai marmer, namun kehangatannya tak mampu menembus dinginnya suasana hati. Di meja makan, kami hanya saling mendiamkan, meski aroma kopi dan makanan yang disediakan asisten terlihat menggugah tapi aku sama sekali tak menyentuh makanan itu. Suamiku duduk di kursi dan tak banyak bicara, sementara aku menatapnya sambil menahan kepalan tangan di seberang meja, pemberitahuan semalam dan jejak pertengkaran masih terasa dalam ingatanku, sebuah hal yang tidak bisa kuterima dan tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku tahu suatu hari secuil kenangan dari masa lalu itu akan teringat oleh suamiku, aku tahu dia menelusuri masa lalu dan yakin dia terus berusaha mencari jati dirinya, memeriksa apa yang telah terjadi di masa lampau orang-orang yang pernah terkait dengan itu. Aku tahu suatu saat ini akan terjadi, tapi aku tak menyangka dia ternyata punya keluarga yang belum ditinggalkannya. Kupikir suamiku duda

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    43

    Ada suatu ketika, saat aku berhasil membuat dia mau duduk berhadapan denganku dan mendengarkan setiap penjelasanku. Mungkin sudah bosan dengan kejaranku, atau jijik melihat wajahku, Iriana terpaksa duduk dengan segala kemuakan yang terlihat jelas dari ekspresinya. Aku ceritakan padanya satu persatu mengapa aku bisa kehilangan ingatanku. Aku bilang aku tidak sengaja menyakitinya. Aku mengenal Mariana karena wanita itu telah menyelamatkanku merawatku sepenuh hati dan memberiku kehidupan baru. Aku bersimpati kepada kebaikannya dan menghargainya. Aku mendedikasikan hidup untuk menghargai istri keduaku tapi aku mencintai Iriana."Bila kau sangat mencintainya maka jangan kembali padaku.""Aku bilang aku meletakkan penghormatan tertinggi untuk Merry. Tapi kau menguasai seluruh hatiku."Wanita itu tertawa sambil mengkirimkan kepalanya. "Munafik! Di depanku kau bilang cinta tapi di pasar kemarin, kau memeluknya, dengan bangga kau mencium dan mengiyakan pernyataan cintanya. Aku benar-benar ji

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    42 POV Arham

    Putriku berdiri di seberang antara lorong menuju koridor toilet dan dapur, dia menatapku dan ibunya secara bergantian, dan seperti yang kuduga gadis itu mengenaliku. Perlahan bola matanya berkaca-kaca, gadis itu mendatangiku dan bertanya, "Ayah? Apa Anda adalah ayahku?" Aku terdiam, aku ingin berteriak kalau benar aku adalah ayahnya dan aku merindukannya, tapi aku segan pada ibunya. "Ayah ke mana saja selama ini?" Aku tahu aku akan mendapatkan cecaran pertanyaan yang sama, berkali-kali, memusingkan dan aku tak punya jawabannya. Pertanyaan itu akan terus terulang, mengudara di telingaku dan berdenging-denging selamanya. Aku merutuki diriku sendiri dan mengapa aku bisa hilang selama itu, kenapa aku selalu menahan diri setiap kali ingin tangan langsung mencari mereka.Saat ingatanku sekelebat datang, aku mencoba menyewa seseorang untuk menyusuri masa laluku. Aku membayarnya untuk mencari tahu siapa istriku, apa nama dan di mana alamatnya.Kehilangan ingatan akibat kecelakaan membuat

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    41. POV Arham

    Hujan di kota yang baru kujejaki ini terasa begitu syahdu, aroma tanah basah berpadu dengan wangi kopi tubruk yang ditawarkan penjual angkringan juga aroma jajanan pasar yang digelar di lapak pinggir jalan menciptakan kenangan yang seolah dibangkitkan dari masa kecilku. Bersama dengan Mariana, kedua anakku Adelia dan Casandra, kami berjalan-jalan menyusuri kota. Memeriksa di mana kami akan membuka showroom terbaru, serta survei lokasi mall yang akan dibangun istriku. Ya, keluarga kami adalah keluarga pengusaha, Mertuaku adalah pemilik Artha jaya company, distributor motor terbaik di provinsi kami. Adapun istriku dia pengusaha real estate dan pusat perbelanjaan. Dia juga punya bisnis fashion dan kuliner yang menambah pundi-pundi kekayaannya. Secara teknis hidup kami berkecukupan dan bahagia. Suatu hari dia bilang dia ingin berkunjung ke kota pesisir yang masih asli dengan peninggalan budaya dan arsitekturnya, dia ingin memberikan sentuhan modern di sana dan menggeliatkan ekonomi pend

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    40

    Suasana pagi di toko kue begitu semarak dengan kehadiran pengunjung yang ramai dan roti keju coklat yang mengembang sempurna. Aku dan Kayla sibuk bahu membahu melayani tamu membawakan kopi dan pesanan sarapan mereka serta menyapa orang-orang yang datang dari Komunitas Lansia. ada beberapa wanita muda yang baru pulang dari Gym dan memesan dua set salad buah dan jus kale tanpa gula. Tringg!Tiba-tiba pintu cafe terbuka dengan keras, gebrakan lonceng di pintu kaca membuat semua orang memandang ke entry utama toko kami. Diantara tegangan semua orang Mariana tampil di sana. Istri kedua Mas Arham datang dengan wajah merah menahan amarah. Matanya berkilat tajam dan menunjukkan kemurkaan mendalam. "Beraninya kamu mencuri suamiku!" Dia menghampiriku, merebut jus kale yang ada di nampan, lalu menyiramnya ke wajahku. Byurr!!Aku terkejut, semua orang juga terkesiap dan bangun dari bangku mereka, mereka terperanjat dan kaget karena untuk pertama kalinya aku diperlakukan seperti itu oleh se

  • DUA BELAS TAHUN TANPA KAMU    39

    Cahaya lampu gantung menerangi ruang makan, pendar lilin menari-nari memantul pada permukaan meja kayu yang mengkilat. Diantara hidangan lezat yang tersaji di sana Aroma kari ayam dan sambal kentang bercampur dengan wangi rempah-rempah yang membangkitkan selera dan kenangan lama. Melihat anak-anakku bercanda dengan ayahnya sesaat aku terdiam. Terhanyut dalam lautan kebahagiaan serta suasana romantis yang mengingatkanku akan masa di saat aku dan Mas Arham masih muda dan penuh harapan. Di mana kami masih saling mencintai dan bermimpi membangun keluarga yang bahagia. "Sayang, kenapa diam?" Pria itu meraih jemariku lalu menggenggamnya dengan hangat. Aku meresapi pegangan tangan itu sambil menghalau perasaan canggung di hati ini.Bagaimanapun konflik yang terjadi beberapa hari yang lalu serta kedatangannya yang tiba-tiba seperti fluktuasi suasana yang berganti dengan dramatis, begitu cepat, sehingga aku sulit mencernanya. Intinya aku belum bisa menyesuaikan diriku dalam keadaan yang me

DMCA.com Protection Status