Malam yang kulalui seperti dihujam oleh duri duri dari langit, hujan yang selalu kusukai terasa seperti lagu kematian, sendu dan semakin membawa perasaan kelabu yang suram. Aku benci menunggu lelaki itu kembali dan bicara padanya. *Lalu tak lama mobilnya datang, dia turun dari sana dan segera berlari ke teras rumah, kunci pintu terdengar dibuka lalu ayah dari anak anakku muncul dari sana. Melihatku duduk di ruang tamu dengan tatapan tajam, sepertinya lelaki itu bergidik ngeri, langkahnya ragu, tapi, dia harus masuk sebelum serangan hujan yang kian deras menampar tubuh dan pakaiannya."Iriana, kamu belum tidur?""Bagaimana bisa tidur, jika hati ini gelisah?""Aku mengerti maksudmu, Ir. Aku minta maaf atas yang terjadi siang tadi.""Aku tak akan mendramatisir masalah, malah sekarang aku sedang berada di puncak kesadaranku. Semurni murninya pikiran," jawabku tenang."Duduklah!" Perintahku sambil memberi isyarat dengan ekor mata. Dia tak berkutik, menyeret langkah lalu duduk dengan gest
Terakhir Diperbarui : 2024-12-24 Baca selengkapnya