"Eh!"Aku menatapnya dengan kesal.Dia segera menutup mulutnya, "Baik, baik, aku tidak bicara lagi, tidak bicara."Setelah beberapa saat, dia mendorong kotak makanan ke depanku, "Cepat makan, ini dibawakan Zayn untukmu."Aku tertegun sesaat, mengingat bagaimana Zayn pergi dengan marah semalam.Aku mengatupkan bibir, lalu bertanya pelan, "Dia di mana sekarang?""Dia? Pergi menemui klien," jawabHenry menjawab sambil menyandarkan dirinya ke sandaran sofa, mengeluarkan sebungkus rokok, bersiap untuk merokok.Aku mengernyit, "Jangan merokok di kamarku."Henry tercengang, lalu setelah beberapa saat, dia mendecak sambil mencibir, "Galak sekali, lagi pula, Zayn boleh merokok, kenapa aku tidak boleh?""Audrey, kamu tidak boleh bersikap pilih kasih seperti ini. Aku 'kan sudah repot-repot kembali cuma untuk antarkan makanan untukmu.""Kalau Zayn ada di sini, aku juga tidak biarkan dia merokok," jawabku.Namun, Henry langsung membelalakkan matanya, "Serius? Bukankah dia punya kebiasaan merokok ya
Baca selengkapnya