Semua Bab Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar: Bab 101 - Bab 110

125 Bab

BAB 101

Dimas hanya terkekeh, berusaha tetap tenang. "Ada perlu apa, Em?"Emily cepat-cepat mengalihkan topik. "Aku cari goodie bag tambahan, kamu ada nggak?"Belum sempat Dimas menjawab, Leni muncul dari balik punggungnya. Wajahnya juga sedikit merah, tapi ia tetap tersenyum."Aku ada, Em. Di kamarku, ikut aku aja."Emily mengangguk, mengikuti Leni berjalan ke kamarnya. Leni mengambil tas kain dari laci, lalu menyerahkannya."Ini, cukup?""Ah, iya, cukup. Terima kasih, Len." Emily menerima tas itu sambil menahan rasa kikuk. Ia masih memproses apa yang barusan dilihatnya—Leni dan Dimas? Benarkah?Banyak pertanyaan berputar di kepalanya, sejak kapan, bagaimana, apa mereka diam-diam dekat selama ini? Tapi Emily memilih menahan diri. Saat ini, yang paling penting adalah beres-beres, waktu mereka tak banyak.Ia kembali ke kamarnya dengan kepala penuh pikiran, namun tetap melanjutkan packing-nya dengan hati-hati.Matahari teah tenggelam di ufuk barat, menyisakan semburat jingga yang perlahan memud
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

BAB 102

Ben.Jantung Emily berdegup sedikit lebih cepat. Bagaimana bisa dia ada di sini? Apa kebetulan, atau dia memang sengaja?Tak ingin ambil pusing, Emily mengalihkan pandangan, mempercepat langkah menuju kursi tunggu, tepat saat Jesselyn datang menghampiri dengan beberapa kantong belanja di tangan."Ayo, boarding udah mulai," ajak Jesselyn.Emily menatap sekilas ke arah coffee shop sekali lagi, memastikan Ben masih di sana. Tapi kemudian ia memilih mengabaikan, fokus pada langkahnya bergabung dengan teman-temannya, bersiap untuk memasuki pesawat dan pulang ke Indonesia.…Karena jadwal penerbangan mereka tengah malam, keempatnya memutuskan untuk lebih banyak beristirahat selama di pesawat. Perjalanan pulang terasa cukup melelahkan, apalagi dengan adanya transit yang membuat waktu tempuh semakin panjang. Namun akhirnya, setelah sekian jam melayang di udara, roda pesawat menyentuh kembali landasan tanah air.Mereka berjalan bersama keluar dari pesawat, langkah-langkah lelah namun lega. Saa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

BAB 103

Pagi harinya, Emily terbangun dengan tubuh yang lebih segar. Setelah berbenah dan memastikan barang-barangnya siap, ia memutuskan memesan ojek online untuk berangkat ke stasiun. Baginya, itu pilihan paling praktis dan cepat di tengah hiruk-pikuk kota.Sesampainya di stasiun, Emily melirik ponselnya dan mengetik pesan singkat pada Sylvester."Kau sedang apa?"Belum sempat menunggu balasan, perutnya memberi tanda lapar. Ia pun memutuskan mencari tempat makan sederhana di dalam area stasiun, sekadar mengisi perut sebelum memasuki kereta.Namun, di sisi lain benua, tak hanya waktu yang berbeda namun suasana pun berbeda.Di ruang tamu rumah, Sylvester menatap malas ke arah tamunya yang duduk dengan santai di sofa. Carol menatapnya dengan tatapan penuh Tanya,"Ada keperluan apa lagi? Tim dari perusahaanmu sudah pulang, mengapa kau masih di sini saja?" tanya Sylvester, berusaha menjaga jarak.Carol tersenyum. "Apa tak boleh aku main di rumah temanku sendiri? Kau kenapa jadi menjaga jarak sep
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

BAB 104

Perasaannya makin tak enak. Ia membuka daftar panggilan masuk, lalu matanya terpaku saat melihat log panggilan sebelumnya—Emily sempat meneleponnya saat ia berada di toilet restoran. Dan… yang mengangkat, jelas bukan dirinya.“Sialan.”Tanpa pikir panjang, ia langsung menekan kontak Carol. Begitu tersambung, suaranya terdengar dingin dan tajam.“Apa yang kau bicarakan pada Emily?” tanya Sylvester tanpa basa-basi.Carol terdengar sedikit terkejut di seberang sana. “Tak ada. Dia hanya menanyakan kau di mana, dan aku bilang kau di toilet.”“Lalu?” desak Sylvester, nadanya mengeras.Carol menghela napas pelan, lalu menjawab, “Dia cuma menitipkan pesan, bilang dia meneleponmu.”“Kenapa kau tidak memberitahuku?” suara Sylvester terdengar menahan amarah.“Kau langsung makan dengan lahap. Aku tak mau mengganggumu saat itu,” jawab Carol enteng.Sylvester mengumpat pelan, memutus panggilan tanpa kata lagi. Ia mengacak rambutnya frustasi, lalu melangkah cepat ke kamar lain.“Alice!” panggilnya s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

BAB 105

“Ya?” jawab Emily, berusaha tenang.“Kau sudah sampai di rumah ibumu?”“Sudah. Aku tiba siang tadi, sekarang di sini sudah malam,” ucap Emily lembut.Hening sesaat di antara mereka. Emily kemudian bertanya, “Aku yakin di sana masih pagi sekali. Apa kau terbiasa bangun sepagi itu?”“Aku belum tidur,” jawab Sylvester pelan.Emily terkejut. “Belum tidur?”“Iya... ah, mungkin aku akan melanjutkan tidurku di kantor nanti,” ucap Sylvester sambil tertawa kecil, meski terdengar lelah.Emily terdiam sejenak, lalu berkata, “Mengapa kau belum tidur?”“Aku menunggu balasanmu,” jawab Sylvester jujur. “Aku berkali-kali menelponmu, tapi tak kau angkat.”Emily menarik napas dalam, mencoba menahan rasa yang sempat mengganjal. “Mungkin karena kau sedang bersenang-senang di luar sana… jadi aku pikir, aku tak mau mengganggu,” ucapnya, sedikit ketus.Sylvester diam sesaat, sebelum akhirnya berkata pelan, “Emily.”“Ya?”“Apa yang Carol katakan padamu?” tanyanya hati-hati.Emily menggigit bibir bawahnya. “M
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

BAB 106

Setelah menghabiskan masa izin dua harinya, Emily kembali ke kota dan menjalani rutinitas sebagai seorang karyawan. Pagi ini, seperti biasa, ia berangkat ke kantor. Tidak ada yang berbeda sejak sebelum ia pergi ke Amerika. Rekan-rekan kerjanya tetap memperlakukannya seperti sebelumnya. Namun, satu hal yang berubah adalah Leni. Gadis itu kini lebih ramah dan terbuka, yang membuat Emily merasa sedikit lebih nyaman. Setidaknya, kini ia punya tambahan teman selain Dimas.Hari-hari berlalu tanpa banyak kejadian berarti. Semua berjalan seperti biasa—rapat, tugas kantor, makan siang, hingga kembali pulang ke kosannya. Seminggu pun berlalu dengan cepat.Siang itu, saat Emily sedang sibuk dengan pekerjaannya, ia mulai mendengar bisik-bisik dari rekan-rekan di sekitarnya."Oh my God, dia sangat tampan!""Dulu aku sempat bertemu dengannya juga.""Apakah itu benar?""Mereka sungguh berpacaran?""Aku sudah yakin saat proyek tim Leni ke Amerika.""Mereka sangat cocok!""Dia benar-benar tampan."Emi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

BAB 107

Emily berdiri di balik pintu dengan napas yang sedikit memburu. Tangannya masih menggenggam erat kenop pintu, memastikan tidak ada celah sedikit pun untuk dibuka kembali."Emily, ayolah, buka pintunya. Aku hanya ingin bicara," suara Ben terdengar dari luar, terdengar memohon tetapi tetap menyimpan nada yang membuat Emily semakin waspada.Jantungnya berdegup kencang. Dia tidak menyangka Ben akan muncul di depan kosannya seperti ini. Bagaimana dia bisa tahu tempat tinggalnya? Dan untuk apa dia datang ke sini?"Aku tidak tertarik untuk bicara, Ben. Pergilah," ucap Emily tegas, meskipun ada sedikit gemetar dalam suaranya.Ben tertawa kecil. "Kau takut padaku?"Emily diam, tidak ingin memberi celah untuk Ben berlama-lama di sini. Ia melangkah mundur perlahan, menahan napas, berharap Ben segera pergi. Namun, suara ketukan kembali terdengar. Kali ini lebih pelan."Emily, aku hanya ingin bicara sebentar. Aku tidak akan macam-macam, mengapa kau setakut itu padaku?" suara Ben terdengar lebih le
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

BAB 108

Tidak percaya dengan semua yang ia dengar, Emily berdiri dan melangkah cepat ke lantai tempat ruangan Bu Carol berada. Tanpa berpikir panjang, begitu sampai di depan pintu, ia langsung membukanya tanpa mengetuk.Di dalam, Carol dan Sylvester duduk di sofa, dipisahkan oleh sebuah meja kecil.Carol menatapnya tajam. "Apa kau tak punya sopan santun? Membuka ruangan saya tanpa mengetuk?" tegurnya.Emily hanya melirik sekilas ke arah Sylvester, lalu menarik napas dalam. "Maafkan saya, Bu. Saya tadi ingin masuk ke ruangan sebelah, tapi ternyata salah ruangan. Saya Permisi."Ia segera menutup pintu kembali, tapi sebelum benar-benar rapat, suara Sylvester terdengar memanggilnya. Namun ia memilih untuk terus melangkah pergi. Bukan ke mejanya, melainkan ke meja Dimas."Dimas…" panggilnya lirih."Sebentar, Em. Aku selesaikan ini dulu," balas Dimas, matanya masih fokus menatap layar komputer.Tak ingin mengganggu, Emily memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Namun, sebelum sempat sampai ke sana,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

BAB 109

Emily menatap Sylvester tajam. "Sylvester…"Sylvester menarik tangan Emily dan menggenggamnya erat. "Aku harus pergi sekarang, tapi aku akan mengutus orangku untuk menemanimu besok."Carol menyela. "Tanda tanganmu sangat dibutuhkan besok, Syl."Sylvester menoleh dengan ekspresi datar. "Kau bisa mengurusnya, Carol."Lalu tanpa berkata-kata lagi, ia menarik Emily keluar dari ruangan, meninggalkan Carol yang hanya bisa menghela napas panjang. Emily menatap pria di sampingnya masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Langkahnya terhenti ketika Sylvester tetap menggenggam tangannya erat, seolah tak ingin melepaskannya."Sylvester, kau tidak bisa semaumu seperti ini," ujar Emily, mencoba menarik tangannya.Sylvester menoleh, menatapnya dalam. "Aku tahu aku bersalah, aku tahu aku membuatmu kesal dan kecewa, tapi aku tidak akan membiarkanmu menjauh dariku."Emily menghela napas panjang. "Kau tidak bisa memaksaku. Kau bahkan tidak memberiku kesempatan untuk berpikir."Sylvester tersen
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

BAB 110

Seusai makan siang, Emily dan Sylvester kembali ke kantor. Saat mobil mereka berhenti di parkiran, Emily menoleh ke arah Sylvester."Jadi, kau akan ke mana setelah ini?" tanyanya."Aku ke ruangan Carol," jawab Sylvester santai.Begitu melihat ekspresi Emily yang tiba-tiba cemberut, Sylvester tersenyum kecil dan menatapnya lembut."Percayalah padaku, Em. Aku dan Carol tidak akan ada apa-apa. Dia murni hanya teman untukku," ucapnya meyakinkan.Emily mendengus kecil. "Tapi kalau dia menggodamu, siapa yang bisa menjamin kau tidak tergoda?"Sylvester tertawa pelan, menggelengkan kepala. "Kau ini lucu sekali."Emily melipat tangan di depan dada. "Apa sekarang kau sudah bangkrut sampai tidak bisa membayar orang untuk mengurus pendirian perusahaanmu disini"Sylvester terkekeh, lalu mendekat, berniat memeluk Emily. Namun, Emily buru-buru mundur selangkah."Akan ada yang melihat nanti," bisiknya sambil melirik sekitar."Bukankah itu bagus? Jadi tak ada lagi yang berpikir aku ini kekasih Carol,"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status