Semua Bab Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan : Bab 81 - Bab 90

102 Bab

81. Ciuman Cemburu

Silva duduk di sofa ruang tamunya dengan tangan yang saling menggenggam erat. Wajahnya tampak tegang saat Ryan berdiri di depannya, tatapannya penuh dengan campuran amarah dan kebingungan. Ryan baru saja selesai berbicara, meyakinkan Silva untuk membiarkannya ikut campur dalam masalahnya dengan Adrian. Tapi Silva menggeleng pelan, menunduk, dan menarik napas panjang sebelum akhirnya mengangkat wajahnya.“Ryan, aku nggak mau kamu terlibat,” ucapnya, suaranya rendah tapi penuh ketegasan. “Ini masalahku, bukan masalahmu. Aku nggak ingin kamu terseret ke dalam kekacauan ini. Adrian bukan orang yang mudah dihadapi, dan aku nggak mau kamu celaka karenanya.”Ryan mendengus kesal, melipat tangannya di dada. “Silva, aku nggak peduli siapa Adrian atau seberapa berbahayanya dia. Aku peduli sama kamu, dan aku nggak akan tinggal diam kalau dia terus memperlakukanmu seperti ini. Dan harusnya kamu yang nggak usah berurusan dengan pria itu."“Tapi aku peduli sama kamu, Ryan!” Silva membalas dengan n
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

82. Ciuman Tanpa Henti

Silva mendorong Ryan yang tak mau menghentikan ciuman tersebut. Ia dibuat sesak nafas karena ulah Ryan."Ryan!" Teriaknya."Apa?""Kamu, apaan sih!""Apa?""Kamu mau bunuh aku?""Nggak. Aku cuma sedikit kesal."Silva menautkan alisnya, "kesal? Kenapa?""Karena Dirga yang lebih dulu melakukannya. Berarti Dirga itu ciuman pertamamu kan." Ucap Ryan yang cukup nampak cemburu,Silva menatap Ryan dengan tatapan tajam, seolah mencoba memahami apa yang baru saja keluar dari mulutnya. "Ryan, kamu nggak waras ya? Kita lagi ngomongin apa, kenapa tiba-tiba kamu jadi cemburu sama Dirga?"Ryan mendengus pelan, lalu menyandarkan punggungnya ke sofa. "Aku nggak cemburu," jawabnya, meskipun nada suaranya terdengar jelas bertentangan dengan pernyataan itu.Silva mendekat, menyilangkan tangan di depan dadanya. "Oh, jadi kamu nggak cemburu? Terus kenapa kamu marah-marah soal Dirga? Ciuman pertama, segala macam... Itu hal yang udah lewat, Ryan."Ryan memalingkan wajah, matanya menatap kosong ke arah jende
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

83.

Merajuk. Itulah yang Silva lakukan. Setelah beberapa kali Ryan menciumnya ia memilih untuk tak menyapa Ryan walaupun pria itu selalu membujuknya."Va, Jangan marah." Bujuknya pada Silva. Namun lagi-lagi Silva tak mengindahkan. Baginya mendiamkan Ryan bisa memberikan sedikit jera untuk pria tersebut agar tak asal tempel bibir.Ryan melangkah mendekati Silva lalu memeluk gadis tersebut. "Jangan marah, hm..." Pintanya gemas.Silva menghela nafas berat, Ia melipat tangan ke dada lalu menatap Ryan, "Kamu mikir nggak sih yang kamu lakuin barusan?" ucapnya. Ryan dengan entengnya mengangguk, "Mikir kok. kenapa emangnya?""Hah? Kenapa? Kamu masih nanya kenapa? Ryan, Kamu itu udah kelewatan. Kamu pikir kamu tadi ngapain? kenapa bisa leluasa seperti itu?""Oooo, Aku pikir kenapa. gini lho," Ryan menarik pinggang Silva untuk duduk mendekat padanya namun Silva menolaknya. "Ngomong aja, nggak perlu tarik-tarik segala. Aku lagi kesel sama kamu. jadi jangan sok manis." ucapnya yang langsung membua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

84. Kemarahan Adrian

Adrian menghempaskan pintu apartemen Silva dengan keras. Matanya langsung menyapu setiap sudut ruangan, mencari keberadaan gadis yang selama ini membuatnya merasa punya kendali penuh. Namun, apartemen itu kosong. Sunyi. Hanya ada bayangan dirinya yang terpantul di kaca besar ruang tamu.Ia melangkah cepat ke kamar Silva, membuka pintu lemari dengan kasar. Hatinya langsung bergejolak melihat ruang yang hampir kosong. Beberapa gantungan pakaian masih ada di sana, tapi mayoritas pakaian dan koper Silva sudah menghilang. Adrian mengepalkan tinjunya, merasakan amarah yang mulai membara dalam dadanya.“Silva! Apa-apaan ini?!” gumamnya dengan nada geram. Ia berbalik ke meja rias, mencari tanda-tanda lain. Semua barang yang biasa Silva gunakan juga tidak ada di tempatnya. Adrian merasa seperti ditinggalkan tanpa peringatan, dan itu memukul egonya dengan keras.Tidak ingin berlama-lama dalam ketidakpastian, Adrian berjalan ke ruang tamu dan mengeluarkan ponselnya. Ia langsung menekan nomor Sil
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

85.

Hari itu adalah pagi yang sibuk di kantor Abraham Company. Dirga sedang memeriksa beberapa dokumen penting di ruangannya ketika seorang karyawan mengetuk pintu dan mengabarkan bahwa ada tamu tak diundang yang ingin menemuinya. Dirga mengerutkan kening, penasaran siapa yang datang tanpa janji terlebih dahulu.“Siapa?” tanya Dirga singkat, tetap fokus pada dokumennya.“Pak Adrian dari Angkasa Group,” jawab karyawan itu dengan sedikit ragu.Mendengar nama itu, Dirga langsung mendongak. Adrian? Dirga tahu siapa pria itu, CEO dari salah satu perusahaan besar yang cukup terkenal. Tapi ia tidak pernah punya urusan dengan Adrian, apalagi menjalin hubungan kerja sama.“Suruh dia masuk,” kata Dirga akhirnya, penasaran dengan maksud kedatangan pria tersebut.Tak lama kemudian, pintu ruangannya terbuka, dan Adrian melangkah masuk dengan percaya diri. Penampilannya rapi dan karismatik, tetapi ada aura tegang yang jelas terlihat dari sorot matanya. Dirga berdiri untuk menyambut, tetapi tetap menjag
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

86

Dirga duduk mematung di ruang tamu apartemen Ryan, matanya membelalak saat Silva tiba-tiba muncul dari salah satu kamar. “Silva?” tanyanya dengan nada penuh keterkejutan. Silva tampak canggung, melangkah pelan keluar dari kamar tamu dengan kepala tertunduk. Dirga mengalihkan pandangannya ke Ryan, meminta penjelasan.Ryan mengangkat tangannya, mencoba menenangkan Dirga. “Dirga, biar aku jelaskan. Silva sudah tinggal di sini selama dua hari. Dia membutuhkan tempat aman, dan aku tidak bisa membiarkannya sendirian.” ucap Ryan yang tentu saja berbohong semua karena memang Ryan yang memaksa Silva untuk tinggal bersamanya. Silva bahkan mendengus kesal mendengar ucapan Ryan tadi.Dirga menghela napas panjang. “Kamu tahu, Ryan, aku nggak suka dilibatkan dalam hal yang aku nggak tahu sebelumnya." Ucapnya. "Aku tahu Dirga. Tapi aku juga tak bisa membiarkan Silva sendirian. Apalagi dengan situasi seperti ini. Lelaki gila mana yang membiarkan kekasihnya dikejar oleh pria lain dan untuk dijadikan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

87

Dirga menyandarkan tubuhnya di kursi mobil sambil melirik Ryan yang duduk di sebelahnya sambil menyetir mobil. Mereka sedang dalam perjalanan ke apartemen Ryan untuk menjemput Silva. Setelah mempertimbangkan berbagai opsi, Dirga memutuskan bahwa Silva akan lebih aman jika tinggal di kediaman kakeknya. Dan Dirga sendiri sudah berbicara pada kakeknya untuk meminjamkan salah satu rumah milik kakek Dirga agar Silva bisa tinggal di sana, namun harus tetap memberikan pantauan yang aman.Dirga juga sudah menceritakan semuanya pada kakeknya tentang hubungan Ryan dan Silva dan Silva yang saat ini sudah berubah dan tidak seperti Silva yang dulu lagi. Karena itulah, kakeknya Dirga setuju dengan permintaan Dirga itu.“Kamu tahu, Ryan,” Dirga membuka pembicaraan, “Silva sebenarnya menolak pindah dari apartemenmu bukan karena dia keras kepala.”Ryan, yang sedang fokus menyetir, melirik Dirga sekilas. “Terus apa alasannya?” tanyanya dengan nada penasaran.Dirga tersenyum tipis, matanya menatap kel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

88

Malam itu terasa begitu tenang di kediaman kakek Dirga. Angin pegunungan berhembus sejuk, membawa aroma dedaunan basah yang menenangkan. Di balkon kamar Silva, ia bersandar di dada Ryan, menikmati momen langka tanpa rasa cemas. "Anginnya enak banget di sini, ya," ucap Silva sambil menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang. Ryan melingkarkan lengannya di pinggang Silva, mempererat pelukan mereka. "Iya, tenang banget. Kalau begini, aku harap waktu berhenti saja," balas Ryan dengan suara pelan. Ia menundukkan kepalanya, menatap wajah Silva yang terlihat damai dalam dekapan. Silva tersenyum kecil, kemudian mendongak menatap Ryan. "Kalau waktu berhenti, masalah kita juga nggak akan selesai, Ryan." Ia tertawa kecil, mencoba menyisipkan humor di tengah kenyamanan mereka. Ryan ikut tersenyum. "Masalah itu selalu ada, Sayang. Tapi yang penting, kita hadapi bareng-bareng. Aku nggak akan biarin kamu hadapi semuanya sendirian." Ucapan itu terdengar tulus, membuat Silva merasakan hangat di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

89

Pagi menjelang siang ini, Ryan duduk santai di kursi tamu ruang kerja Dirga. Ia dan Dirga memang berjanji untuk makan siang bersama sambil membahas bagaimana menghadapi Adrian yang terus mengincar Silva. Karena dari CCTV yang Ryan pasang di apartemen Silva, ia bisa melihat Adrian datang kembali ke apartemen tersebut. beruntung ia sudah mengamankan Silva di kediaman kakek Abraham yang cukup jauh dari sini. Karena itulah ia perlu menemui Dirga hari ini untuk membicarakan perihal Adrian yang selalu muncul di apartemen tersebut. "Jadi apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Dirga yang duduk di singgasananya. Ryan menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa, "aku masih belum tahu apa yang bisa aku lakukan untuk menghentikan Adrian, yang jelas jika kita tidak bertindak pria itu akan terus muncul di kehidupan Silva."Dirga mengangguk paham. "Tapi seperti apa yang kita bicarakan kemarin, jika kau berkenan aku bisa menghentikan gerak Adrian dengan cepat."Ryan menggeleng, "aku pikir selagi ini masih be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

90

Sore itu, Ryan tiba di kediaman kakek Abraham yang kini menjadi tempat tinggal Silva. Ia melangkah dengan santai menuju ruang tamu di mana Silva tengah duduk di sofa sambil membaca buku. Mendengar langkah kaki Ryan, Silva menoleh dan tersenyum manis. "Kamu datang," ucapnya lembut.Ryan menghampirinya dan duduk di sampingnya, menatap wajah Silva yang terlihat lebih segar setelah beberapa hari tinggal di tempat yang aman. Dan itu membuatnya gemas. Ryan melirik ke sana ke sini terlebih dahulu dan Saat ia tak menemukan siapapun dalam rumah tersebut, ia langsung menarik tengkuk Silva dan mengecup bibir kekasihnya itu dengan lembut. Tentu saja Silva menerimanya dengan senang hati. Ia tersenyum geli melihat kekasihnya itu."Tentu saja aku datang sayang. Masa aku biarkan pacarku sendirian terlalu lama," ucap Ryan dengan nada menggoda setelah ia melepaskan kecupannya.Silva tersenyum kecil, menutup bukunya, dan menatap Ryan penuh rasa penasaran. "Jadi, ada alasan khusus kenapa kamu datang ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status