All Chapters of Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan : Chapter 91 - Chapter 100

102 Chapters

91

Ryan berdiri di depan pintu kamar Silva dengan napas yang sedikit tertahan. Ia mengetuk perlahan, tidak ingin mengejutkan gadis itu. "Silva, sudah siap?" tanyanya lembut dari luar. Pintu itu terbuka perlahan, dan di baliknya, Silva muncul dengan gaun sederhana berwarna krem yang membuatnya terlihat luar biasa anggun.Ryan tertegun. Ia tak bisa berkata-kata untuk beberapa saat, hanya menatap Silva dari ujung rambut hingga ujung kaki. Wajah Silva yang dihiasi senyum malu-malu membuatnya semakin terlihat seperti permaisuri dari negeri dongeng. "Kamu... luar biasa cantik," gumam Ryan tanpa sadar, suaranya penuh kekaguman.Silva tertawa kecil mendengar komentar Ryan. "Kamu ini, kenapa tiba-tiba memuji seperti itu? Aku jadi malu," ujarnya, meski rona merah di pipinya mengkhianati perasaannya. Ia merasa berdebar-debar melihat tatapan Ryan yang begitu tulus.Ryan tersenyum lebar. Ia mengulurkan tangannya ke arah Silva. "Maukah kau berjalan bersamaku malam ini, Tuan Putri?" tanyanya dengan nad
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

92

Ryan merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia mencoba mengatur napas sambil meraih saku jasnya, memastikan kotak kecil berisi cincin itu masih ada di sana. Perasaannya campur aduk—antara gugup, bahagia, dan harap-harap cemas. Namun ia tahu, inilah saat yang tepat untuk mengutarakan niatnya.Silva di depannya masih sibuk menikmati makan malam mereka dengan senyum yang tidak pernah pudar dari wajahnya. Gadis itu terlihat begitu mempesona di bawah cahaya lampu temaram yang menghiasi rooftop. Ryan merasa inilah momen yang selama ini ia impikan.Dengan hati-hati, Ryan menyelipkan tangannya ke dalam saku jas, menggenggam kotak cincin itu. Ia mulai mengumpulkan keberanian dan kata-kata indah yang ingin ia sampaikan. Ryan tahu, ini harus menjadi momen yang sempurna untuk Silva, seseorang yang begitu spesial di hidupnya.“Silva,” panggil Ryan dengan nada lembut namun penuh keyakinan. Suaranya membuat Silva mendongak, tatapannya langsung tertuju pada pria yang duduk di hadapannya. “Ada sesuatu
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

93

Silva duduk di tepi ranjangnya, menatap cincin berlian yang kini melingkar di jari manisnya. Kilauan cahaya dari lampu temaram kamar memantul indah di permukaan cincinnya, membuatnya semakin terlihat istimewa. Ia tersenyum kecil, rasa hangat yang tadi ia rasakan bersama Ryan di rooftop masih melekat di hatinya. Malam itu seperti mimpi indah yang sulit ia percayai benar-benar terjadi. Tangannya perlahan membelai cincin tersebut, seolah tidak ingin kehilangan perasaan bahagia ini. Bayangan wajah Ryan saat melamarnya tadi terus terlintas di pikirannya, terutama saat pria itu dengan penuh kasih mengatakan bahwa ia ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama Silva."Aku benar-benar perempuan paling beruntung di dunia," gumam Silva pelan sambil tersenyum. Ia memejamkan mata sejenak, membiarkan pikirannya kembali ke momen tadi. Bagaimana Ryan dengan penuh keyakinan mengungkapkan perasaannya, bagaimana dia menyiapkan semuanya dengan begitu sempurna—dari dekorasi, makanan, hingga momen romantis d
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

94

Ryan sedang sibuk mengurus semua dokumen dan administrasi yang dibutuhkan untuk mendaftarkan pernikahannya dengan Silva. Ia ingin memastikan semuanya berjalan lancar tanpa hambatan sedikit pun. Meski hari pernikahan itu akan dilaksanakan secara sederhana sesuai permintaan Silva, Ryan tak ingin mengurangi makna dari momen sakral tersebut. Dengan bantuan Dirga yang memastikan keamanan acara dan Amora yang mendampingi Silva dalam setiap persiapannya, Ryan merasa tenang. Ia sangat menghargai dukungan keluarga Dirga, terlebih hubungan Silva dan Amora yang semakin dekat membuat segala sesuatunya terasa lebih ringan.Di tempat lain, Silva baru saja tiba di sebuah butik bersama Amora. Mereka ditemani dua orang penjaga yang ditugaskan oleh Ryan untuk memastikan keamanan Silva. Amora, dengan gaya cerianya, segera menarik tangan Silva ke rak-rak gaun pengantin yang berjejer dengan desain menawan. "Kita harus pilih yang paling cantik! Ryan pasti bakal terpukau melihatmu," ujar Amora sambil terkek
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

95

Pagi itu, meja makan keluarga Adrian diisi suasana yang berbeda. Biasanya, sarapan mereka dipenuhi dengan obrolan ringan tentang pekerjaan atau rencana hari itu, tapi kali ini topiknya berpusat pada satu nama: Silva. Adrian duduk dengan raut wajah serius, tatapannya kosong saat menyendok sarapannya. Ibunya, yang duduk di sebelahnya, memecah keheningan. "Adrian, mungkin kita harus mencoba cara lain. Bagaimana kalau kita menemui orang tua Silva langsung?" ucapnya hati-hati, berharap tidak memancing emosi putranya. Adrian berhenti mengunyah, menatap ibunya dengan sedikit ketertarikan. "Ayah sama bunda yakin mereka tahu di mana Silva dan akan memberitahukan pada kita?" tanyanya dingin. Sang ayah, yang duduk di ujung meja, menimpali, "Kalau mereka tidak tahu, siapa lagi yang tahu? Lagipula, mereka pasti tidak akan bisa menutupinya terlalu lama. Lambat laun semua akan terbongkar." Ucap pria paruh baya tersebut.Adrian memandang kedua orang tuanya dengan penuh harap, seolah menemukan sece
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

96

Begitu orang tua Adrian meninggalkan rumah, suasana di ruang tamu keluarga Silva terasa sangat tegang. Ayah Silva menyandarkan tubuhnya di sofa, mencoba menenangkan diri, sementara ibu Silva tampak mondar-mandir dengan ekspresi cemas. "Mereka benar-benar tidak menyerah, yah? Aku bahkan tidak tahu harus berkata apa tadi," ucap ibu Silva dengan nada bergetar. Ayah Silva menghela napas panjang, mencoba meredam amarah yang sejak tadi ia tahan. Kekhawatirannya terpusat pada Silva. Ia tak ingin Adrian nekat pada anaknya itu yang membuat Silva berada dalam masalah."Aku akan menelepon Ryan. Dia harus tahu tentang ini," katanya sambil mengambil ponselnya dari meja. Ibu Silva berhenti sejenak, menatap suaminya dengan mata penuh kekhawatiran. "Kamu yakin mas kita perlu melibatkan Ryan? Aku tidak ingin masalah ini semakin besar, apalagi Ryan dan anak kita akan segera menikah." ucapnya ragu. "Justru karena ini semakin serius, kita perlu memberitahunya, apalagi perihal Adrian ini Ryan juga sud
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

97

Pagi itu, udara terasa segar di villa yang terletak di daerah pegunungan. Silva sedang duduk di depan meja rias dengan wajah yang dihiasi senyum tipis. Di belakangnya, seorang perias sedang sibuk menyempurnakan make-up-nya. Gaun pengantin berwarna putih dengan detail renda yang indah tergantung di dekat jendela, memantulkan sinar matahari pagi. Silva menatap pantulan dirinya di cermin, mencoba menenangkan debaran jantungnya. "Nona, Sepertinya kau terlihat sangat gugup. Cobalah untuk menenangkan diri. Sebuah pernikahan itu memang mendebarkan." Ucapnya.Silva tersenyum kikuk. "Aku tak tahu rasanya akan sungguh segugup ini. Supercar dari kebun kupu-kupu yang saat ini berterbangan dalam perutku." Jawabnya yang langsung membuat penata rias tersebut tertawa. "Dulu saat aku menikah, aku juga merasakan hal yang sama dengan apa yang gak nona rasakan. Jantungku bahkan berdegup tak karuan, tubuhku panas dingin dan keringat dingin keluar dari pori-pori wajahku. Tapi satu hal yang membuatku ban
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

98

Malam itu, setelah semua tamu pulang dan suasana pesta perlahan mereda, Ryan dan Silva akhirnya masuk ke kamar yang telah disiapkan khusus untuk mereka. Kamar itu begitu hangat, dengan lilin-lilin yang menyala lembut dan bunga mawar yang tersebar di beberapa sudut ruangan. Silva berjalan pelan, matanya menyapu setiap sudut kamar dengan ragu-ragu. Gaun pengantinnya masih dikenakan, membuatnya terlihat seperti sosok putri di negeri dongeng. Sementara itu, Ryan berdiri di dekat pintu, memandangi istrinya dengan senyum kecil yang tidak bisa ia sembunyikan. "Kamu terlihat cantik sekali malam ini," bisik Ryan, membuat wajah Silva memerah.Silva memalingkan wajah, mencoba menyembunyikan rasa malunya. "Kamu terlalu sering memujiku hari ini," jawabnya pelan. Ryan melangkah mendekat, melepaskan jasnya dan menggantungnya di kursi dekat tempat tidur. "Aku hanya mengatakan apa yang aku lihat," balasnya sambil menatap Silva dengan lembut. Malam itu terasa begitu berbeda, ada kehangatan yang me
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

99

Adrian duduk di kursi kantornya dengan wajah yang penuh emosi. Berkas-berkas laporan keuangan yang berserakan di mejanya menjadi bukti nyata kehancuran yang tengah melanda perusahaannya. Sementara itu, Tuan Wijaya, ayah Adrian, tampak berdiri di depan jendela besar ruangan tersebut dengan wajah penuh kekhawatiran. “Adrian, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa para investor kita tiba-tiba menarik diri tanpa alasan yang jelas?” tanyanya dengan nada tajam. Adrian hanya menghela napas panjang sambil memijat pelipisnya. “Aku sedang mencoba mencari tahu, Ayah. Tapi ini semua terjadi begitu cepat. Aku yakin ini bukan kebetulan,” jawabnya dengan suara rendah namun penuh amarah.Adrian merasa ada sesuatu yang tidak beres. Perusahaan mereka, yang selama ini berdiri kokoh, kini berada di ambang kehancuran. Salah satu manajer keuangan masuk ke ruangan dengan raut wajah cemas, membawa kabar yang semakin memperburuk suasana. “Pak Adrian, maaf mengganggu. Kami baru saja menerima kabar bahwa bebera
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

100

Pagi itu, Tuan Wijaya melangkah masuk ke ruang kerja Dirga dengan langkah yang terasa berat. Pria paruh baya itu membawa beban yang begitu besar di pundaknya. Wajahnya yang biasanya penuh dengan wibawa kini tampak suram. Dirga yang sedang memeriksa dokumen di mejanya itu dibuat terganggu dengan kehadiran sekretarisnya yang memberi kabar jika ada tamu yang ingin bertemu dengan Dirga di luar. Awalnya Dirga sedikit ragu namun akhirnya ia mengizinkan tamu tersebut untuk masuk.Saat suara ketukan pintu terdengar Dirga pun langsung mengangkat kepala ketika melihat tamunya. "Tuan Wijaya?" tanyanya, setengah terkejut. Tamu ini adalah seseorang yang jarang sekali mau menemui orang lain terlebih dahulu. "Silakan duduk," sambung Dirga sembari mengisyaratkan kursi di depannya. Tuan Wijaya tersenyum tipis, lebih seperti usaha untuk menyembunyikan rasa malunya.Setelah duduk, Tuan Wijaya langsung membuka pembicaraan tanpa basa-basi. "Dirga, aku datang ke sini bukan hanya sebagai pemimpin perusaha
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status