Semua Bab Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat: Bab 31 - Bab 40

50 Bab

Bab 31 Malam yang Indah

"Hehe. ..." Wihaldy malah tersenyum sambil menarik tangan Danisha dari mulutnya. "Ya sudah, kau tidak bilang apapun! Aku saja yang terlalu percaya diri kalau kau sebenarnya sangat peduli terhadapku!" ucap Wihaldy dengan sedikit bercanda, namun dengan suara yang sangat pelan dan menggoda. Ia pun menunduk, menatap Danisha dari jarak yang sangat dekat. "Ah, ti-tidak! Siapa yang ped—" Tidak ingin mendengar pembelaan bohong dari Danisha, Wihaldy segera mengecup bibirnya. "Eh ...." Hal itu membuat Danisha terkejut. Ia langsung menutup mulutnya sendiri dengan tangan, seolah melarang Wihaldy untuk mendekatinya lagi. "Danish, aku ingin bicara serius denganmu. Selama ini, kau sudah kuanggap sebagai orang terdekatku. Selain kau, tidak ada wanita yang dekat denganku. Tidak ada wanita lain yang kupedulikan. Tidak ada juga wanita yang kuistimewakan. Jujur saja, aku menyukaimu. Bukan karena kita pernah tidur bersama, tapi ... jauh sebelum itu pun aku sudah tertarik kepadamu. Maukah ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 32 Tampil Cantik

Hari berikutnya, tepatnya di hari Senin, Danisha berangkat ke kantor dengan cantik dan ceria. Ia merias sedikit wajahnya, rambut dibiarkan terurai panjang dengan gelombang besar yang dibuat menggunakan alat. Tubuh rampingnya dibalut dengan pakaian yang sangat bagus yang sebelumnya tidak pernah lagi dipakai setelah perpisahannya dengan Bian. Awalnya, hidup Danisha terasa sulit setelah perpisahannya dengan sang suami yang baru menikah beberapa jam. Menjalani hari-hari pun terasa berat dan rasanya ingin menyerah saja. Tapi sekarang, setelah ada orang baru yang masuk ke dalam hidupnya, dirinya kembali bersemangat. Ia sangat bahagia, rasanya ingin selalu tampil cantik dan membuat prianya kagum. "Hai Stef ..." sapa Danisha dengan riangannya. Ia terlihat ceria masuk dan menyapa Stefia yang sudah duduk di mejanya, namun dengan raut yang cemberut. "Ada apa denganmu? Apa kau sakit?" tanya Danisha yang langsung mengubah ekspresinya menjadi serius. Danisha pun mendekat, menghampiri rekan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Bab 33 Pembohong Kecil

Saat ini Danisha sedang berada di tempat karaoke dengan jadwal "karaoke keluarga" yang beroperasi dari jam 14:00 sampai jam 24:00. Walau ia tidak melakukan apapun dengan pria lain di tempat itu, tapi Danisha tetap ragu dan takut untuk berkata terus terang pada Wihaldy. Akhirnya Danisha menelepon balik. Baru satu detik memanggil, dari seberang telepon sudah terdengar suara. Wihaldy menyapa dan bertanya pada Danisha. "Halo! Sayang, kau ada di mana?" "Eh ...." Danisha menjadi gugup. Ia balik bertanya pada Wihaldy. "Maaf tadi kau menelepon, ya?" Terdiam beberapa saat, selanjutnya Wihaldy mengiyakan. "Emh, ya! Sayang masih ada di kantor? Mau aku jemput?" "Ah, ti-tidak usah! Aku pulang bareng Stefi," balas Danisha dengan pelan sambil menatap kiri dan kanan. Ia penuh waspada melihat sekitar—di samping pintu ruangannya. Di lorong yang terdapat banyak pintu, hawanya terasa hening dan sepi, perasaan Danisha pun menjadi tidak enak. Entah karena dirinya sedang berbohong, atau karen
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 34 Mantan yang Menjengkelkan

"Mau apa dia kemari?" tanya Wihaldy sambil berkacak pinggang di samping Danisha.Danisha pun melihatnya. Ia terdiam sambil menarik ujung pakaian Wihaldy karena gugup.Saat ini, Danisha memang sangat gugup, tapi bukan karena mantan suaminya datang ke tempat tinggalnya. Danisha gugup karena tidak bisa mengendalikan ketidak nyamannya ketika berhadapan dengan mantap yang kemarin tidur di kamar kakaknya."Jangan takut! Aku di sini, bersamamu!" ucap Wihaldy penuh keyakinan.Setelah itu, Wihaldy menggandeng tangan Danisha, lalu berjalan menuju pintu apartemen dengan langkah tegap dan penuh percaya diri."Eh, Danish?" Bian melihat Danisha yang nampak cantik dengan riasan natural dan pakaian yang sangat bagus.Namun detik berikutnya Bian menatap Wihaldy yang selalu ada di samping mantan istrinya."Danish, bisa kita bicara berdua?" tanya Bian pada Danisha.Mereka saling berhadapan di depan pintu unit apartemen."Bi-Bian! Semuanya sudah jelas! Kita sudah berpisah dan tidak ada lagi yang perlu ki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 35 Menghambur-Hamburkan Uang Demi Wanita

Di unit apartemen itu kini hanya tinggal Danisha dan Wihaldy. Mereka berdua duduk di sofa dengan suasana hening. Danisha terdiam sambil melamun setelah mantan suaminya pergi. "Kenapa marah? Apa kau masih ada perasaan terhadapnya?" tanya Wihaldy di samping Danisha. Wihaldy bisa menebak, mood Danisha menjadi buruk setelah mereka membahas masalah Bian yang tidur di kamar kakaknya. "Ti-tidak! Aku sudah tidak ada perasaan apapun terhadap Bian!" Danisha memutar badannya. Yang awalnya memunggungi dan menatap kaca besar yang ada di depannya, sekarang Danisha berhadapan dengan Wihaldy dengan jarak yang sangat dekat. "Lalu, kenapa kau marah saat dia bersama dengan kakakmu?" tanya Wihaldy lagi, namun dengan nada dan suara yang sangat lembut. "Ya, coba kau bayangkan, bagaimana aku tidak kesal? Setelah apa yang dia lakukan terhadapku, dia datang dan menjelaskan tanpa kuminta. Semua penjelasannya itu bohong. Dia terus mengarang cerita agar aku percaya. Dia pikir aku bodoh kali, ya? Jelas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 36 Apa Kau Sudah Bosan?

Ting! Tong! Bel-nya berbunyi lagi. Dilihat dari "lubang intip" di pintu, Danisha melihat Stefia digandeng oleh Fandy dengan kesadaran yang tidak 100%. "Apa Stefi mabuk?" Danisha menjadi khawatir. Ia membuka pintu, lalu melihat Fandy yang terdiam menatapnya sambil menggandeng Stefia dan menopang tubuhnya yang kecil. "Stefi kenapa? Apa dia mabuk? Dan, kau... darimana kau tahu tempat tinggalku?" tanya Danisha dengan heran. Fandy hanya terdiam. Ia melihat penampilan Danisha yang bersih dengan pakaian tidur seksi dan dengan rambut panjang setengah basah. Tercium wangi sabun yang sangat segar dari tubuhnya. "Hey! Fandy ...." Danisha menyadarkan pria itu. Ia menarik tangan Stefia yang lemah dengan bau alkohol yang menyengat. "Aishhh, Stef! Kenapa kau mabuk? Ayo masuk!" Tanpa berbicara pada Fandy, Danisha langsung menuntun Stefia masuk ke dalam apartemen. Danisha sedikit malas berhadapan dengan rekan kerja yang norak itu, yang melihat Danisha dengan tatapan mesum. Setelah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 37 Trauma Akan Penghianatan

Tepat pukul 7 pagi Danisha dan Stefia sudah menghabiskan sarapan pagi. Saat ini mereka sedang bersiap untuk pergi ke kantor. Dari depan, terdengar suara seseorang menekan bel. Danisha yang sudah mengambil tas kecilnya segera berjalan menuju pintu untuk melihat. "Siapa, Sha?" tanya Stefia sambil mendekat. Danisha terdiam di depan pintu setelah melihat lubang intip di depannya. "Siapa, sih? Kenapa tidak dibuka?" tanya Stefia yang sangat penasaran. Bel masih berbunyi, tapi sangat pemilik rumah masih terdiam tanpa bergerak. "Apa kau melihat hantu?" cetus Stefia sambil membuka kunci, dengan cepat pintunya dibuka. "Eh ...." Baru saja Danisha ingin melarang, tapi pintu sudah terlanjur dibuka oleh Stefia. Mau tidak mau ia harus berhadapan dengan orang bertamu ke tempatnya. "Nona, Tuan menunggu Anda di bawah!" ucap seorang pria yang berpakaian rapi dengan tampang yang cukup tampan. Dia membungkuk pada Danisha sambil tersenyum. Senyumannya sangat manis dengan bibir tipis yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 38 Membocorkan Kata Sandi

Di kantor, Danisha terdiam di mejanya. Ia masih memikirkan Wihaldy yang tidak menjelaskan apapun tentang masalah semalam. Padahal Danisha sudah menunjukan kekesalannya selama di perjalanan. Tapi sedikitpun pria itu tidak menghiraukan. "Danish!"panggil Fandy sambil mendekat. Tadi pagi Fandy sudah menawarkan diri untuk membayar uang semalam, tapi Danisha malah menolak. "Kenapa? Apa kau tidak enak badan?" tanya Fandy yang sudah ada di samping Danisha. Dia berdiri, melihat Danisha menyadarkan tubuh dan kepalanya ke meja. "Semalam kau pulang duluan dari tempat karaoke, apa karena tidak enak badan? Sebentar lagi jam istirahat, mau aku belikan obat?" tanya Fandy yang terlihat khawatir. Namun wanita di depannya hanya terdiam sambil memejamkan mata dengan rambut yang menutupi sebagian wajahnya. "Fandy, sini! Biarkan dia istirahat!" Tiba-tiba Stefia menarik tangan Fandy. Menjauhkan pria itu dari Danisha. "Eh, dia beneran sakit?" Fandy bertanya pada Stefia. Stefia pun mengangguk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Ban 39 Rumah Tuan

Waktu menunjukan pukul 8 malam. Danisha yang sudah memakai piyama lengan panjang, juga sudah mengeringkan rambutnya menggunakan alat pengering, duduk di tempat tidur sambil melamun. Entah mengapa, kedatangan Bian kali ini membuat Danisha patah hati. Danisha sadar, Bian datang dan memutuskan untuk tinggal di tempat tinggalnya karena Danisha belum membayar DP dan cicilan yang sudah Bian keluarkan. Danisha pun tahu kalau pria itu bukan lagi suaminya, seharusnya mereka tidak tinggal di atap yang sama. Namun, yang membuat Danisha patah hati kali ini bukan karena Bian datang dan menganggu hidupnya, bukan pula karena Bian telah mengaktifkan tombol trauma yang sudah dikuburnya dalam-dalam, tapi... yang membuat Danisha patah hati adalah "Stefia." "Kenapa dia menghianatiku? Kenapa dia bilang tidak pernah datang saat aku tidak ada? Tapi nyatanya dia membocorkan sandinya pada Bian!" "Kenapa?" "Kenapa dia berbuat seperti ini terhadapku?" "Kenapaaa??? Huaaa ...." Danisha menjerit dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 40 Tidak Akan Membuatmu Marah

Di dalam mobil, Danisha duduk di kursi baris kedua bersama Wihaldy. Pria itu duduk dengan tegak setelah menyelesaikan pekerjannya.   Saat ini, waktu sudah hampir jam 11 malam. Wihaldy yang memakai setelan olahraga berupa training dan sweater berwarna hitam, duduk sambil sesekali melihat wanita di sampingnya.   Malam ini penampilan Danisha sangat aneh. Di malam hari, wanita itu masih memakai kacamata hitam, padahal langit sangat gelap, dan di dalam mobil malah semakin gelap lagi. Tapi dia tetap memakainya.   "Ehem!" Setelah hening cukup lama, akhirnya Wihaldy berdehem. Lalu berkata dengan suara yang sangat merdu. "Kenapa tidak menjawab teleponku?"   Dari jam 8 malam, Wihaldy terus menghubungi Danisha, namun wanita itu tertidur pulas dengan nada dering yang disenyapkan.   "Hah?" Danisha menoleh ke samping. Mengerutkan kening dengan mata yang masih bengkak di balik kacamata hitam.   "Menelepon?" tanya Danisha dengan heran.   "Sekarang kau meneleponku? Kenapa? Bukankah kemari
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status