Home / Romansa / Jeratan Panas Tuan Pavel / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Jeratan Panas Tuan Pavel : Chapter 31 - Chapter 40

54 Chapters

Kelinci Percobaan

Keesokan harinya, Kyne membuka mata di tempat yang asing. Ruangan di sekelilingnya dipenuhi warna putih, begitu steril hingga membuat kepalanya berdenyut. Pandangannya sedikit buram, tetapi perlahan kesadarannya pulih.Ingatan terakhirnya?Dia hanya berniat untuk tidur—sampai seseorang dengan gerakan cepat dan terlatih menyuntikkan sesuatu ke tubuhnya. "Pavel… Ini pasti ulah pria itu," gerutunya, rahangnya mengeras menahan amarah.Kyne mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi segera menyadari bahwa otot-ototnya terasa sangat lemas. Entah apa yang telah mereka suntikkan sebelumnya, efeknya lebih buruk dari sekadar membuatnya kehilangan kesadaran—bahkan tenaganya pun hilang.Lamunannya buyar ketika suara langkah berat terdengar memasuki ruangan saat pintu terbuka. Tatapan Kyne langsung terarah ke sosok pria yang berjalan mendekat, diikuti beberapa bawahan bersenjata. Tidak butuh firasat tajam untuk mengetahui bahwa ini bukan peringatan baik.Kyne, yang sadar dirinya kalah jumlah, perlahan
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Kabur

Perutnya terasa sakit akibat seharian penuh tak terisi makanan ataupun minuman. Entah apa yang dipikirkan oleh Pavel—baru kali ini Aleena mendapatkan hukuman yang lebih buruk. Bukan berarti dia menginginkan hukuman ranjang, tetapi setidaknya itu tidak akan membuatnya kelaparan seperti ini. Lambungnya terus perih, ditambah tak ada seorang pun mendatanginya atau membuka pintu kamarnya.Sungguh, kali ini hukuman Pavel sangat menyiksa.Aleena meremas perutnya, mencoba menahan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi. Napasnya mulai berat, kepalanya pusing. Dia bersandar ke kepala ranjang, menatap kosong ke langit-langit."Brengsek," gumamnya, suaranya hampir tidak terdengar.Dia tahu Pavel kejam, tapi ini… ini benar-benar keterlaluan. Apakah pria itu benar-benar tidak peduli jika dia mati kelaparan di sini?Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Aleena menajamkan pendengarannya. Pintu kamar terbuka, dan sosok yang selama ini dia tunggu akhirnya muncul—Pavel, dengan ekspresi dinginn
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

'Milikku, Selamanya.'

Pavel memang gemar bermain kucing-kucingan. Baginya, ini bukan sekadar permainan biasa, melainkan seni berburu. Ia menikmati setiap momen ketika buruannya merasa bebas, padahal tanpa sadar justru semakin masuk ke dalam jaringnya. Tentu saja, dia tidak pernah benar-benar khawatir Aleena akan lolos. Tidak dengan caranya mengendalikan permainan."Astaga, Aleena... kau menggemaskan sekali, ya?" Pavel terkekeh, nada suaranya terdengar sinis, penuh ejekan. Tidak ada humor di sana—hanya kepuasan seorang predator yang tahu betul bahwa mangsanya tak akan bisa benar-benar kabur.Tatapan matanya terpaku pada layar ponsel di tangannya. Senyum tipis terukir di bibirnya ketika titik merah itu akhirnya semakin dekat. Keberadaan Aleena kini bukan lagi misteri.Dengan langkah santai namun penuh kepastian, Pavel bergerak. Seolah ia masih berpura-pura mencarinya, memberi gadis itu sedikit harapan palsu sebelum ia akhirnya kembali menariknya ke dalam genggamannya.Sedangkan di sisi lain, Aleena menahan n
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bagian Dari Takdir

Dengan kuat, hentakan keras itu membuat Aleena menjerit kencang pada pelepasan terakhir. Malam yang sunyi di tengah-tengah pepohonan rimbun itu akhirnya menjadi saksi bisu atas kebejatan Pavel dan kenikmatan penuh dosa di inti tubuhnya.Bibir pria itu mengecup bahu Aleena yang terbuka. Giginya menggigit meninggalkan bekas, sebagai tanda kepemilikan. "Haah, kau selalu saja mengujiku, sayang. Bukankah ini hukuman yang kau tunggu, hm?"Aleena terisak pelan sambil terengah, enggan mengakui jika dirinya sempat terhanyut ke dalam jeratan dosa yang berkali-kali Pavel buat. Wajahnya berpaling ke arah lain dengan mata bergetar, bukannya memancing simpati, hanya suara tawa Pavel yang terdengar sinis menghina.Tubuhnya masih gemetar akibat tekanan yang begitu kuat dari Pavel. Malam yang sunyi di tengah pepohonan rimbun seakan menelan suara napas mereka. Rasa takut, marah, dan sesuatu yang tak bisa ia definisikan bercampur menjadi satu di benaknya.Pavel menyentuh wajahnya, ibu jarinya menyapu le
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Hamil

Firasat kuat Pavel, disertai janji gelapnya, ternyata bukan sekadar isapan jempol belaka.Siang ini, Pavel baru saja menemani Aleena pulang dari kunjungan ke dokter terbaik di salah satu rumah sakit terbesar di kota. Tubuh gadis itu masih terasa lemas, bukan hanya karena perjalanan tadi, tetapi juga akibat kenyataan yang sejak tadi berputar-putar di kepalanya. Kenyataan yang membuatnya semakin terkekang—karena Pavel memang tak pernah berniat membiarkannya pergi.Keheningan menusuk memenuhi ruang mobil, hingga akhirnya suara Pavel memecahnya."Aku akan bersikap baik, sayang, jangan khawatir." Nada suaranya terdengar lembut, hampir menenangkan, tapi Aleena tahu ada sesuatu yang lebih dalam di balik itu.Pavel meliriknya sekilas sebelum kembali fokus ke jalan. Senyumnya samar, tenang, namun ada beban terselubung di balik kata-katanya. "Jadi, jadilah gadis baik dan penurut. Kandunganmu memang baru seminggu, tapi kau seharusnya tahu, berlari menjauh dariku bukanlah pilihan yang tepat."Kat
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Calon Sepasang Pengantin

Meskipun sempat bingung, Aleena merasa sedikit lega saat ponsel lamanya akhirnya dikembalikan. Jari-jarinya dengan refleks menggenggam benda itu, seolah ada sedikit kenyamanan yang tersisa dari masa lalunya."Aku tidak tahu apa maksudmu mengembalikan ini," ucapnya pelan, matanya menatap layar yang mulai menyala. "Aku bahkan mengira kau sudah membuangnya sejak lama."Pavel mendengus kecil, matanya berputar dengan malas. Gadis ini benar-benar keras kepala. Seharusnya dia mengucapkan terima kasih, bukan malah menyelipkan tuduhan halus yang menyebalkan.Alih-alih terganggu, Pavel hanya menatap Aleena yang sibuk menyalakan ponselnya. Baginya, benda itu hanyalah sesuatu yang usang dan tak bernilai. Namun, dia bisa melihat sesuatu di mata Aleena—sebuah jejak emosi yang tidak bisa ia abaikan.Ah, jadi ini lebih dari sekadar ponsel. Ada sesuatu yang tersimpan di dalamnya, sesuatu yang masih ingin Aleena pertahankan."Kau tetap harus memakai ponsel
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Jadi Gila

Pagi itu terasa begitu indah bagi Pavel—pemandangan sempurna dari gadis yang akan segera menjadi pendamping hidupnya. Kemenangan yang akhirnya dia rengkuh, kepuasan mutlak karena telah memiliki Aleena sepenuhnya. Gadisnya. Wanita yang kini berada dalam genggamannya, tak akan pernah bisa lepas.Di matanya, ini adalah simfoni hitam yang bergema indah—sebuah takdir yang dia ciptakan sendiri.Di atas tempat tidur yang luas, tubuh mungil Aleena tampak semakin kecil dalam dekapannya. Tidurnya begitu tenang, nyaris rapuh di mata Pavel yang menatapnya dengan intens. Jari-jarinya menyusuri wajah gadis itu dengan lembut, penuh kepemilikan."Aku akan mencintaimu dengan caraku sendiri, sayang," bisiknya, suaranya terdengar dalam dan sarat makna. Dengan hati-hati, dia menyelipkan sejumput rambut Aleena yang jatuh di wajahnya, menikmati setiap inci dari keindahan yang kini menjadi miliknya."Kau hanya perlu menerima dan menjalaninya... aku jamin, kau akan bahagia hidup bersamaku."Pavel menarik nap
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Kyne Pulang

"Kau masih sama, belum mendapat kabar dari Aleena?" tanya Cate, matanya penuh kekhawatiran saat melihat Marvin yang hanya menggeleng pelan.Cate menghela napas kesal, lalu meletakkan ponselnya di meja dengan sedikit kasar. "Aku mulai curiga. Pasti pria bernama Pavel itu—kekasih Aleena—telah melakukan sesuatu pada sahabat mungil kita."Marvin tidak langsung menanggapi, tetapi ekspresinya mengeras. Pria itu duduk lebih tegak, matanya menyipit seakan sedang mencoba merangkai kemungkinan dalam pikirannya. "Sepertinya kau benar. Aku memang belum pernah melihat pria itu secara langsung, tapi aku yakin Aleena pasti tidak masuk universitas karena dia."Keduanya terdiam sejenak, lalu hampir bersamaan menghela napas berat, seolah memiliki firasat buruk yang sama.Saat sedang memikirkan Aleena, Cate mulai memperhatikan sekelilingnya. Ruang kelas masih sepi, dosen yang seharusnya mengajar belum juga datang. Dia lalu menoleh ke Marvin yang tampak sibuk memainkan ponselnya. Dengan cepat, dia menyen
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Dilema & Bahaya

Sejak mengetahui dirinya hamil, Aleena mulai merasakan perubahan. Setiap pagi, rasa mual datang tanpa permisi, dan saat akhirnya muntah, hanya cairan bening yang keluar. Meski begitu, ada sesuatu yang terasa berbeda, meski ia tak bisa menjelaskannya dengan pasti.Seperti sekarang, misalnya. Pavel bersikap jauh lebih lembut—dan sedikit... manja?Pria itu terus memeluknya setiap saat, seolah enggan melepaskan. Kadang-kadang, Aleena bahkan harus mengusap rambutnya seperti menenangkan anak kecil. Yang lebih mengejutkan, nafsu makan Pavel meningkat drastis. Ia melahap makanan cepat saji tanpa henti—sesuatu yang sebelumnya jarang ia lakukan."Apa kau tak merasa mual makan sambil tiduran seperti ini?" tanya Aleena heran, sementara tangannya tetap mengusap lembut kepala Pavel."Jangan larang aku, sayang... aku hanya ingin makan pizza," sahut Pavel santai, tetap mengunyah tanpa peduli.Aleena menghela napas. "Baiklah, terserah kau. Asal jangan berlebihan, itu tidak baik untuk kesehatanmu."Pav
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Terdekat

Pavel memutuskan kembali ke kediaman Ellington setelah memastikan kemenangannya, meninggalkan vila pribadinya yang selama ini menjadi tempatnya bersama Aleena—usaha yang ia lakukan demi meluluhkan hati calon istrinya.Namun, hingga kini, ia belum mengabarkan kepada siapa pun bahwa hubungannya dengan Aleena telah membaik. Yang terakhir kali terdengar di kediaman Ellington hanyalah bahwa ia membawa Aleena pergi dalam keadaan emosi, berniat memperjelas posisinya. Akibatnya, orang-orang di sana masih mengira hubungan mereka belum menemui kejelasan.Seperti saat ini, Aleena secara tak sengaja mendengar bisikan para pelayan yang membicarakan hubungannya dengan Pavel. Namun, ia memilih untuk mengabaikan semua itu. Dirinya tak ingin membebani pikiran dengan omongan orang lain.Sementara itu, Pavel telah pergi untuk mengurus pekerjaannya dan berjanji akan kembali sore nanti, setelah mengantar Aleena kembali ke kediaman Ellington. Kini ia sudah diperbolehkan berakti
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status