Home / Romansa / Jeratan Panas Tuan Pavel / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Jeratan Panas Tuan Pavel : Chapter 21 - Chapter 30

35 Chapters

Latihan Kencan

Hari berganti, dan sejak Aleena mengobati luka Pavel, ada sesuatu yang perlahan berubah dalam dirinya. Perasaan familiar yang menghangatkan hati mulai menjalar tanpa bisa ia cegah. Rasa benci yang dulu begitu kuat perlahan terkikis, digantikan dengan ketertarikan yang muncul secara alami—sesuatu yang bahkan enggan diakuinya."Berhentilah menatapku begitu. Aku tahu aku tampan," ucap Pavel santai dengan percaya diri, melirik Aleena yang sedari tadi diam, hanya sesekali mengerjapkan mata. "Katakan saja, apa yang ingin kau tanyakan?"Aleena mengerutkan dahi. Kenapa pria ini seolah bisa membaca pikirannya? Ia berdeham pelan, lalu berkata, "Oh, ini... akhir pekan."Pavel menaikkan satu alis lalu memutar matanya malas. "Apa yang kau inginkan? Katakan saja, aku bukan ahli dalam menebak-nebak keinginan wanita."Aleena menelan ludah, merasa gugup dengan apa yang akan ia katakan. Namun, pada akhirnya, ia tetap memberanikan diri."Kau tidak berpikir untuk keluar dari mansion ini? Aku tahu kau sud
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Insiden

Senyum Aleena merekah saat menemukan mesin capit di pusat perbelanjaan setelah mengunjungi toko buku. Dengan Pavel yang masih mempertahankan konsep 'latihan berkencan' mereka, Aleena beberapa kali berhasil mendapatkan boneka lucu berbentuk kucing dan beruang—cukup besar untuk dipeluk.Pandangan Aleena kemudian beralih pada Pavel yang tampak sama sekali tak tertarik, hanya berdiri di sampingnya dengan ekspresi datar. Gadis itu menghela napas pelan, baru menyadari bahwa hanya dirinya yang benar-benar menikmati momen ini, sementara Pavel hanya sekadar menemaninya."Pavel, kita mau ke mana setelah ini? Apa kita lanjut makan malam di rumah saja?" tanyanya lembut.Pavel mengernyit samar sebelum menjawab dengan pertanyaan lain. "Kau sudah selesai?"Aleena menggigit bibir bawahnya, ragu sejenak sebelum mengangguk. "Ya, aku sudah cukup senang hari ini."Pavel menatapnya beberapa detik, lalu mengalihkan pandangan ke boneka-boneka yang kini berada di pelukan gadis itu. "Kau benar-benar seperti a
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Hukuman Penuh Dosa

Cate menyenggol lengan Marvin dengan sikunya. Saat pria di sampingnya menoleh, Cate langsung memberikan isyarat lewat matanya ke arah pintu masuk kantin, tempat Kyne baru saja muncul dan tengah menatap sekeliling, seolah mencari seseorang.Marvin menangkap maksudnya. Dengan ekor matanya, ia melirik ke arah Kyne, yang akhirnya menemukan mereka—ralat, menemukan Aleena.'Tidak ada jalan keluar kali ini. Terlebih, Aleena bahkan belum menyadari perasaan Profesor Foster,' pikir Marvin, merasa waswas. Ia tidak ingin Aleena terlalu dekat dengan Kyne."Aleen!" panggil Kyne, melangkah mendekat dengan cepat hingga akhirnya berdiri tepat di samping meja mereka. "Kau akhirnya kembali belajar di universitas. Aku butuh waktumu untuk berbincang empat mata."Aleena belum sempat menjawab karena terlalu terkejut dengan kedatangan tiba-tiba itu, tapi Marvin segera menengahi. "Dia tidak bisa. Setelah makan, dia akan dijemput oleh kekasihnya." Lalu, ia menoleh ke Cate. "Benar, kan, Cate?"Cate, yang awalny
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Dua Pria Yang Punya Cinta

"Berhentilah. Aku tahu kau punya perasaan padanya." Suara pria yang lebih muda itu terdengar meremehkan, dengan nada yang jelas mencerminkan ketidaksukaannya.Kyne tetap diam, hanya menatapnya dengan ekspresi datar, tak tergoyahkan oleh kata-kata itu. Namun, pria yang lebih muda itu kembali berbicara, kali ini dengan nada lebih tajam."Aleena punya kekasih yang tak bisa kau tandingi. Aku bisa merasakannya hanya dari auranya. Jadi, sebaiknya kau berhenti berharap."Kyne menghela napas pelan, matanya tetap tenang meski ada kilatan emosi yang sulit diartikan. "Dan menurutmu aku peduli?" ujarnya datar.Pria yang lebih muda itu menyeringai, jelas menikmati situasi ini. "Tentu saja kau peduli. Kalau tidak, kau tak akan berdiri di sini, membuang waktumu untuk membicarakan Aleena denganku."Kyne menekan rahangnya, berusaha mengabaikan provokasi itu. "Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja," ucapnya, tetap tenang."Tentu saja dia baik-baik saja. Tapi kau tahu apa yang tidak baik?" Pria
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Cemburu Lagi

Dua hari kemudian, Aleena akhirnya bisa kembali ke universitas. Ia harus memperbaiki nilainya akibat sering absen dari kelas. Namun, satu hal membuatnya bimbang—bagaimana ia bisa menemui Kyne tanpa memicu kecemburuan Pavel?"Aleena, kenapa kau diam saja? Ada masalah?" tanya Cate dengan nada khawatir. Sahabatnya itu sejak tadi hanya melamun, tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri.Aleena tersenyum tipis, meskipun jelas ada kegelisahan yang ia sembunyikan. "Ini tentang perbaikan nilai dan kelas tambahan yang harus aku ikuti atas usulan Tuan Foster sendiri. Tapi... aku khawatir kekasihku akan cemburu buta, apalagi Tuan Foster selalu memberiku tatapan yang terasa aneh."Cate mengernyit, lalu bertukar pandang dengan Marvin yang sejak tadi mendengarkan dalam diam. Ada sesuatu dalam nada suara Aleena yang membuat mereka semakin waspada.Salah satu dari sahabatnya jelas memahami apa yang Aleena rasakan, tetapi memilih untuk tetap bungkam.Cate dan Marvin saling bertukar pandang, seolah men
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Persyaratan Yang Membebani

Malam itu, Aleena menghela napas panjang saat menyadari Pavel tidak hadir di jam makan malam. Suasana meja makan yang sunyi membuatnya merasa serba salah. Dia bingung bagaimana harus menanggapi sikap Pavel yang begitu keras menolak dirinya didekati pria lain.Tanpa banyak berpikir, Aleena menyelesaikan makan malamnya dengan cepat. Setelah meletakkan peralatan makan, dia segera beranjak menuju ruang kerja Pavel. Dia tahu pria itu pasti ada di sana.Di depan pintu, Aleena mengangkat tangannya, bersiap mengetuk. Namun, keraguan menahannya sejenak. Napasnya terasa berat, pikirannya berkecamuk.Tapi akhirnya, dengan keberanian yang ia kumpulkan, ia mengetuk pintu pelan. Dirinya harus berbicara dengan Pavel. Harus memastikan pria itu memaafkannya—dan yang terpenting, mengizinkannya mengikuti kelas tambahan.Dari dalam, terdengar suara Pavel yang rendah namun jelas. "Masuk."Aleena menelan ludah, lalu memutar gagang pintu dengan hati-hati. Saat pintu terbuka, pandangannya langsung tertuju pa
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Pria Posesif

Pagi tadi, Aleena akhirnya menemui Kyne untuk menyampaikan tujuannya. Ia tidak datang sendirian—Cate dan Marvin setia menemani, memastikan semuanya berjalan lancar tanpa menimbulkan masalah.Sekarang, di sinilah Aleena berada—dalam ruang kerja pribadi Kyne yang ternyata cukup nyaman untuk sesi pembelajaran. Namun, satu hal yang membuat suasana sedikit canggung adalah keberadaan Owen, yang duduk tak jauh, memantau setiap gerak-gerik mereka.Kyne nyaris frustrasi. Ia tidak menyangka bahwa kekasih Aleena bisa seposesif ini. Sulit baginya untuk berbicara leluasa dengan gadis itu, apalagi ketika pria yang dikirim untuk mengawasi mereka menatapnya dengan tatapan dingin yang seolah mengingatkan: "Jaga jarak."Aleena berusaha mengabaikan suasana tegang yang tak terhindarkan. Ia hanya ingin menyelesaikan urusannya dengan cepat. Dengan suara tenang, ia membuka buku catatannya dan menatap Kyne."Tuan Foster, saya ingin membahas materi yang tertinggal dan mencari cara untuk memperbaiki nilai saya
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Tekad

"Tidak... ini tidak mungkin," gumamnya, suaranya nyaris bergetar. Kepalanya menggeleng pelan, menolak menerima kenyataan yang terpampang jelas di depan matanya.Untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar hancur—bukan hanya kehilangan sesuatu, tapi kehilangan segalanya. Tempat di mana ia tumbuh, tempat yang menyimpan begitu banyak kenangan tanpa tersentuh oleh siapa pun, kini hanya menyisakan puing-puing dan abu yang beterbangan, seakan keberadaannya tak pernah berarti.Ia sudah kehilangan keluarganya sejak kecil, dan sekarang... rumah yang bisu ini, satu-satunya tempat yang masih menghubungkannya dengan masa lalu, telah musnah. Hatinya mencengkeram perasaan sakit yang begitu dalam saat membayangkan semua foto, barang-barang penuh kenangan, semuanya lenyap tanpa bisa lagi ia lihat, ia sentuh, tanpa bisa ia peluk untuk terakhir kalinya."Kami turut prihatin atas kondisi yang Anda alami, Tuan Foster. Sepertinya saya tidak akan berlama-lama. Selamat sore," ujar Owen, suaranya datar, tan
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Pavel dan Bisnisnya

Beberapa hari berlalu, dan sejauh ini kehidupan kampus Aleena terasa lebih tenang dalam pantauan Pavel. Tidak ada tindakan mencurigakan dari Kyne yang membuatnya harus terus waspada—meskipun di dalam hatinya, ia tahu Kyne tidak akan tinggal diam selamanya.Kini Pavel duduk dengan tenang di ruang pertemuan. Mata abu-abunya yang dingin memancarkan kepuasan, seolah segalanya berjalan sesuai dengan rencananya. Jika Kyne berniat membalas dendam, Pavel sudah menyiapkan langkah-langkah berikutnya. Bagi Pavel, Kyne hanyalah gangguan kecil—seekor hama yang tak sebanding dengan dirinya.Di dalam ruangan itu, Pavel dikelilingi oleh para petinggi dalam organisasi yang ia bangun dari nol—sebuah kerajaan bisnis yang telah menjalar ke banyak sektor. Saat ini, mereka tengah membahas pergerakan barang yang keluar dan masuk, memastikan segalanya berjalan lancar tanpa ada hambatan."Barang kita berkurang lagi." Pavel berbicara dengan nada datar namun tajam, matanya menyapu satu-persatu orang di sekelili
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Kepastian

Di dalam kamarnya, Aleena duduk diam, menatap surat yang ia temukan di dalam loker kampusnya tadi siang. Ada sesuatu tentang surat itu yang membuatnya ragu. Hatinya gelisah, tangannya gemetar sedikit saat hendak merobek amplopnya.Ia menatapnya penuh perhitungan, seakan takut dengan apa yang akan ia temukan di dalamnya. Tapi pada akhirnya, dengan napas tertahan, ia memberanikan diri untuk membuka dan membacanya.Saat ia menarik keluar kertas di dalam amplop, selembar foto terjatuh ke lantai. Tanpa berpikir panjang, Aleena mengambilnya. Namun, begitu matanya menangkap isi foto itu, tubuhnya membeku.Di dalam gambar itu, Pavel tengah mencium seorang wanita dengan mesra. Latar belakangnya mendukung suasana romantis—mungkin di sebuah restoran mewah atau suite hotel eksklusif. Mereka tampak begitu intim, seakan dunia hanya milik mereka berdua."Pavel…." Suaranya nyaris tak terdengar. Jantungnya berdebar keras, rasa sakit menjalar tanpa peringatan. "Ini bukan editan."Tangannya mengepal di
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status