Home / Romansa / Jeratan Panas Tuan Pavel / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Jeratan Panas Tuan Pavel : Chapter 41 - Chapter 50

54 Chapters

Pembersihan

Owen memijat pangkal hidungnya, merasakan pening yang semakin menjadi akibat Pavel melimpahkan begitu banyak pekerjaan padanya. Seakan itu belum cukup, laporan terbaru masuk—gudang penyimpanan persenjataan kembali dibobol. Dugaan sementara, pelakunya kemungkinan besar masih orang yang sama.Pria itu menggeram pelan, menahan amarah yang ingin meledak. Namun, dia tidak bisa bertindak gegabah. Pavel selalu memiliki cara sendiri untuk menangani masalah semacam ini—membiarkan lawan menikmati hasilnya lebih dulu, hanya untuk kemudian membalasnya berkali-kali lipat. Begitulah Pavel bekerja. Begitulah mengapa nama Ellington begitu ditakuti.Owen bersandar di kursinya, memejamkan mata sejenak, berharap bisa meredakan kepenatan. Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Pintu ruangannya terbuka tanpa ketukan, dan masuklah seseorang dengan langkah ringan—Darius, dengan setelan rapi yang menunjukkan ia akan pergi entah ke mana."Lihatlah perjaka satu ini," ucap Darius
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Mengingatkan

Aleena menggigit pipi dalamnya, menahan rasa gemas yang hampir meledak. Tingkah Pavel semakin di luar kebiasaannya. Entah apa yang merasukinya hari ini, pria itu tiba-tiba menginginkan semua orang di kediaman ini—pelayan, penjaga, termasuk dirinya sendiri—untuk berpakaian layaknya abad pertengahan.Sekarang, dengan langkah malas, Aleena berjalan sambil mengenakan gaun panjang yang bagian bawahnya mengembang. Meski harus diakui dirinya terlihat memukau dalam pakaian ini, tetap saja, ide Pavel benar-benar di luar bayangannya. Ia selalu menganggap calon suaminya sebagai pria kaku, dingin, dan menyebalkan. Tapi hari ini? Tidak ada sedikit pun kesan itu.Begitu sampai di ruang makan, Aleena langsung disambut oleh pemandangan absurd—Pavel duduk dengan tenang, menyesap kopi sembari membaca koran, mengenakan pakaian khas bangsawan yang begitu melekat di tubuhnya yang gagah."Oh, astaga... dia benar-benar mendalami perannya," gumam Aleena, hampir tak percaya. Dan nyaris membuat kepalanya penin
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Mantan Istri Tuan Ellington

Aleena menggerutu sambil memukul bantal. "Gila! Dia benar-benar tidak waras! Seenaknya mengambil cuti kuliahku tanpa izin. Pavel tetap sama saja—menyebalkan!"Dia menghela napas berkali-kali, mencoba meredakan emosinya yang meledak-ledak. Bagaimana bisa Pavel begitu semena-mena? Tanpa membicarakannya lebih dulu, tanpa meminta persetujuannya, tiba-tiba saja dia menerima kabar bahwa cutinya sudah disetujui pihak kampus.Entah siapa yang ditemui Pavel hingga semuanya bisa diurus secepat itu. Aleena bahkan tak perlu repot-repot pergi ke universitas, menjelaskan alasannya, atau mengajukan permohonan sendiri. Tapi yang lebih membuatnya kesal adalah kenyataan bahwa ia nyaris lupa—lupa bahwa Pavel selalu punya cara untuk memastikan dirinya tetap "jinak" di sisi pria itu.Dia mendengus kasar, membenamkan wajahnya ke bantal. "Hah... gara-gara hamil dan akan menikah, dia bukannya semakin waras, malah semakin menggila."Aleena berguling malas di tempat tidur, matanya menerawang langit-langit kama
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Buaian Halus

Beberapa waktu telah berlalu sejak kedatangan Louise yang tak terduga, tetapi efeknya masih membekas dalam benak Aleena. Dia duduk gelisah di tempat tidur, menunggu kepulangan Pavel. Jam sudah menunjukkan tengah malam, tetapi ketidaktenangan masih menguasainya.Aneh, memang.Namun, begitulah yang ia rasakan. Ada kegelisahan yang terus menghantui pikirannya, semakin diperparah oleh kata-kata Louise. Bagaimana jika Pavel memang bisa saja kembali kepada mantan istrinya? Bagaimana jika cinta lama itu muncul kembali, dan Aleena hanya akan menjadi seseorang yang dipertahankan tetapi tidak benar-benar dimiliki?"Sial, aku terus kepikiran!" gerutunya, entah pada siapa.Ruangan itu hanya berisi dirinya sendiri, tetapi kecemasan yang menggumpal di dadanya membuat segalanya terasa sesak. Mungkin karena kehamilannya, emosinya menjadi lebih sensitif, membuatnya terus berpikiran buruk tentang hubungannya dengan Pavel.Tepat saat pikirannya semakin liar
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Rumah Sakit Jiwa

"Brengsek! Aku tak mau dia masuk ke sana, sialan!" umpat pemuda itu, suaranya dipenuhi kemarahan.Dengusan kasar terdengar sebagai balasan. Sama seperti Marvin, dia pun enggan membiarkan hal itu terjadi, meskipun keputusan besar harus segera diambil."Kau pikir aku tidak memikirkannya matang-matang, huh?" ujarnya, nada suaranya lebih tenang, mencoba meredam ketegangan. "Sudahlah, Marvin. Lebih baik kau istirahat.""Tidak akan! Aku ingin menemui Paman Kyne!" bentak Marvin keras kepala. Tangannya bergerak mencabut selang infus dari lengannya.Gerakan itu langsung dihentikan dengan cekatan. Dengan tenaga yang lebih kuat, sepupunya menahan pergelangan tangan Marvin, mencegahnya melakukan hal bodoh. "Jangan gila, sial! Kau belum sembuh total! Bahkan baru semalam kau sadar, bodoh!"Napas mereka saling bertaut di udara yang tegang. Mata Marvin yang dipenuhi amarah beradu dengan tatapan keras sepupunya. Namun, di balik itu, ada kekhawatiran yang nyata.Perasaan tak terima menyelimuti Marvin.
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Tamu Tak Diundang

Situasi sulit jelas terasa di sisi Marvin dan Alexander. Berbeda dengan Pavel, yang kini sudah mengetahui segalanya. Namun, alih-alih cemas atau marah jika ekspektasinya tak terwujud, pria itu tampak santai, duduk di sofa di depan televisi, menemani Aleena yang asyik menonton drama Korea. Hari ini, Aleena tampak lebih tenang dan dalam suasana hati yang baik, membuat Pavel tak perlu repot-repot menjinakkan kucing liar yang biasanya sulit diatur. Gadis itu bersandar santai di sisinya, tanpa perlawanan, sesuatu yang jarang terjadi. Namun, ketenangan itu terusik ketika seorang pelayan datang menghampiri mereka. Wajahnya tampak ragu, seolah ada sesuatu yang berat untuk disampaikan. "Maaf mengganggu waktu Tuan dan Nona," ucapnya dengan suara sedikit bergetar. "Tapi... wanita itu datang lagi, Tuan." Aleena mengerutkan kening, kepalanya miring ke samping. "Siapa?" "Louise Carter, Nona Morris," jawab sang pelayan hati-hati. Pavel masih tampak santai, jemarinya sibuk memainkan rambut
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Rencana Lain

Tamparan keras kembali mendarat di wajah Louise, kali ini dari pria yang seharusnya menjadi sekutunya. Mereka memiliki tujuan yang sama—menghancurkan Pavel, menghancurkan bisnis dan kehidupannya, memastikan pria itu jatuh tanpa bisa bangkit kembali."Kau bodoh! Sangat bodoh!" Pria itu menggeram, suaranya tajam dan penuh amarah. "Seharusnya kau lebih cerdas, lebih taktis! Bukan bertindak gegabah dengan mendatangi kediamannya tanpa persiapan matang!"Matanya membara, rahangnya mengeras menahan emosi. Kemarahan itu semakin membuncah saat dia melangkah mendekat, menatap Louise dengan penuh penghinaan."Jalang sialan! Gunakan cara lain! Atau...." Dia menunduk sedikit, suaranya merendah menjadi bisikan beracun, "Gunakan tubuhmu!"Louise memejamkan mata sejenak, menahan panas yang membakar pipinya. Rasa sakitnya bukan hanya fisik, tetapi juga menghujam harga dirinya. Dalam satu hari, dia telah ditampar dua kali—oleh Pavel dan sekarang oleh Humphrey, pria yang seharusnya berada di pihaknya.M
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Ragu

Aleena menerima pesan singkat di ponselnya. Nomor asing tertera di layar, diikuti dengan pesan berikutnya yang langsung menyebutkan identitas sang pengirim—Louise.Wanita itu benar-benar tidak tahu malu. Sepertinya dia sangat takut kehilangan Pavel, atau lebih tepatnya, takut Pavel menikahi gadis yang jauh lebih muda darinya. Aleena mendengus, menyadari bahwa dirinya memang tidak lebih unggul dalam banyak hal, kecuali satu: usianya yang lebih muda.Tapi meski begitu, rasa percaya dirinya tetap tidak kokoh. Ada bagian dari dirinya yang masih ragu, yang masih merasa cemas meskipun ia mencoba menyangkalnya.Dengan helaan napas kasar, Aleena membuka pesan itu. Dan saat itu juga, dunianya seakan runtuh.Matanya membesar, napasnya tercekat. Foto yang dikirimkan Louise menampilkan sosok pria bertelanjang punggung membelakangi kamera, memperlihatkan tato yang menutupi bekas luka. Tato yang sangat familiar, sangat dikenalnya. Itu tubuh Pavel.Tangannya bergetar saat menggenggam ponsel, dadanya
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Yang Hilang Belum Tentu Kembali

Entah apa yang ada di benak Louise saat ini. Kehadirannya selalu membawa dampak buruk bagi Aleena, yang berharap bisa menjalani hari dengan tenang. Tapi apa daya, wanita licik itu selalu menemukan cara untuk kembali menginjakkan kakinya di kediaman Ellington, meski sudah dilarang keras oleh para penjaga. Saat ini, Aleena semakin menyadari satu hal—di masa lalu, Louise masih memiliki tempat terhormat di kehidupan Pavel, meskipun statusnya hanya sebatas mantan istri. Dan itu cukup mengganggunya. Sangat. “Hai, Aleena,” sapa Louise dengan nada ramah, senyum tipis terukir di bibirnya yang berlapis riasan ringan. Pakaian ketat membalut tubuhnya, menegaskan kesan angkuh yang selalu ia bawa. “Aku sangat merindukan Pavel. Apa mantan suamiku ada di rumah?” Aleena merasakan dadanya menghangat, bukan karena malu, tapi karena amarah yang mulai mendidih. Wanita ini benar-benar tak tahu malu. "Tidak ada. Calon suamiku sedang sibuk," tegas
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Harus Tenang

"Permisi, Tuan. Maaf mengganggu waktu Anda, tetapi Anda harus segera kembali ke markas. Organisasi mafia yang Anda bangun telah terendus oleh pihak berwenang—semua karena laporan anonim," lapor Owen dengan nada serius saat tiba-tiba memasuki ruang kerja Pavel. Pavel, yang baru saja duduk di sofa selama beberapa menit, mengangkat alis. Ia tidak menyangka Owen bisa bergerak secepat itu untuk datang ke kediamannya. Bahkan dirinya baru bernapas lega beberapa saat. "Seharusnya kau menghubungiku terlebih dahulu, Owen," geramnya, jelas tidak senang dengan gangguan ini. "Ponsel Anda mati, Tuan," jawab Owen tanpa ragu. "Itulah sebabnya saya tidak bisa menyampaikan laporan ini melalui orang lain—terlalu berisiko." Pavel menatap Owen tajam, rahangnya mengeras. Masalah ini bisa menjadi lebih besar dari yang ia perkirakan. Tangan Pavel bergerak, memberi isyarat agar Owen duduk dan mulai menje
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status