All Chapters of Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan : Chapter 71 - Chapter 80

85 Chapters

Rencana Kevin

"Ke-- Kevin?" tanya Andri dengan sedikit tergagap.Driver itu hanya tersenyum lalu melepas helm yang ada di kepalanya."Hay, Ndri. Kita ketemu lagi, mau nganter makan siang buat Arkan?" tanya Kevin sambil tersenyum.Meskipun ia nampak tersenyum, tapi entah mengapa Andri merasa sedikit takut karenanya."Nih, helmnya, ayo naik," ucap Kevin membuyarkan lamunan Andri.Andri tergagap karenanya dan segera mengambil helm itu. Setelah itu, ia segera naik ke atas motornya."Ndri, tas bekel lu taro depan aja sini, biar lebih enak duduknya," ucap Kevin memberi usul."Nggak usah, Vin. Taro tengah aja, buat pembatas. Maaf ya," ucap Andri dengan hati-hati.Kevin hanya mengangguk, lalu segera menyalakan motornya. Motor pun mulai melaju meninggalkan kompleks perumahan itu.Di sepanjang perjalanan, Kevin nampak bercerita banyak hal, sementara Andri hanya mendengarkan saja. Ingin rasanya ia cepat sampai namun entah kenapa Kevin seolah memelankan laju motornya itu.Saat tiba di dekat lampu merah, lengan
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Beneran Istrinya?

"Kenapa, Mbak? Ada yang salah?" tanya Andri balik.Sang resepsionis menggeleng pelan, lalu segera menelpon seseorang disana entah siapa. Andri menatap cermin yang terletak tak begitu jauh dari meja resepsionis. Ia melihat dirinya sendiri di sana, tak ada yang salah. Ia nampak rapih meskipun hanya mengenakan celana jeans dan juga kemeja panjang. Tapi, kanapa sang resepsionis nampak tak percaya?"Adek," panggil seseorang dari arah belakang.Refleks, Andri menoleh saat mendengar suara itu. Ia tahu betul jika itu adalah suara suaminya. Begitu melihat Arkan di pintu masuk ia pun segera tersenyum dan bergegas menyalami lengan lelakinya."Mas kemana aja? Aku telpon nggak di angkat-angkat!" rajuk Andri seraya memanyunkan bibirnya kesal.Arkan tersenyum gemas melihat kelakuan istrinya itu, ia pun lalu mencubit pipi sang istri dan mengecupnya pelan."Maaf. Tadi, Mas ada keperluan dadakan di lantai atas. Eh, hpnya ketinggalan di ruangan, jadi ya ... nggak tau kalau kamu telpon," ucap Arkan sambi
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Makan Siang

"Ngambil baju aku, Mas. Udah nggak ada baju lagi di lemari, semua udah masuk ke cucian," ucap Andri pelan. "Aku juga nggak punya sendal lagi, kalau kemana-mana bingung. Untung aja, tadi Mbok Puji ngasih tau kalau misalnya sepatu kamu ukurannya cocok sama aku. Jadi, bisa deh aku pake," ujarnya kembali.Arkan menautkan sebelah alisnya, lalu melihat ke arah kaki Andri. Ia malah baru sadar jika sang istri memakai sepatunya juga.Arkan terkekeh pelan karenanya lalu mengangguk mantap."Boleh. Kalau mau belanja baju juga boleh, terserah kamu maunya kemana," ucap Arkan sambil tersenyum.Mendengar ucapan belanja, wajah Andri pun langsung berbinar karenanya. Bohong jika ia tak suka belanja, semua kaum hawa pasti menyukainya, termasuk dirinya."Yes! Aku boleh beli apapun yang aku mau nggak?" tanya Andri memastikan."Boleh, Dek, bebas. Tapi, aku boleh request nggak? Aku pingin kamu beli baju haram, Dek," jawab Arkan, nada suaranya sedikit menggoda.Mendengar baju haram, bayangan Andri langsung ke
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Kejar Jika Kau Suka!

Andri berdecak kesal, sepertinya suaminya ini sedikit amnesia pada teman karibnya itu."Ck! Itu lohh, Kevin yang jongosmu jaman sekolah dulu. Yang suka kamu suruh-suruh," ucap Andri mengingatkan.Arkan mengangguk, bayang memori tentang lelaki itu pun kembali berputar di otaknya."Oh, kenapa dia?" tanya Arkan datar, seolah itu adalah hal yang tidak menarik.Andri menautkan sebelah alisnya. Ia merasa aneh, bukankah mereka teman dekat? Tapi, kenapa responnya biasa saja."Tadi aku ketemu sama dia," jawab Andri.Arkan yang semula tampak santai mendadak tegang. Ia mengerjap beberapa kali, lalu menatap Andri lekat-lekat, seolah ingin memastikan maksud ucapannya.“Ketemu di mana?” tanyanya, suaranya terdengar lebih rendah dari biasanya. Ada ketegangan dalam nada bicaranya, meskipun ia berusaha menyembunyikannya.Andri menghela napas pelan."Tukang sayur depan komplek. Ternyata, dia pemilik rukonya," jawab Andri lirih. "Terus, pas aku pesen gocek, juga dapet dia," ujarnya kembali dengan suara
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Ulah Siapa Lagi?

Kini, gantian Arkan yang sedikit kesal."Andriyani Eka Devandra. Puas?!" tanya Arkan sedikit kesal.Andri menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Aih, itu kan namaku, Mas".Arkan hanya mencebik kesal, lalu segera beranjak dari duduknya. Ia memilih kembali ke kursi kebesarannya untuk melanjutkan pekerjaannya."Mas! Hayoo, ngaku. Jangan-jangan ... kamu dari dulu udah bucin yah sama aku," ucap Andri, dengan nada sedikit menggoda.Arkan menggeleng pelan, tak menggubris ucapan sang istri."Bohong dosa loh, Mas haha," ledek Andri kembali sambil terkekeh pelan."Siapa bilang, kalau bohong itu nggak dosa? Terus, kenapa? Masalah? Toh, sekarang kamu juga jadi istri aku kok," ujarnya datar, namun masih ada nada kesal di dalamnya.Andri tertawa mendengar itu, lalu segera beranjak dan berlari ke kursi suaminya. Ia pun memeluk lelakinya dan langsung mengecup kedua pipinya bertubi-tubi."Adek, ini kantor," ujar Arkan mengingatkan.Namun, Andri seakan tak peduli, ia tetap mengecup pipi sang suami, hing
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Workshop

"Siapa, Mbak? Apa Mbak kenal seseorang?" tanya Sinta, nada suaranya terdengar penasaran.Andri menggeleng pelan, memilih menyimpan jawabannya sendiri. Ia memilih untuk melangkah menuju kantor suaminya saja. Di perjalanan menuju lantai atas, suasana antara keduanya nampak hening, hanya suara langkah kaki yang menggema di lorong itu, mungkin karena sudah masuk jam kerja lagi.Sesekali, Sinta melirik ke arah Andri. Ia ingin mengajaknya berbicara, namun sepertinya Andri sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, membuat ia mengurungkan niatnya.Sesampainya mereka di depan ruangan Arkan, Andri pun berhenti sebentar di meja Sinta. Ia mengeluarkan cemilan serta minuman dari kantong plastiknya lalu meletakkannya di sana."Ini buat kamu ya, Sin. Semoga kamu suka sama cemilannya," ujar Andri sambil tersenyum ramah."Eh, aku dapet jatah juga, Mbak?" tanya Sinta dengan wajah yang berbinar, seraya menarik kursinya dan duduk di sana. "Wah, kalau gitu sering-sering ke sini ya, Mbak, terutama kalau akhi
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Ancaman Saingan Baru

Andri menyesap cola yang tinggal separuh, sambil memakan kripik kentang yang rasanya terasa sedikit hambar. Padahal, biasanya, ia sangat suka kripik kentang ini. Tapi entah mengapa, kali ini rasanya begitu hambar, mungkin karena memang perasaannya juga sedang tak enak.Sesekali, ia mencuri pandang ke arah sang suami yang masih fokus dengan layar laptopnya. Diagram dan deretan angka di layar itu, sepertinya lebih menarik perhatian Arkan dibanding dengan kehadiran istrinya saat itu.Tak lama, pintu ruangan Arkan pun di ketuk oleh seseorang. Setelah mempersilahkan masuk, Sinta datang membawa beberapa berkas di tangannya."Apa lagi ini?" tanya Arkan sambil memijat pelan pelipisnya begitu tumpakan kertas itu di taruh Sinta."Laporan bulanan. Waktunya tanda tangan. Bapak nggak lupa kan sekarang tanggal 20?" tanya Sinta balik.Arkan mendengus kesal, ia melirik sekilas ke arah sang istri yang tengah anteng menonton serial Desa Konoha itu di layar televisinya."Nggak bisa besok, kah?" tanya Ar
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Ketakutan Andri

Andri masih terdiam dipangkuan Arkan. Rasanya, akan ada badai besar kembali yang menghadang rumah tangga mereka."Mas, sebenernya, itu surat dari siapa?" tanya Andri penasaran sambil membelai lembut kemeja sang suami.Arkan hanya tersenyum lalu membelai lembut pucuk kepala sang istri."Bukan siapa-siapa. Hanya seseorang yang iri sama hubungan kita aja, Dek," ujar Arkan pelan.Namun, Andri masih tak percaya. Ia segera melerai pelukannya. Lalu bangkit dari pangkuan sang suami.Ia duduk di atas mejanya, sehingga posisi duduknya kini berhadapan dengan Arkan."Mas ...," panggil Andri lirih.Arkan hanya menyunggingkan sedikit senyumnya lalu menarik wajah sang istri. Ia mengecup pelan bibir istrinya yang menggoda itu.Awalnya, hanya kecupan pelan, namun makin lama, ia makin tergoda. Apalagi, Andri begitu seksi meskipun memakai celana panjang dan kaos yang sedikit kebesaran."Mas, nggak ada pintu merah tah di sini?" tanya Andri yang hampir terbakar birahi.Arkan menggeleng. Ia tak tahu, kare
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Ancaman Kevin

Arkan meremas ponselnya begitu kuat hingga terasa seolah benda itu bisa hancur di tangannya. Suara Kevin masih terdengar di seberang, santai namun penuh ancaman."Apa yang sebenernya kamu mau, Kevin? Apakah apa yang selama ini aku lakukan untuk kamu kurang?" tanya Arkan penuh penekanan.Tawa Kevin nampak menggema dari ujung telpon sana.["Tentu saja aku menginginkan wanitamu, Arkan. Apa kau bodoh? Atau pura-pura bodoh?"] tanya Kevin penuh ancaman.Arkan terdiam sejenak, menarik napasnya dalam-dalam berusaha menenangkan dirinya. Jangan sampai, ucapannya membangunkan Andri yang nampak terlelap di atas sofa sana."Aku tak akan pernah membiarkan kamu merebut Andri dari aku. Apa kurang kemarin Lili untuk kamu? Kamu sendiri yang menyia-nyiakan Lili begitu saja," ucap Arkan tak mau kalah.["Kamu salah, Arkan! Lili tak pernah bersyukur dengan apa yang selama ini aku berikan padanya. Dia selalu merasa kurang dengan nafkah yang aku berikan,"] ucap Kevin dari sana.Arkan kembali memijat pelan pe
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Pilihan Yang Sulit

Arkan masih terdiam di mejanya. Kepalanya ia tangkupkan ke atas meja, seolah ia tiduran disana. Kepalanya sedikit pening sekarang. Keputusan apa yang harus ia ambil kini, semuanya terasa begitu berat.Dalam lamunannya, tiba-tiba belaian lembut hinggap di punggungnya. Arkan mengangkat wajahnya, mencoba tersenyum tenang, meskipun sorot matanya masih menyimpan badai.Nampak Andri disana dengan wajah teduhnya."Mas, ada apa? Siapa yang telpon?" tanya Andri lembut, suaranya pelan dan penuh kekhawatiran."Nggak ada apa-apa, Dek. Hanya telpon iseng yang mencoba menguji kesabaranku," ucap Arkan dengan tenang.Andri mengernyitkan dahinya. Tentu saja ia tak percaya begitu saja. Tak mungkin ada apa-apa, wajah Arkan tidak bisa bohong jika ia memendam suatu masalah yang besar.Andri menghela napas pelan, lalu kembali membelai lembut pundak sang suami, "Kalau Mas sudah siap cerita, cerita aja, ya. Adek akan selalu siap untuk denger semua keluh kesah Mas," ucap Andri sambil tersenyum.Arkan mengangg
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status