All Chapters of Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan : Chapter 91 - Chapter 100

113 Chapters

Bab 91

Suasana masih begitu hening dan juga canggung. Kakek Gala belum juga bersuara membuat Arkan merasa sedikit ngeri karenanya."Kek, apa yang harus Arkan lakukan sekarang?" tanya Arkan lirih, memecah keheningan diantara mereka berdua.Kakek menggeleng pelan, "tidak ada. Lakukan saja sebisamu. Perbaiki laporan dan serahkan perusahaanmu kepada Kevin. Kamu tak perlu khawatir, jika nanti Dirgantara di ambil olehnya, maka itu berarti riwayat Dirgantara akan berakhir.""Apa maksud, Kakek?" tanya Arkan tak mengerti."Dirgantara itu dibesarkan oleh Gerrald, lalu diteruskan kepadamu. Semua kolega Dirgantara jelas sudah tahu sepak terjang kamu. Dan saat kepemimpinan Dirgantara diganti, maka lambat laun perusahan itu juga akan hancur," jawab Kakek Gala lirih."Kamu tahu alasan kenapa Dewantara sampai saat ini masih ditangani oleh Nathan dan Kakek?" tanya Kakek kembali.PT. Dewantara adalah salah satu perusahaan besar milik Kakek Gala. Dia sama berpengaruhnya dengan Amira Corp yang dipimpin oleh Wis
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 92

Arkan menahan napas. Tangannya yang menggenggam gagang pintu perlahan mengendur. Masuk sekarang hanya akan membuatnya kehilangan kendali. Ia harus tahu lebih banyak sebelum bertindak.Dari celah pintu, ia bisa melihat bayangan Oom Wisnu duduk tegap di kursi kebesarannya. Sementara Kevin, berada di depannya, memunggungi dirinya.“Aku sudah mengamankan sebagian besar aset miliknya,” lanjut Oom Wisnu dengan suara rendah namun penuh keyakinan. “Arkan begitu polos dan terlalu menurut. Ia sudah menyerahkan rumahnya yang harganya hampir 2 miliar lebih, hanya untuk rumahku yang berharga ratusan juta. Tak hanya itu, ia pun memilih aku untuk memegang Amira dibanding Dirgantara. Padahal jelas-jelas, Amira punya kekuasaan yang lebih baik."Kevin terkekeh pelan. “Dan sekarang, Dirgantara akan menjadi milikmu juga kan, Oom?"Tawa Oom Wisnu langsung pecah seketika."Kau benar, ternyata, tak sia-sia aku mendidikmu selama ini, dan menjadikanmu sebagai umpan," ucapnya lirih.Kevin menyunggingkan sediki
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 93

"Bagus, Tuan Muda. Sekarang, waktunya Tuan kembali ambil alih perusahan ini dari tangan benalu itu," ucap Fatah dengan penuh semangat."Tuan Wisnu hanya benalu yang kerjaannya hanya menggerogoti uang perusahaan saja. Andai tak ada campur tangan saya dan Sinta, mungkin perusahaan ini sudah ambruk sejak Tuan sakit," ucap Fatah kembali.Arkan tersenyum masam mendengar ucapan itu."Terimakasih, Fatah. Terimakasih sudah tetap setia kepada keluargaku,'' ucapku sambil tersenyum tulus. "Tapi, sekarang belum waktunya untuk membalas. Aku perlu menyusun rencana baru yang lebih matang, karena aku yakin pasti Oom Wisnu sudah menyiapkan beberapa rencana cadangan," ucapnya sambil menggelengkan kepalanya pelanFatah mengangguk, memang benar, mereka sama sekali belum memiliki rencana apapun. Jadi, kalau menyerang sekarang sudah pasti akan kalah.Fatah terdiam sebentar, mencoba berpikir keras, mencari celah. Sementara Arkan, beberapa kali nampak mengetuk jemari ke meja dengan ritme pelan namun penuh te
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 94

Cukup lama ia berdiam diri di sana hingga akhirnya getaran ponselnya membuyarkan lamunannya.Arkan mengambil ponselnya, melihat siapa yang menelponnya, tertera nama 'Oom Wisnu' di sana.["Hallo, Ar,"] salam Oom Wisnu dengan ramah dari sana."Iya, Oom," ucap Arkan berbasa-basi.["Kamu jadi ke kantor, Ar? Kalau jadi, biar Oom batalin janji ketemu sama klien. Tadi ada yang dadakan ngajak ketemu,"] ucap Oom Wisnu."Jadi, Oom. Ini Arkan baru aja nyampe bawah, lagi nunggu lift," ucap Arkan berbohong.["Oh, ya udah kalau gitu. Oom tunggu kamu aja dulu,"] ucap Oom Wisnu dengan nada sedikit kesal."Oke, Oom, tunggu sebentar ya," balas Arkan seraya menutup telponnya.Arkan kembali menaruh ponselnya di saku celananya. Ia menghembuskan napas pelan, ia harus bersandiwara bahwa tak ada apa-apa meskipun sebenarnya ada sesuatu yang sulit di sana.Setelah beberapa saat, akhirnya ia pun melangkah keluar dari ruangan Fatah."Aku mau ketemu sama Oom Wisnu. Doakan semoga aku bisa tetap berpura-pura bodoh
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 95

Arkan melangkah mantap menuju gudang di lantai dasar. Derap sepatunya sedikit bergema di koridor kantor. Beberapa kali, ia berpapasan dengan para karyawannya. Mereka semua berusaha tersenyum ramah pada Arkan, namun sayangnya, Arkan bersikap cuek dan tak peduli. Aura dingin dari pria itu membuat siapa pun enggan mendekat.Arkan melangkah dengan berat, seolah setiap langkahnya, seakan membawa beban masa lalu yang selama ini ia hindari. Oom Wisnu mengikuti di belakangnya, wajahnya pucat dipenuhi kecemasan dan juga keringat dingin."Arkan, dengar dulu. Gudang itu sudah lama tak dibuka. Kamu ... bahkan mungkin nggak akan menemukan apa-apa di sana," ucap Oom Wisnu dengan suara nyaris bergetar.Arkan tak menoleh. "Kalau memang kosong, setidaknya aku tahu sendiri, Oom."Saat tiba di depan pintu gudang, Arkan berhenti. Tangannya terangkat, hendak memutar gagang pintu yang sudah berkarat. Napasnya berat, seolah tahu bahwa yang tersembunyi di balik pintu itu bukan hanya sekadar mainan lama—tetap
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 96

Namun, seolah tak ingin kehilangan kendali, Oom Wisnu buru-buru melangkah mengikuti Arkan yang hendak keluar dari gedung. Napasnya tersengal, cemas. Ia tahu, jika Arkan sampai pulang dan menemukan apa yang sebenarnya terjadi di rumah, segalanya akan hancur."Arkan, tunggu! Jangan pulang sekarang!" seru Oom Wisnu, mencoba menghentikan langkah Arkan.Namun Arkan tetap berjalan, bahkan mempercepat langkahnya. "Kenapa? Takut aku menemukan sesuatu?" tanyanya tajam, tanpa menoleh."Bukan begitu, Ar. Dengar dulu! Sebaiknya kita fokus pada permasalahan Dirgantara dahulu, daripada mainan-mainan itu!" Oom Wisnu kembali berdiri di depan Arkan, menghalangi jalannya.Arkan menghentikan langkahnya. Matanya menyipit, memandangi Oom Wisnu yang kini berkeringat dingin."Dirgantara?" tanya Arkan sambil tertawa pelan.Arkan mencengkram pundak Oom Wisnu dengan pelan, lalu menyunggingkan sedikit senyumnya."Mainan itu lebih berharga dibanding Dirgantara, Oom," ucap Arkan lirih. "Aku lebih baik kehilangan
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 97

"... kamar Yudha. Iya, benar kamar Yudha," ujar Tante Adel sambil tersenyum.Arkan memincingkan mata, kamar Yudha? Bagaimana bisa?"Kemarin Yudha lagi disuruh bikin prakarya gitu. Nah, salah satu mainan kamu jadi bahan contohnya. Coba aja cek di sana, sepertinya ada," ujar Tante Adel kembali seolah itu bukan masalah sama sekali.Alis Arkan berkerut dalam, kenapa Yudha tak ijin dahulu padanya? Biasanya, ia akan selalu ijin untuk meminjam mainannya. Tapi, kenapa kali ini tidak? Apalagi, mainan yang diambilnya adalah Gundam limited edition. Itu bukan hanya tentang sebuah koleksi berharga, namun juga mengajarkannya suatu kesabaran karena rela menunggu barang itu launching hingga berbulan-bulan lamanya.Tanpa mengucapkan sepatah kata, Arkan segera berbalik dan melangkah menuju kamar Yudha yang berada di sebelah kamarnya yang berada di sana. Langkah kakinya terasa sedikit berat, ia takut bahwa kenyataan yang ada di depan sana, akan kembali mengecewakan seperti kejadian di gudang tadi pagi.
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 98

Arkan memutar-mutar kertas itu di tangannya. Tulisan Yudha yang sedikit miring di sudut kertas terus menarik perhatiannya."Suatu saat, aku akan jelaskan."Apa yang ingin Yudha jelaskan? Kenapa terasa seperti ada rahasia besar yang sengaja disembunyikan darinya?Perasaan tidak nyaman mengendap di dadanya. Perlahan, Arkan berdiri dan melangkah ke arah lemari buku milik Yudha. Ia membuka satu per satu laci dan rak, mencari sesuatu yang mungkin bisa memberikan jawaban. Tapi semuanya tampak biasa saja. Buku pelajaran, beberapa majalah, dan alat tulis.Namun, ketika ia membuka laci paling bawah, pandangannya tertumbuk pada sebuah kotak persegi panjang berwarna hitam. Kotak itu terkunci, tapi di atasnya ada gantungan kunci kecil berbentuk kepala Megatron.Arkan mengernyit. Ia ingat betul gantungan kunci itu. Itu adalah hadiah yang ia berikan pada Yudha saat ulang tahunnya yang ke lima belas.Perlahan, ia mengambil kotak itu. Berat. Ia menggoyangkannya perlahan—ada sesuatu di dalamnya."Apa
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 99 (Ending Season 1)

Tante Adel berdiri di ambang pintu dengan ekspresi datar, tetapi sorot matanya menyiratkan sesuatu yang sulit ditebak. Seakan dia tahu lebih banyak daripada yang mereka pahami saat ini."Karena itu, kapan kamu mau bawa koleksi mainan kamu?" tanyanya kembali, namun kali ini dengan nada lebih tenang, tetapi tetap tajam.Arkan masih berusaha mencerna semuanya. Koleksi mainan yang selama ini menjadi kenangan berharga, bukan hanya sekadar benda mati, tapi juga suatu koleksi atas kesabaran dan penghargaan, ternyata sudah dijual dan dilelang. Lalu, ditukar dengan saham dan juga investasi."Lalu, apa masih ada yang tersisa, Tan?" tanya Arkan kali ini. Suaranya terdengar serak, nyaris berbisik.Tante Adel terdiam sebentar, lalu menggeleng lemah. Ia segera masuk ke dalam kamar Yudha, dan menarik salah satu kursi di sana."Kalau kamu tanya soal mainan yang ada diruangan Mas Gerry, kemungkinan udah nggak ada semua yang tersisa," ucap Tante Adel lirih."Tapi, kalau misalnya kamu tanya soal mainan
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

S2 - Bab 1

Ruang tamu itu dipenuhi oleh kehangatan. Suara bayi yang baru lahir terdengar lirih dari sudut ruangan, sementara para tamu sedang asyik mengobrol santai sambil menikmati teh dan camilan.Diantara tamu-tamu itu, Andri dan Arkan pun tak luput untuk datang menengok tetangga mereka yang baru saja melahirkan.Andri ikut tersenyum saat melihat si bayi yang masih merah tertidur pulas dalam gendongan ibunya. Aroma bedak bayi dan minyak telon tercium samar di udara. Ada rasa haru sekaligus kagum di matanya, sesuatu yang tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata."MasyaAllah, gemes banget ya, Ndri," bisik Bu RT yang berada di sampingnya.Andri mengangguk. "Iya, Bu. Lucu banget, masyaallah," ucapnya lembut."Mbak Andri mau coba gendong?" tanya sang empunya rumah dengan ramah.Andri terdiam sebentar, lalu melirik ke arah Arkan yang berada tak jauh darinya. Arkan hanya mengangguk sambil tersenyum, seolah memberi ijin untuk Andri.Andri mengangguk ragu dan tak lama bayi merah itu telah berpindah tanga
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more
PREV
1
...
789101112
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status