Share

Bab 91

Penulis: Ririichan13
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-14 22:29:08

Suasana masih begitu hening dan juga canggung. Kakek Gala belum juga bersuara membuat Arkan merasa sedikit ngeri karenanya.

"Kek, apa yang harus Arkan lakukan sekarang?" tanya Arkan lirih, memecah keheningan diantara mereka berdua.

Kakek menggeleng pelan, "tidak ada. Lakukan saja sebisamu. Perbaiki laporan dan serahkan perusahaanmu kepada Kevin. Kamu tak perlu khawatir, jika nanti Dirgantara di ambil olehnya, maka itu berarti riwayat Dirgantara akan berakhir."

"Apa maksud, Kakek?" tanya Arkan tak mengerti.

"Dirgantara itu dibesarkan oleh Gerrald, lalu diteruskan kepadamu. Semua kolega Dirgantara jelas sudah tahu sepak terjang kamu. Dan saat kepemimpinan Dirgantara diganti, maka lambat laun perusahan itu juga akan hancur," jawab Kakek Gala lirih.

"Kamu tahu alasan kenapa Dewantara sampai saat ini masih ditangani oleh Nathan dan Kakek?" tanya Kakek kembali.

PT. Dewantara adalah salah satu perusahaan besar milik Kakek Gala. Dia sama berpengaruhnya dengan Amira Corp yang dipimpin oleh Wis
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 92

    Arkan menahan napas. Tangannya yang menggenggam gagang pintu perlahan mengendur. Masuk sekarang hanya akan membuatnya kehilangan kendali. Ia harus tahu lebih banyak sebelum bertindak.Dari celah pintu, ia bisa melihat bayangan Oom Wisnu duduk tegap di kursi kebesarannya. Sementara Kevin, berada di depannya, memunggungi dirinya.“Aku sudah mengamankan sebagian besar aset miliknya,” lanjut Oom Wisnu dengan suara rendah namun penuh keyakinan. “Arkan begitu polos dan terlalu menurut. Ia sudah menyerahkan rumahnya yang harganya hampir 2 miliar lebih, hanya untuk rumahku yang berharga ratusan juta. Tak hanya itu, ia pun memilih aku untuk memegang Amira dibanding Dirgantara. Padahal jelas-jelas, Amira punya kekuasaan yang lebih baik."Kevin terkekeh pelan. “Dan sekarang, Dirgantara akan menjadi milikmu juga kan, Oom?"Tawa Oom Wisnu langsung pecah seketika."Kau benar, ternyata, tak sia-sia aku mendidikmu selama ini, dan menjadikanmu sebagai umpan," ucapnya lirih.Kevin menyunggingkan sediki

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 93

    "Bagus, Tuan Muda. Sekarang, waktunya Tuan kembali ambil alih perusahan ini dari tangan benalu itu," ucap Fatah dengan penuh semangat."Tuan Wisnu hanya benalu yang kerjaannya hanya menggerogoti uang perusahaan saja. Andai tak ada campur tangan saya dan Sinta, mungkin perusahaan ini sudah ambruk sejak Tuan sakit," ucap Fatah kembali.Arkan tersenyum masam mendengar ucapan itu."Terimakasih, Fatah. Terimakasih sudah tetap setia kepada keluargaku,'' ucapku sambil tersenyum tulus. "Tapi, sekarang belum waktunya untuk membalas. Aku perlu menyusun rencana baru yang lebih matang, karena aku yakin pasti Oom Wisnu sudah menyiapkan beberapa rencana cadangan," ucapnya sambil menggelengkan kepalanya pelanFatah mengangguk, memang benar, mereka sama sekali belum memiliki rencana apapun. Jadi, kalau menyerang sekarang sudah pasti akan kalah.Fatah terdiam sebentar, mencoba berpikir keras, mencari celah. Sementara Arkan, beberapa kali nampak mengetuk jemari ke meja dengan ritme pelan namun penuh te

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 94

    Cukup lama ia berdiam diri di sana hingga akhirnya getaran ponselnya membuyarkan lamunannya.Arkan mengambil ponselnya, melihat siapa yang menelponnya, tertera nama 'Oom Wisnu' di sana.["Hallo, Ar,"] salam Oom Wisnu dengan ramah dari sana."Iya, Oom," ucap Arkan berbasa-basi.["Kamu jadi ke kantor, Ar? Kalau jadi, biar Oom batalin janji ketemu sama klien. Tadi ada yang dadakan ngajak ketemu,"] ucap Oom Wisnu."Jadi, Oom. Ini Arkan baru aja nyampe bawah, lagi nunggu lift," ucap Arkan berbohong.["Oh, ya udah kalau gitu. Oom tunggu kamu aja dulu,"] ucap Oom Wisnu dengan nada sedikit kesal."Oke, Oom, tunggu sebentar ya," balas Arkan seraya menutup telponnya.Arkan kembali menaruh ponselnya di saku celananya. Ia menghembuskan napas pelan, ia harus bersandiwara bahwa tak ada apa-apa meskipun sebenarnya ada sesuatu yang sulit di sana.Setelah beberapa saat, akhirnya ia pun melangkah keluar dari ruangan Fatah."Aku mau ketemu sama Oom Wisnu. Doakan semoga aku bisa tetap berpura-pura bodoh

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 95

    Arkan melangkah mantap menuju gudang di lantai dasar. Derap sepatunya sedikit bergema di koridor kantor. Beberapa kali, ia berpapasan dengan para karyawannya. Mereka semua berusaha tersenyum ramah pada Arkan, namun sayangnya, Arkan bersikap cuek dan tak peduli. Aura dingin dari pria itu membuat siapa pun enggan mendekat.Arkan melangkah dengan berat, seolah setiap langkahnya, seakan membawa beban masa lalu yang selama ini ia hindari. Oom Wisnu mengikuti di belakangnya, wajahnya pucat dipenuhi kecemasan dan juga keringat dingin."Arkan, dengar dulu. Gudang itu sudah lama tak dibuka. Kamu ... bahkan mungkin nggak akan menemukan apa-apa di sana," ucap Oom Wisnu dengan suara nyaris bergetar.Arkan tak menoleh. "Kalau memang kosong, setidaknya aku tahu sendiri, Oom."Saat tiba di depan pintu gudang, Arkan berhenti. Tangannya terangkat, hendak memutar gagang pintu yang sudah berkarat. Napasnya berat, seolah tahu bahwa yang tersembunyi di balik pintu itu bukan hanya sekadar mainan lama—tetap

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 96

    Namun, seolah tak ingin kehilangan kendali, Oom Wisnu buru-buru melangkah mengikuti Arkan yang hendak keluar dari gedung. Napasnya tersengal, cemas. Ia tahu, jika Arkan sampai pulang dan menemukan apa yang sebenarnya terjadi di rumah, segalanya akan hancur."Arkan, tunggu! Jangan pulang sekarang!" seru Oom Wisnu, mencoba menghentikan langkah Arkan.Namun Arkan tetap berjalan, bahkan mempercepat langkahnya. "Kenapa? Takut aku menemukan sesuatu?" tanyanya tajam, tanpa menoleh."Bukan begitu, Ar. Dengar dulu! Sebaiknya kita fokus pada permasalahan Dirgantara dahulu, daripada mainan-mainan itu!" Oom Wisnu kembali berdiri di depan Arkan, menghalangi jalannya.Arkan menghentikan langkahnya. Matanya menyipit, memandangi Oom Wisnu yang kini berkeringat dingin."Dirgantara?" tanya Arkan sambil tertawa pelan.Arkan mencengkram pundak Oom Wisnu dengan pelan, lalu menyunggingkan sedikit senyumnya."Mainan itu lebih berharga dibanding Dirgantara, Oom," ucap Arkan lirih. "Aku lebih baik kehilangan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 97

    "... kamar Yudha. Iya, benar kamar Yudha," ujar Tante Adel sambil tersenyum.Arkan memincingkan mata, kamar Yudha? Bagaimana bisa?"Kemarin Yudha lagi disuruh bikin prakarya gitu. Nah, salah satu mainan kamu jadi bahan contohnya. Coba aja cek di sana, sepertinya ada," ujar Tante Adel kembali seolah itu bukan masalah sama sekali.Alis Arkan berkerut dalam, kenapa Yudha tak ijin dahulu padanya? Biasanya, ia akan selalu ijin untuk meminjam mainannya. Tapi, kenapa kali ini tidak? Apalagi, mainan yang diambilnya adalah Gundam limited edition. Itu bukan hanya tentang sebuah koleksi berharga, namun juga mengajarkannya suatu kesabaran karena rela menunggu barang itu launching hingga berbulan-bulan lamanya.Tanpa mengucapkan sepatah kata, Arkan segera berbalik dan melangkah menuju kamar Yudha yang berada di sebelah kamarnya yang berada di sana. Langkah kakinya terasa sedikit berat, ia takut bahwa kenyataan yang ada di depan sana, akan kembali mengecewakan seperti kejadian di gudang tadi pagi.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 98

    Arkan memutar-mutar kertas itu di tangannya. Tulisan Yudha yang sedikit miring di sudut kertas terus menarik perhatiannya."Suatu saat, aku akan jelaskan."Apa yang ingin Yudha jelaskan? Kenapa terasa seperti ada rahasia besar yang sengaja disembunyikan darinya?Perasaan tidak nyaman mengendap di dadanya. Perlahan, Arkan berdiri dan melangkah ke arah lemari buku milik Yudha. Ia membuka satu per satu laci dan rak, mencari sesuatu yang mungkin bisa memberikan jawaban. Tapi semuanya tampak biasa saja. Buku pelajaran, beberapa majalah, dan alat tulis.Namun, ketika ia membuka laci paling bawah, pandangannya tertumbuk pada sebuah kotak persegi panjang berwarna hitam. Kotak itu terkunci, tapi di atasnya ada gantungan kunci kecil berbentuk kepala Megatron.Arkan mengernyit. Ia ingat betul gantungan kunci itu. Itu adalah hadiah yang ia berikan pada Yudha saat ulang tahunnya yang ke lima belas.Perlahan, ia mengambil kotak itu. Berat. Ia menggoyangkannya perlahan—ada sesuatu di dalamnya."Apa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    Bab 99 (Ending Season 1)

    Tante Adel berdiri di ambang pintu dengan ekspresi datar, tetapi sorot matanya menyiratkan sesuatu yang sulit ditebak. Seakan dia tahu lebih banyak daripada yang mereka pahami saat ini."Karena itu, kapan kamu mau bawa koleksi mainan kamu?" tanyanya kembali, namun kali ini dengan nada lebih tenang, tetapi tetap tajam.Arkan masih berusaha mencerna semuanya. Koleksi mainan yang selama ini menjadi kenangan berharga, bukan hanya sekadar benda mati, tapi juga suatu koleksi atas kesabaran dan penghargaan, ternyata sudah dijual dan dilelang. Lalu, ditukar dengan saham dan juga investasi."Lalu, apa masih ada yang tersisa, Tan?" tanya Arkan kali ini. Suaranya terdengar serak, nyaris berbisik.Tante Adel terdiam sebentar, lalu menggeleng lemah. Ia segera masuk ke dalam kamar Yudha, dan menarik salah satu kursi di sana."Kalau kamu tanya soal mainan yang ada diruangan Mas Gerry, kemungkinan udah nggak ada semua yang tersisa," ucap Tante Adel lirih."Tapi, kalau misalnya kamu tanya soal mainan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27

Bab terbaru

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 18

    Cukup lama Andri memandang rujak itu tanpa berniat untuk menyentuhnya sama sekali. Sinta yang berada di dekatnya pun sedikit heran melihat tingkah sang nyonya saat ini."Mbak," panggil Sinta pelan."Hm," gumam Andri singkat."Kok cuma diliatin doang sih rujaknya? Nggak ada niat mau dimakan apa?" tanya Sinta sedikit heran.Andri melirik sekilas sebelum tersenyum simpul. Ia pun segera mengaduk bumbunya dan mulai mencicipi.Namun, baru saja dua suapan masuk, ekspresi Andri langsung berubah drastis. Matanya menyipit, lidahnya menjulur, tangan mulai kipas-kipas.“Pedes! Astaga, ini sambel atau lava gunung berapi?!”Sinta spontan berdiri. “Lho lho! Tadi bahagia banget, sekarang kayak ayam kecolok cabai!”Andri batuk-batuk, wajahnya merah padam. “Air! Air, Sinta! Ambilin air di kulkas buruan!"Sinta berlari ke dapur sambil mengomel. Ia bergegas mengeluarkan satu botol dari dalam kulkas, dan buru-buru menuangkannya ke dalam gelas sebelum menyerahkannya pada Andri.Andri segera menerimanya dan

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 17

    Selepas dari ruang rapat, Sinta pun mendengus kesal. Ia melangkah cepat menuju ruangannya, mengambil laptop dan juga beberapa dokumen penting dan memasukkannya ke dalam tas dengan buru-buru.Tak lama, ponselnya bergetar, menandakan ada sebuah pesan yang masuk.Sinta mengernyit, nomor tak dikenal, dari siapa ya? Batinnya.Ia pun bergegas mengangkat telponnya dan ternyata itu adalah nomer abang ojol yang mengantar pesanan Arkan."Tunggu di lobby sebentar ya, Pak. Sebentar lagi, saya turun, tunggu 5 menit," ucap Sinta cepat-cepat di telpon.["Baik, Bu. Tapi maaf, saya minta dua ribu untuk parkir ya, Bu, jika boleh,"] pinta sang abang ojol."Oke, Pak," jawab Sinta seraya menutup telponnya.Ia kembali mengecek isi tas, memastikan semuanya lengkap, lalu mengambil kunci motornya dan menuju lift.Namun sialnya, begitu tiba di lift, ia harus berpapasan dengan seseorang yang selalu ingin ia hindari, Aldy. Lelaki yang pernah menghiasi hari-harinya 7 tahun silam, sebelum akhirnya lelaki itu memil

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 16

    Arkan kembali melanjutkan presentasinya yang sempet tertunda. Tentu saja, sebelum memulai itu, ia pun sudah mengirimkan pesan kepada Sinta duluan untuk mengantarkan pesanan istrinya ke rumah.Namun, baru beberapa menit memulai, pintu ruang rapat kembali di ketuk.Arkan mendesah pelan. Ia tahu betul, hanya dua orang yang bisa menginterupsi saat rapat yaitu Sinta dan Agra."Mohon maaf, ada iklan sebentar," ucap Arkan seraya bangkit dari duduknya.Semua peserta rapat pun mengangguk paham. Dan Arkan, pun bergegas ke untuk membuka pintu ruangannya.Sinta berdiri di depan sana, dengan tangan menyilang di dadanya, seolah bertanya tanpa suara."Pleas, tolongin yaa," ucap Arkan dengan nada memelas.Sinta mendengus. "Fiks! Tahun depan saya akan undur diri. Saya ini sekretaris kantor, kenapa malah jadi kang ojek," gerutunya kesal.Arkan tersenyum kecut, "terpaksa, nyonya lagi ngidam.""Nyonya ngidam?" Sinta menaikkan sebelah alisnya, seolah tak percaya.Arkan mengangguk mantap, bahkan ia menangk

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 15

    Setelah memastikan Andri sarapan dan juga mandi, kini giliran Arkan yang bersiap untuk berangkat kerja."Adek, Mas berangkat ya," pamitnya. "Kamu nggak apa-apa kan ditinggal sendiri?"Andri menggeleng sambil tersenyum tipis. "Nggak apa-apa kok, Mas. Kan udah biasa ditinggal sendiri juga."Arkan hanya mengangguk lalu segera mengecup pucuk kepala sang istri. Tak hanya itu, tangannya pun terulur di perut sang istri sebelum akhirnya ia mendaratkan kecupan disana juga."Anak-anak ayah jangan pada manja sama Bunda, ya," bisik Arkan. "Kalau mau manja, pas ada Ayah aja ya, Nak. Insyaallah apa yang kalian mau pasti akan selalu ayah turutin. Sehat-sehat di perut Bunda ya, Sayang."Andri hanya tersenyum melihat kelakuan manis suaminya itu. "Makasih ya, Mas, hati-hati di jalan."Arkan kembali mengangguk, mengambil kunci mobil di meja, lalu melangkah menuju garasi. Dibelakangnya, Andri mengikutinya sampai ke depan pintu.Beberapa saat kemudian, suara mesin mobil terdengar. Andri berdiri memandangi

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 14

    Keesokan paginya, Andri sudah bangun lebih dulu karena rasa mual yang begitu mendera. Tubuhnya mulai sedikit limbung, namun ia memaksakan diri untuk berdiri dan melangkah ke kamar mandi.Sementara Arkan, masih terlelap di kasurnya. Tangannya mulai meraba, antara sadar dan setengah sadar, ia mencari sang istri di sana. Namun sayangnya, kosong."Adek!" seru Arkan refleks langsung bangun.Ia melihat ke samping. Andri tak ada di sampingnya. Kemanakah perginya wanita itu? Apa ke kamar mandi?Buru-buru ia pun bangkit dari tidurnya dan bergegas menuju dapur. Dan benar saja, Andri berada di sana tengah memuntahkan apa yang ada diperutnya.Dengan telaten, ia pun memijat tengkuk sang istri agar merasa lebih baik."Masih mual, Dek?" tanya Arkan begitu Andri menyelesaikan muntahnya.Andri menggeleng pelan, lalu mencuci mukanya. Sementara Arkan dengan sigap segera mengambil handuk dan membantu sang istri untuk membersihkan wajahnya."Adek mau bikin teh? Atau mau susu? Biar Mas bikinin," tawar Arka

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 13

    USG pun akhirnya telah selesai dilakukan."Sekali lagi, selamat ya Bu Andri atas kehamilannya, jaga kandungannya baik-baik dan jangan sampai stress atau terlalu lelah. Kehamilan dengan janin kembar, biasanya menguras lebih banyak emosi," ucap Dokter Agung mengingatkan.Setelah itu, ia pun mengalihkan pandangannya kepada Arkan."Nah untuk Pak Arkan, tolong di jaga ya istrinya. Istri yang lagi hamil itu biasanya suka moody-an. Jadi, sabarnya harus dipertebal lagi. Emosinya harus dijaga lagi biar istrinya nggak merasa stress ataupun terabaikan," nasihat sang dokter.Arkan mengangguk mantap. "Insyaallah, Dok. Ah iya ada pantangan atau apa yang perlu dihindari, Dok?" tanya Arkan."Hindari makan daging yang masih setengah matang, dan kurangi makanan junk food. Jika setiap makan mual, bisa di coba dengan mengemil roti ataupun minum jus," jawab sang dokter.Arkan mengangguk mantap. Sesi konsultasi pun akhirnya selesai. Satu bulan lagi, Andri pun diminta untuk kembali ke rumah sakit, selain un

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 12

    "Ma--maksudnya, Dok?" tanya Andri sedikit bingung.Sang dokter tak langsung menjawab. Ia masih memeriksa data yang ada di komputernya setelah beberapa saat, ia menghela napas berat, dan menatap keduanya dengan ekspresi yang cukup serius."Saya tidak tahu siapa yang mengatakan hal itu kepada Anda, tapi berdasarkan hasil pemeriksaan lima tahun lalu, rahim Anda dalam kondisi sehat. Tidak ada indikasi masalah yang bisa menyebabkan kesulitan hamil."Mata Andri membesar. "Tapi… waktu itu saya diberi tahu kalau saya kemungkinan besar tidak bisa hamil, Dok. Saya…" Suaranya bergetar.Arkan langsung menenangkan istrinya, tapi di dalam hatinya, kemarahan mulai muncul. Jika benar tidak ada masalah di rahim Andri, lalu siapa yang dulu memberi informasi yang salah? Dan untuk apa?Dokter menatap mereka dengan lembut. "Saya paham ini membingungkan. Tapi sekarang, yang terpenting adalah kabar baiknya. Hasil tespek anda menunjukkan bahwa anda tengah hamil. Bagaimana jika kita cek melalui USG untuk lebi

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 11

    "Sans, Ar, gua ke sini cuma mau nanya kabar lu doang, kok," ucap lelaki itu sambil tersenyum smirk.Andri yang memang tak mengetahui permasalahan apa yang dihadapi kedua lelaki itu memilih untuk kembali fokus ke abang telur gulung tadi."Jadi, berapa semuanya, Bang?" tanya Andri dengan senyum riang."Dua puluh ribu, Mbak," jawab si penjual.Andri lalu menyerahkan selembar uang berwarna hijau kepada penjual itu, dan melangkah santai menuju gerobak lumpia basah.Arkan yang melihat Andri pergi, hanya berdecak kesal melihat kelakuannya itu."Ada apa? Gua tau lu bukan tipe orang yang suka basa basi, Vin," ucap Arkan ketus.Ya, lelaki itu adalah Kevin sahabat serta musuhnya lima tahun lalu. Setelah melepaskan Dirgantara kepada Kevin, Arkan memilih kembali fokus mengurus Amira Corp sendiri. Lalu, bagaimana dengan Oom Wisnu?Sejak kejadian itu, Oom Wisnu memutuskan untuk membuka perusahaan sendiri. Tidak, lebih tepatnya usaha sendiri. Ia membuat beberapa ruko dan juga kontrakan dari uang hasi

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 10

    Andri dan Arkan nampak saling pandang, sementara Agra segera menepuk pelan lengan sang istri.Ya, wanita itu adalah Arsy, adik dari Andri.Arsy yang sadar mendapat teguran halus seperti itu langsung menundukkan kepalanya."Ma--maaf, Mba," ucap Arsy sedikit menyesal.Andri hanya tersenyum, lalu segera memeluk tubuh adiknya."Doain ya, Dek. Bismilah semoga beneran," ucapnya lirih."Amin ya Allah," ucap Arsy dengan lantang."Kalau misalnya Mbak beneran hamil, Arsy mau nunda kehamilan, biar bisa ngerawat anaknya Mbak dulu, kek dulu Mbak ngerawat Humai," ucapnya kembali namun langsung mendapat cubitan dari Andri."Nggak boleh, gitu! Mbak nggak suka cara ngomong kamu! Anak itu rejeki, kalau dikasih jangan di tolak. Kamu nggak liat perjuangan Mbak mu ini, sampe lima tahun belum di kasih juga," ucap Andri sambil berdecak kesal.Arsy memanyunkan bibirnya, "salah lagi aja aku," gerutunya dan langsung mendapat tawaan dari mereka semua.Setelah berbasa-basi sebentar, Andri dan Arkan pun pamit pul

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status