Semua Bab Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah: Bab 131 - Bab 140

151 Bab

131. Kesempatan Terakhir

"A–aku ... d–dari mana kamu tahu, Ar?" gagap Dion setengah berbisik.Wajah Dion terlihat begitu pucat, apalagi setelah sebelumnya kritis karena kehilangan banyak darah, membuat wajah yang dahulu tampan itu, kini terlihat seperti mayat hidup.Dion menatap penuh rasa sesal, saat tatapannya bertemu dengan sang mantan istri.Aryesta melihatnya penuh rasa bersalah, karena bagaimanapun juga kesialan yang menimpa Dion atas ulah suaminya.Meskipun putusan hakim sesuai perbuatan kriminal yang selama ini Dion lakukan, tetapi Aryesta sangat mengenal laki-laki yang dulu pernah menjadi suaminya, meski hanya satu hari ini. Dia cukup baik, itulah yang Aryesta yakini hingga sekarang.Melihat tangan kanan Dion yang tulangnya patah akibat perbuatan Aleandra, tentu saja hal itu semakin membuat perasaan bersalah kian menumpuk dalam hatinya.Aryesta menarik napasnya, kemudian berbicara, "Aku tahu semuanya, Mas. Dan aku mohon hiduplah, setidaknya untuk istri dan juga anakmu yang sudah lama kamu tinggalkan."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

132. Kabar Mengejutkan

Setelah menemui Dion di klinik lapas, dan melihat perkembangan laki-laki itu sudah mulai membaik, kini Aryesta memutuskan untuk pulang ke rumah keluarganya bersama sang suami.Akan tetapi tatapannya sedikit heran, ketika melihat Aleandra yang tak pernah bersuara semenjak kepulangan mereka dari lapas.Aryesta yang tak suka diabaikan pun akhirnya membuka suara, "Kamu kenapa sih uring-uringan dari tadi, Mas?"Cih!Bukannya menjawab, Aleandra justru mendecih sinis ke arah istrinya itu, yang tak menyadari kesalahannya.Aryesta yang mendapat decihan sinis Aleandra, tentu saja semakin geram dan menatap tajam sang suami."Kamu tuh, kenapa sih? Aku ada salah apalagi sama kamu, Mas?" kesal Aryesta yang sudah mencapai ubun-ubun saat ini.Menyerah, akhirnya Aleandra kini buka suara, "Kamu kayaknya seneng banget ya, masih dicintai secara ugal-ugalan gitu sama mantan suami?"Sindiran Aleandra yang sengaja menekan kata "mantan suami" tentunya membuat Aryesta tersadar dengan hal yang menjadi pokok per
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

133. Ketahuan ....

Belum juga Aryesta meneruskan kalimat ancamannya, tiba-tiba saja tubuh Kakek Surya sudah dibawa oleh beberapa orang pekerja menuju sebuah mobil."Kakek!" teriak Aryesta yang langsung berbalik arah, berlarian mengikuti kepergian kakeknya menuju salah satu rumah sakit terdekat."Kakek jangan tinggalin aku, Kek!" jerit Aryesta, yang saat ini sudah berada di dalam mobil.Tangan gemetar Aryesta menggenggam erat tangan Kakek Surya yang entah kenapa terasa begitu dingin.Merasakan hawa dingin yang menyerap ke dalam telapak tangannya, Aryesta semakin panik dan berteriak pada sopir agar segera tiba di rumah sakit.Sementara itu, Aleandra yang mendampingi sang istri hanya bisa mengelus punggung Aryesta, berusaha agar istrinya tetap tenang."Sayang ... jangan panik oke? Kasihan calon bayi kita. Nanti perut kamu kram lagi kayak waktu itu," cicit Aleandra di samping telinga istrinya.Aryesta yang mendengar hal itu pun mulai tersadar, refleks menunduk dan menatap perut buncitnya yang harus mendapatk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

134. Sosok Mencurigakan

Akan tetapi, terdengar pintu unit gawat darurat terbuka, membuat Aryesta menurunkan ponsel, tanpa mematikan sambungan, saking lupanya.Aryesta pun langsung mendekat dan bertanya dengan nada penuh kekhawatiran, "Apa yang terjadi pada Kakek saya, Dok?"Dokter itu tersenyum maklum, lalu menghela napas panjangnya sejenak, kemudian menjawab pertanyaan, "Alhamdulillah serangan jantungnya tidak sampai berakibat fatal. Tapi saya sarankan, keluarga tetap menjaga kondisi pasien. Jauhkan dari sesuatu yang sedikit mengusik ketenangannya. Dan jika ada sesuatu kabar buruk, tolong bicarakan pelan-pelan, tanpa membuatnya syok."Semua orang mendengar dan mulai mencerna apa saja yang akan mereka lakukan ke depannya.Sama halnya dengan Derren, dia tentu saja mendengar semua ucapan dokter dari balik sambungan telepon yang telah dia angkat beberapa detik lalu.Kini, laki-laki tampan dengan mata setajam elang itu langsung mematikan sambungan telepon, lalu menatap bengis ke arah Tisya yang sedang duduk di at
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

135. Disekap

Meskipun Aryesta sedang mati-matian menahan perutnya yang terasa melilit hebat, tetapi kedua alisnya menukik tajam, saat menoleh ke area lintasan yang mereka lalui sangat asing untuknya. Tentu saja jalur itu bukan menuju ke salah satu rumah sakit, membuat dada Aryesta berdegup sangat kencang karena panik."P–pak, ini kita di mana? Kenapa kita ke sini? Bukankah kita harusnya ke jalan ....""Apa kamu pikir, aku akan membiarkanmu lolos setelah kamu menghancurkan segalanya dalam hidupku, Aryesta?!"Deg!Dada Aryesta bergemuruh, ketika mendengar teriakan yang sangat dia kenali. Hingga akhirnya, kendaraan roda empat itu berhenti di pinggir jalan yang sangat sepi dari penduduk.Kemudian sopir itu pun membuk topi hitam, serta kaca mata hitamnya, lalu menurunkan masker yang sedari tadi dia kenakan. Dengan gerakan lambat, dia menolehkan wajahnya ke belakang, membuat Aryesta melototkan matanya tak percaya."K–kamu siapa? Dan kamu ... kenapa suaramu sangat mirip dengan ...."Plak!Belum juga Aryes
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

136. Apakah Berkahir?

"Dasar kurang ajar!" desis Aleandra, saat sambungan video call bersama istrinya diputuskan secara sepihak.Kemudian Aleandra langsung meraih kunci mobil, keluar dari ruangan kerjanya yang otomatis diikuti oleh Adam dari belakang."Segera cek lokasi dan hubungi anak buah Derren sekarang juga!" titah Aleandra pada Adam, yang langsung dipahami tugasnya.Adam pun segera melacak keberadaan ponsel yang tadi menghubungi Aleandra, kemudian menelpon setengah dari anak buah Derren Rynegan yang ditugaskan untuk menjaga keamanan keluarga Ribela yang berada di Indonesia.Sementara itu Aleandra langsung berlari menuju mobil sport merahnya, yang belum pernah dia gunakan ke mana pun, kini perdana dia pakai untuk pergi menyelamatkan istrinya.Napas memburu Aleandra menandakan jika dirinya sangat murka, hingga saat dirinya tiba di jok kemudi, tangannya mencengkram kuat stir kemudi hingga buku-buku jarinya memutih saking emosinya.Namun, tak cukup sampai di sana, sebuah pesan suara masuk ke dalam ponsel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

137. Akan Kuhabisi

"Apa kamu tahu apa yang aku alami setelah gagal menghabisimu, hah?!" pekik Ranti dengan mengayunkan satu cambukan lagi pada punggung Aryesta.Rasa kebas dan perih terus menjalar ke sistem syaraf, hingga membuat Aryesta nyaris memejamkan mata saking tak kuatnya. Namun, ada nyawa di dalam peurt, membuat Aryesta kembali mendapatkan sedikit kekuatannya untuk balik menatap netra penuh dendam dari kedua bola mata Ranti."Apa salahku padamu? Aku bahkan tidak melakukan apa-apa padamu!" desis Aryesta ditengah tubuhnya yang perlahan mengigil efek rasa sskit berlebihan di seluruh tubuhnya.Apalagi ketubannya yang sudah pecah, membuat Aryesta semakin kesulitan bernapas, merasa panik. Tubuhnya bergetar hebat saking takutnya tak bisa melahirkan anaknya.Melihat Aryesta yang kesakitan seolah tengah merenggang nyawa, Ranti justru tersenyum kecut dan perlahan meneteskan air mata penyesalannya.Menarik napas dalam, lalu Ranti mulai menjelaskan semuanya ...."Aku ketahuan menggelapkan dana perusahaan Al
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

138. Mencoba Peruntungan

Tubuh Ranti menegang saat mendengar suara seseorang yang dia kenali di belakangnya.Tak hanya itu, tetapi juga suara tembakan melesat ke samping tubuhnya, sedikit membuatnya gemetar ketakutan.Menarik napasnya sangat dalam, lalu mencoba menguasi diri, kemudian dia menatap ke samping dengan tatapan sinis, tanpa mengubah posisi berjongkoknya di depan Aryesta."Oh, apakah kamu mau jadi pahlawan kesiangan untuk perempuan sialan ini?" Ada nada ejekan di bibir Ranti, yang tahu betul sosok laki-laki di belakangnya yang sedang mengacungkan senjata api menggunakan tangan kirinya."Bukankah aku sudah katakan sebelumnya, kita kembali bekerja sama, maka kamu akan mendapatkan perempuan menyedihkan ini, dan aku mendapatkan kehidupan tenang tanpa bayang-bayang semua orang, yang terus meburuku?" Penawaran Ranti bukan omong kosong belaka.Karena sebelum dia menghampiri Aryesta menggunakan taksi sewaannya, Ranti lebih dulu bertemu dengan laki-laki itu di dalam lapas, sementara Ranti? Dia menggunakan sil
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

139. Meninggal

Leher belakang Ranti dihantam menggunakan balok kayu, membuat kepala Ranti berputar, dan refleks menjatuhkan pistol yang sedari tadi menjadi tamengnya.Saat itulah tubuh Ranti dan Aryesta ambruk di atas tanah, tepat ketika pintu belakang terbuka lebar dan ada seorang laki-laki yang menghantam leher belakang Ranti tanpa ampun.Melihat ada celah itu, Dion berlari mendekat, kemudian meraih kepala Aryesta ke dalam pangkuannya.Ditepuknya pelan kedua pipi Aryesta yang nyaris tak sadarkan diri lalu berteriak, "Kumohon jangan menyerah dulu, Ar. Kamu harus tetap sadar. Kamu harus tetap melahirkan anakmu. Bukankah kamu sangat kesepian selama ini? Kamu ingin memiliki seorang anak supaya tidak merasa sunyi setiap kali suamimu bekerja, kan? Maka bangunlah, Ar. Demi anak kalian, kamu harus bangun. Aku ... aku sungguh mencintaimu, Ar. Kumohon bertahanlah," isak Dion yang berusaha membuat Aryesta tetap terjaga.Namun, mata lelah itu perlahan menutup, membuat Dion semakin panik, apalagi darah semakin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

140. Menuju Ending

Aryesta meraung keras hingga tak sadarkan diri, bertepatan dengan kaluarnya bayi mungil yang tak langsung menangis, akibat lilitan tali ari-ari di lehernya.Wajah bayi itu memerah dengan bibirnya membiru, membuat semua orang panik, ditambah kondisi Aryesta yang terus melemah.Semua oranh tentu saja panik, dan ambulance semakin melaju kencang, hingga tiba di sebuah rumah sakit terdekat, dan segera membawa Aryesta, bayi yang masih belum menangis, juga Dion.Sejenak suasana rumah sakit menjadi mencekam. Apalagi setelah Aryesta masuk ke dalam ruang unit gawat darurat, keadaannya semakin memburuk.Lebih dari itu, usai lilitan ari-ari terlepas, bayinya masih enggan menangis, membuat semua orang yang menyaksikan itu meneteskan air mata pilunya.Dokter yang menangani Aryesta di dalam ruang unit gawat darurat keluar dengan tatapan bersalah, bertepatan dengan datangnya dua orang yang kepalanya diperban, sementara pakaiannya robek di mana-mana dengan darah segar menempel di berbagai sudut."Bagai
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status